SeMen-4 : Hukuman

281 16 2
                                    

"Njir, udah jam segini." ucap gadis dengan wajah panik. Matanya selalu mengarah ke jam tangan yang ia pakai dan kejalan yang lumayan padat.

Jam itu pun menunjukan pukul 7 tepat yang artinya Mentari telat. Ya, gadis itu Mentari Rasyakila. Ia telat karena tidur yang larut untuk mengerjakan tugas cerpennya.

"Bang bisa cepetan sedikit nggak, saya udah telat. " ucap Mentari pengemudi angkot yang ia naiki. Pengemudi itu menatap Mentari melalu kaca depan.

"Kayanya nggak bisa neng, jalanannya macet. " ucap kemudi itu pada Mentari yang panik. Bukan apa apa jika dia di hukum minimal harus ada orang yang bersama karena menurutnya di hukum sendirian itu nggak enak.

Mentari menghela nafas, yang dipikirannya hanya sampai kesekolah walaupun sudah telat.

Lima belas menit kemudian angkot itu telah sampai didepan SMA Plutonium. Mentari turun dan membayar angkot itu setelahnya berlari menuju gerbang. Dapat dilihat gerbang tinggi itu tertutup rapat dan di gembok, satpam sekolahnya pun tidak ada dipos mereka.

"Yaampun, gimana nih. "Ucapnya pelan pada dirinya sendiri. Keringatnya sudah membanjiri didaerah kening, baju putih abu abunya sedikit basah karena keringat.

Karena tak tau harus berbuat apa, Mentari melihat ke sekelilingnya dan menemukan cowok dengan iris mata coklat sedang duduk di warung kopi dekat sekolahnya.

Mata gadis itu membulat, Mentari terkejut melihat cowok itu adalah kekasihnya, Samudera.

Samudera hanya duduk santai dengan segelas kopi dan gorengan dihadapannya. Cowok itu tak sadar bahwa Mentari melihatnya sedang duduk dengan wajah yang polos.

Karena kesal, Mentari mulai mendekati Samudera yang sama sekali tak melihat kehadiran Mentari. Kini Mentari sudah berada dekat Samudera, ditarik nafasnya dalam dalam.

"GAGARIS SAMUDERA PRATAMA! LO NGAPAIN DISANA."teriak Mentari sampai menimbulkan urat dilehernnya. Samudera terbelalak kaget mendengar suara teriakan kekasihnya.

"Aaaduh, jangan ditarik dong beb, sakit. "Ucap Samudera kesakitan ketika tangan lentik Mentari menjewer telinganya.

"Lo bukannya masuk malah ngopi disini. Niat belajar nggak sih lo, " oceh Mentari saat Samudera meminta dilepaskan dari jewerannya.

"Iya, lepasin dulu beb. Gua nggak bisa napas nih, kalo gue mati gimana? Lo bakal jadi janda muda. "Sahut Samudera yang masih sempat sempatnya bercanda pada Mentari.

"Bodoh, gue pacar lo bukan istri lo. Kuda nil, "

"Seneng deh dipanggil kuda nil, "

"Bodo amat, sekarang kita masuk kesekolah. Nggak ada acara ngopi ngopi. Lo juga kenapa telat? "Tanya Mentari ketika sudah selesai menjewer telinga samudera.

Samudera yang dilepaskan dengan refleks mengusap usap telinganya yang menjadi kejahatan Mentari.

"Gue sebenernya nggak telat, tapi gue mau nungguin lo biar kita berdua telat bareng. Romantis kan gue? "Tanyanya sambil menaik turunkan kedua alisnya.

Pletak

Tangan Mentari dengan mudahnya menjitak Samudera, sedangkan cowok itu malah meringis kesakitan.

"Aduh, sakit banget. Pala gue jadi pusing, " ringis Samudera dengan muka yang di sakit sakit kan.

"Eh, emangnya keras banget ya. Maaf deh, " ucap Mentari meminta maaf pada Samudera dengan wajah yang tulus sampai Samudera tersenyum manis.

"Nggak kok, ini mah belum seberapa sakitnya. Sakit itu ketika lo pergi dari samping gue, " ucap Samudera sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Gila, "umpat Mentari pelan namun masih bisa didengar oleh Samudera.

SeMen CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang