SeMen-16 : Kejadian tak Terduga

144 7 0
                                    

"Tuhan itu lagi nguji lo dengan mengambil Rain. Lo bilang Rain sayang lo berarti dia pengen lo bahagia. Ikhlasin dia, dan masalah Langit. Lo cuma salah paham sama dia, coba lo deketin diri lo lagi ke Langit. Perbaiki hubungan lo, dia dan lo itu sama-sama terluka, apa lagi lo yang membenci Langit. " potong Mentari melihat Samudera yang menunduk.

"Dia pasti sedih dengan semuanya. Lo dan dia itu saudara, kalau Rain disini pasti dia akan marah sama lo. "Lanjutnya dengan tegas. Ia mengelus punggung tangan Samudera yang dingin, cowok itu bahkan sedari tadi menunduk setelah mengingat memori yang sangat tidak ingin ia ingat.

Mentari tersenyum, tangannya memegang dagu Samudera agar menatap dirinya. "Lo nggak boleh sedih. Kalau lo mau lo anggap gue sebagai Rain, Adik lo. " ucap Mentari tersenyum tulus.

Samudera menggeleng, "Mentari dan Rain itu beda. Gue memang menyayangi Rain tapi gue nggak bisa menganggap lo itu Rain. Karena lo adalah Mentari, cewek jutek yang berhasil luluh sama gue. Gagaris Samudera Pratama. " dengan cengiran khasnya Samudera menggenggam tangan Mentari. Matanya beralih menatap kedepan dengan langit yang berwarna oren kemerahan.

Memori itu adalah kejadian yang berasal dari masa lalu. Kamu boleh mengenangnya atau memutarnya tapi jangan jadikan masa lalu mu sebagai kamu. Kamu harus menatap kedepan, masa lalu hanya untuk dijadikan contoh atau pembelajaran hidup agar kita tidak mengulanginya lagi.

"Bep, pulang yuk. Udah sore, nanti camer nyariin. " setelah berucap begitu Samudera langsung ngacir menghindari amukan Mentari yang ganas. "Samudera, cowok tengil. Dasar anaknya kuda nil, gue bilangin ke bunda biar nggak ngasih lo restu. "Geramnya bangkit dan mengejar Samudera.

Lain hal dengan Langit yang sedang berada di kafe yang pertama kali ia kunjungi. Kafe dengan gaya remaja mampu membuat pengunjung tertarik. Di dinding kafe banyak quotes yang bisa di copy buat caption instagram. Lampu tumblr dipasang dibawah meja-meja dengan warna yang berbeda, selain itu harganya juga pas buat anak remaja.

Langit dengan ponsel ditangannya dan segelas kopi menemaninya saat ini. Dirinya terlalu larut dalam aplikasi yang berada di benda canggih itu. Hingga suara seorang gadis mampu mengalihkan perhatiannya.

"Selamat sore semua. Gue akan nyanyiin satu lagu buat nemenin kalian. Enjoy guys. "

I'm jealous, I'm overzealous

When I'm down I get real down

When I'm high I don't come down

But I get angry, baby, believe me

I could love you just like that

And I can leave you just as fast

Suara lembut itu masuk dipendengaran Langit dengan Musik gitar yang harmonis. Mata cowok itu membulat melihat siapa yang bernyanyi sama dengan gadis tersebut.

But you don't, judge me

'Cause if you did, baby, I would judge you too

No you don't, judge me

'Cause if you did, baby, I would judge you too

'Cause I got issues, but you got 'em too

So give 'em all to me and I'll give mine to you

Bask in the glory, of all our problems

'Cause we got the kind of love it takes to solve 'em

Yeah, I got issues

And one of them is how bad I need you

Hingga lirik terakhir gadis itu menatap Langit tanpa henti. Seolah semesta sedang memberhentikan waktu keduanya.

Gitar yang mengiringi gadis itu pun berhenti membuat semua pengunjung bertepuk tangan. Karena suara itu lah gadis itu mengerjapkan matanya lalu tersenyum manis.

Gadis itu pun turun dari panggung. Langit yang melihatnya langsung bergegas bangkit mengikuti kemana gadis tersebut.

"Zay, "panggil Langit ketika melihat gadis itu tengah menegakan air mineralnya.

Zayna, gadis yang tadi dipanggil Langit menoleh. Wajah manisnya terlihat berbeda, mungkin baru kali ini Langit melihat Zayna memakai baju bebas.

Zayna mendekati Langit yang berdiri tidak jauh darinya. "Langit," ucap Zayna ketika sudah berhadapan dengan Langit.

Cowok itu tersenyum, mata coklatnya terkena sinar matahari membuat terlihat lebih Indah. "Mata lo Bagus, " cengir Zayna pada Langit yang terkekeh mendengarnya.

"Lo manggung? "Tanya Langit sedikit ragu. Zayna mengangguk dan tersenyum sebagai jawaban. "Iya, duduk yuk. Ditempat yang tadi lo dudukin, "

Langit berjalan lebih dulu dan duduk ditempat yang tadi ia tempati. "Tumben, gue pertama kali liat lo. " ucapnya menatap Langit yang juga menatap lurus dirinya.

"Oh, gue emang pertama kali kesini. Dan gue kaget ngedenger suara lo. Lembut banget sih, " pujinya dengan tangan yang menarik pipi Zayna gemas.

Zayna cemberut melihatnya. Tangannya mengusap-usap pipi yang tadi menjadi kejailan temannya.

"Udah ya, gue mau nyanyi lagi. " pamit Zayna setelah itu benar saja ia bernyanyi untuk menghibur pengunjung kafe yang datang. Sampai pukul sembilan gadis itu baru turun dari panggung mini di kafe tersebut.

"Langit, lo ngapain, nggak pulang? " tanya Zayna sedikit terkejut melihat Langit yang masih Setia duduk dibangku yang ditempati tadi sore.

Cowok itu hanya nyengir lalu bangkit dari duduknya. "Udah mau pulangkan? Ayo gue anter. " tangan besarnya menggenggam tangan mungil Zayna. Gadis itu sedikit terkejut tapi lama-lama ia merasa nyaman dengan genggaman hangat itu.

Keduanya berhenti dihadapan motor hitam milik Langit. Cowok itu memasangkan helm ke kepalanya sendiri, gerakan tersebut pun tak luput dari pengelihatan Zayna.

"Ayo naik, "

Zayna yang sudah disuruh pun naik keatas motor hitam tersebut. Kini motor itu membelah jalanan ibu kota yang sudah malam, angin berhembus kencang membuat Zayna sedikit kedinginan.

Langit tahu bahwa Zayna kedinginan langsung mengambil tangan Zayna dan dilingkarinya keperutnya. Seolah Zayna sedang memeluk Langit dari belakang. Karena perlakuan itu Zayna sedikit deg-degan. Jantungnya serasa terpompa lebih cepat.

Untungnya motor tersebut sudah sampai didepan rumah Zayna itu juga atas petunjuk gadis itu. "Kok sepi sih, lo nggak papa sendiri? "Tanya Langit, cemas. Ia melirik rumah sederhana milik Zayna, lampunya pun belum dinyalakan.

Zayna tersenyum lelah, "udah biasa. Ciee, perhatian banget sih sama gue. "

"Iyalah, lo kan temen gue. "

Entahlah ada rasa sesak kala Langit mengatakan teman. Tapi rasa itu segera Zayna singkirkan, "good night, " ucap Langit dengan senyum tulus menenangkan.

"Too, makasih ya. Lo ampe repot karena nungguin gue, " dengan nada bersalah gadis itu menatap Langit yang masih tersenyum.

"Nggak papa, gue suka sama suara lo. Udah masuk gih, gue pulang ya. "

Setelah ucapan itu Langit beserta motornya pergi menghilang dari hadapan Zayna. "Gue harap rasa ini nggak akan muncul, "

***

Hola! Gimana? Seru? Gaje?
Yasudahlah maaf keun yaks kalau ada typo-typo manjah.

Udah, see you guys O_o

SeMen CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang