SeMen-13 : Zayna dan Mentari

128 7 0
                                    

"Lo mau kemana? "Tanya Langit yang sehabis membereskan peralatan tulisnya. Zayna, gadis yang tadi ingin melangkah keluar terhenti ketika Langit bertanya padanya.

Zayna keluar dengan tangan yang membawa bekal dari rumah. Gadis itu berbalik menatap Langit yang hendak bangkit dari duduknya. "Ke Taman belakang, mau ikut? "

Langit berpikir sebentar, ia ingin kekantin tetapi ia juga tidak tau tempatnya. Akhirnya ia meng-iyakan ajakan Zayna. "Boleh, " ucapnya berjalan mensejajarkan langkah Zayna.

Banyak pasang mata yang memperhatikan keduanya, terutama Langit yang mempunyai wajah ganteng dan tubuh yang lumayan tinggi.

"Gue minder jalan sama lo, "bisik Zayna melirik beberapa siswa yang menatap dirinya dan Langit.

"Nggak usah diliat, anggap aja hantu. " ucapan Langit sukses mendapat cubitan kecil dari Zayna. Gadis itu tertawa padahal ucapan Langit sama sekali tidak ada lucunya.

Keduanya tidak menyadari kalau sudah sampai ketempat yang tadi Zayna bilang. "Sini duduk, "ajaknya melihat Langit terdiam melihat ke sekeliling tempat itu.

"Kenapa, lo mau kekantin? Biar gue unjukin. " ucapnya ketika tidak mendapat respond dari Langit. Langit menggeleng karena ucapan Zayna, cowok ganteng itu melangkahkan kakinya lalu menduduki kursi yang ada ditaman itu.

"Lo mau? "

Bekal Zayna hanya sepotong roti yang ia oleskan selai kacang dan strawberry. "Mau, "jawab Langit antusias. Zayna memberikan rotinya pada Langit dan dimakan oleh cowok itu.

"Kenapa? " ketika melihat ekspresi Langit berubah ketika mengunyah roti yang tadi ia berikan.

Langit menggeleng pelan, "rasanya kaya Roti oles selai. " jawabnya lalu menggigit lagi roti itu.

Kekehan itu terdengar di pendengaran Langit. Cowok itu menoleh, memandang gadis yang disebelahnya. Wajah Zayna itu manis, kulitnya juga putih dan yang paling ia suka adalah matanya yaitu coklat terang menenangkan.

"Lo nggak suka kantin ya? " tanya Langit membuka percakapan.

Gadis itu mengangguk, ia memasukan potongan roti itu sebelum menjawab pertanyaan Langit. "Iya, nggak suka rame. Pala gue suka pusing ngedenger keramaian. " jawabnya setelah menelan potongan roti itu.

"Gue boleh nanya? "

"Itu lo udah nanya Lang, "

"Bukan, maksud gue. Luka disudut bibir lo kenapa? "Tanya Langit ragu. Ekspresi Zayna berubah ketika mendengarnya. "Eh, kalo nggak mau--" ucapannya terpotong ketika mendengar jawaban dari bibir Zayna.

"Ditampar, " satu kata yang membuat seorang Langit mengerutkan alisnya bingung. Gadis yang disampingnya terlalu menutup dirinya atau Langit yang terlalu peduli?

Lain hal dengan dua sejoli yang sedang berteduh di bawah pohon. Tadi jam pelajaran olahraga dan gurunya menyuruh untuk lari lima putaran lapangan penuh.

Mentari tampak biasa saja beda dengan Samudera yang sedari tadi menggerutu. Untung nya bel sudah berbunyi, maka dari itu keduanya sedang duduk di bawah pohon. Kalau kata Samudera 'ngadem dulu, mau selonjoran.'

"Bep, "panggil Samudera menatap lurus kedepan. Mentari berdehem sebagai jawaban.

"Gue kalau liat lapangan jadi inget pas gue cium lo, " ucap Samudera dengan nada jahil membuat Mentari menabok bahu Samudera.

Gadis itu menghentakan kakinya kala seorang cowok dengan jahilnya menaruh tikus-tikusan yang terbuat dari karet ditempat duduknya.

"Mentari, "panggil cowok itu di tengah lapangan. Mentari yang sedang kesal langsung saja menjauh dari tengah lapangan. Namun langkahnya terhenti ketika cowok itu menariknya ke pelukan hangatnya yang membuat siswa di SMA Plutonium memekik tertahan.

"Lepasin, lo tuh jadi---" ucapannya terpotong ketika merasakan bibir mendarat mulus di keningnya. Mentari terdiam menatap cowok itu, pipinya sudah ia perkirakan pasti memerah.

"Samudera, "geram Mentari menatap tajam cowok yang sedang nyengir nggak jelas. "Jangan marah dong, kan baru kening malah gue mau ngerasain bibir lo. "Ucapan Samudera ngelantur membuat siswa yang melihatnya tertawa.

"Apakah gue sudah ada dihati lo? "Bisik Samudera setelah itu berlari meninggalkan Mentari ditengah lapangan dengan pipi yang seperti kepiting rebus.

"SAMUDERA, AWAS AJA KALAU KETEMU GUE COLOK TUH MATA LO, " teriak Mentari dengan suara menggelegar.

"Lo lucu saat itu. " memori itu terputat kembali diingatkan keduanya. Pipi Mentari memerah karena malu.

Samudera tersenyum, "apakah gue Sudah ada di hati lo? "Pertanyaan itu persis seperti setahun lalu. Kalau dulu Mentari akan marah tapi sekarang ia malah mengangguk.

"Dan apakah gue menjadi perempuan yang akan lo jaga dan nggak bohongi? " tanya Mentari dengan mimik serius. Ia sangat jarang menggunakan kata-kata seperti itu. Namun ia penasaran dengan jawaban Samudera.

"Gue janji nggak akan bohongin lo, dan lo adalah perempuan yang selalu gue jaga. Love you bep, "

"Too, kuda nil. " jawabnya pelan sangat pelan tapi masih bisa didengar oleh Samudera.

Banyak pasang mata yang menatap iri keduanya. Namun ada sepasang mata menatap sejoli itu dengan tatapan yang... Entah lah seperti terluka namun ditutupi oleh senyuman.

***

Haiiii, gimana? Penasaran? Ada apa dengan Airin? Dan siapa yang nampar Zayna. Oh iya gue terinspirasi dengan nama Zayna itu dari cogan, Zayn. Hehehe

Happy reading gaesss.....

SeMen CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang