SeMen-11 : Makan Malam

146 11 0
                                    

Apa yang lebih menyakitkan ketika mengingat suatu hal yang membuatmu terluka? Begitu juga Langit yang tengah duduk ditepi kasurnya.

Kini ia kembali ke rumah lamanya. Tempat dimana ia merasakan Kasih sayang. Tempat dimana ia bisa tertawa dengan lepas, Tapi itu dulu.

Ditatapnya ruangan dengan tema abu-abu itu. Banyak foto polaroid yang tergantung didinding kamarnya dan dilengkapi lampu tumblr.

"Kak Je, "panggil seorang gadis kecil dengan tangan yang membawa boneka beruang. Gadis itu mengerucutkan bibir mungilnya yang membuat siapa saja gemas dengan dirinya.

Cowok yang dipanggil Je pun menoleh, "apa? " tanya Je dengan lembut. Walaupun umurnya 7 tahun ia sudah mengerti bagaimana caranya memperlakukan seorang gadis dengan lembut.

Gadis itu menunjuk kearah seorang cowok yang sedang tertawa lepas sehingga matanya yang seperti Bulan sabit. "Bang Sam, jahat. Masa dia bilang kalau Teddy jelek, "adunya dengan bahasa yang belum terlalu lancar. Je yang mendengarnya tersenyum pada gadis yang dihadapannya ini, diusapnya pelan rambut hitam panjang milik gadis kecil itu.

"Nanti biar bang Sam, kak Je yang urusin. Kamu mending makan dulu nanti perutnya sakit, " ucap Je dengan nada khawatir yang membuat gadis kecil itu tersenyum.

"Kak Je baik, nggak kaya Bang Sam. Rain sayang kak Je, " ucapnya setelah mengecup pipi Je. Ia lari untuk masuk kedalam rumah. "Je juga sayang Rain, "

"Gue kangen lo panggil gue Kak Je, " gumamnya setelah memori lama itu terbuka kembali. Tangannya mengambil salah satu foto polaroid yang tergantung di dindingnya.

Foto seorang gadis kecil dengan senyum lebar yang tersungging dibibirnya. Langit dengan cepat menahan air matanya agar tidak terjatuh untuk sekian kalinya.

"Besok gue sekolah, Rain. Andai lo masih ada, gue pasti yang nganter dan jemput lo. " Langit berucap pada dirinya sendiri. Setelah itu ia gantung kembali foto Rain dengan baik karena hanya lembaran itu yang dapat mengobati rasa rindu Langit.

Perpisahan memang sangat menyakitkan tapi asal kamu tau, takdir telah merencanakan apa yang terbaik untuk mu dan apa yang terjadi jika kamu tetap mengikuti apa kata fikiranmu. Kini kamu tinggal tunggu saja apa yang terjadi di hari esok atau lusa. -Zefari Langit Pratama-

***

"Samudera bisa serius nggak sih?!" omel gadis itu sambil mengerikan pensilnya ke kepala Samudera yang sedang bermain ponsel.

Samudera meringis membuat Mentari memutarkan bola matanya malas. "Apasih gunanya main ML?! mending menghasilkan uang, lah ini PR aja nggak selesai. "

Samudera yang sudah terkena omelan pacarnya akhirnya mengakhiri permainan mobile legend. "Maaf deh bep, udah sampe mana? "Tanyanya dengan lembut. Ponselnya ia taruh diatas meja yang kini penuh dengan serakan buku tersebut.

Keduanya memang tengah berada di rumah Mentari. Sebenarnya bukan Mentari yang mengajaknya namun Samuderalah yang meminta dengan alibi belajar bareng.

"Ini, lo tinggal hitung hasilnya, " jawab Mentari menunjukan soal Matematika yang sama sekali Samudera tidak mengerti.

Samudera menggaruk kepala belakangnya dengan ekspresi bingung dengan soal yang tadi ditunjukan Mentari. "Aduh! Bep gue nggak ngerti. Lo aja ya, nanti gue ngerjain sejarah. " keluh Samudera dengan cengirannya.

Mentari menghela nafasnya kemudian menutup semua buku yang ada diatas meja ruang tamu. "Kok ditutup? "Tanya Samudera menaikan sebelah alisnya, bingung.

"Nggak mood, ntar malem aja. Lo nggak pulang udah mau magrib, "

"Nggak mau, nanti aja setelah magrib. Nanti kita solat berjama'ah. Berasa kaya suami beneran, " ocehnya yang sangat malas Mentari dengarkan namun ia anggukan saja dari pada berkepanjangan.

Kini keduanya sama-sama terdiam. Untung saja azan magrib telah terdengar jadi keduanya bergegas untuk menunaikan ibadah solat.

"Salim, biar gue berasa suami lo. " ucapnya setelah solat. Ia memutarkan badannya mengarahkan kearah belakang. Ketempat Mentari.

"Nggak, udah suci gue. Nanti kena tangan lo jadi batal, " tolaknya dengan gelengan.

Samudera mengerucutkan bibirnya. Wajahnya yang tadinya senang langsung berubah sendu, "Tapi nanti kalau lo jadi suami gue. Gue pasti bakal Salim lo kok, " tambah Mentari membuat Samudera mengeluarkan cengirannya.

"Yaudah, kita ke KUA yuk. Biar sah, "

"Apasih, gajelas. "

"Nggak papa yang penting lo sayang gue, " sahutnya dengan alis yang dinaik turunkan membuat Mentari geram.

Dari pada ada Perang ketiga lebih baik Samudera bergegas pulang kerumahnya. "Eits, jangan marah dong. Yaudah gue pulang dulu ya, " ucapnya langsung keluar kamar yang tadi mereka berdua pakai untuk solat. Mentari langsung melipat mukenanya dan menyusul ke depan untuk mengantarkan Samudera sampai depan rumahnya.

"Dadah, bebep Mentari. Nanti ketemu lagi di school." 

Mentari menggelengkan kepalanya dan tersenyum geli mendengar kalimat yang dilontarkan Samudera. "Dasar kuda nil gesrek. " gumamnya kala Samudera sudah menjauh dari perkarangan rumahnya.

Sementara itu Samudera masih diperjalanan menuju rumahnya bukan apartnya. "Lampu merah mulu, kapan ijo nya. Kalau gini gue udah keburu pingsan di jalan. "Decaknya dengan hiperbola.

Dua puluh menit kemudian ia telah sampai di perkarangan rumah keluarga Pratama. Motornya ia taruh asal sedangkan dirinya masuk kedalam sesudah mengucapkan salam.

"Sam, makan dulu. " ucap Bulan-mamanya- menyuruhnya untuk ikut gabung dengan acara makan malam. Disana sudah ada ayahnya Bintang, mamanya Bulan, dan Langit.

Samudera duduk dengan berhadapan dengan Langit yang memakan makanannya dengan santai. Cowok itu tersenyum kecil kala Melihat Samudera yang ada dihadapannya.

"Sam, masih sama Mentari? "Tanya Bintang membuka obrolan. Samudera yang baru menyendokan nasinya menjawabnya dengan anggukan.

"Iya dong, Sam kan Setia. Tadi aja kita solat bareng kaya udah suami istri. Ah, jadi kangen bebep Menta. "

Bulan dan Bintang hanya menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Samudera. Ruangan itu menjadi hangat karena datangnya Samudera. Sungguh cowok itu dapat merubah suasana.

"Langit, udah siapin semuanya kan. Besok tinggal pergi aja, kalau mau bareng sama Samudera." Bintang mengucapkan kata itu membuat Samudera bingung.

"Tunggu, bareng sama Sam. Emang mau kemana? "Tanya Samudera.

Bintang terkekeh. "Langit besok sekolah di sekolah kamu. Tapi dia langsung ke kelas dua belas. " jawab Bintang dengan santai yang sudah menghabiskan makan malamnya.

"Oh, " sahutnya mendengar jawaban Bintang. Dirinya juga masa bodo dengan orang yang dihadapannya.

"Nggak usah pah, biar Langit bawa motor sendiri aja. "

Bintang hanya mengangguk sebagai jawaban. Keempatnya dalam keadaan hening hanya suara sendok yang beradu dengan piring menjadi pelengkap suara dikeheningan ruangan itu.

***

Gengs.... Vote and commentnya sayy. Semoga suka sana ceritanya. Maap keun kalo ada typo yang membuat mu terkejoed.

Happy reading gaes....

SeMen CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang