Samudera

148 5 0
                                    

"beb, tungguin gue anjir," seorang cowok berteriak sambil memasukan dompetnya kedalam saku celana belakangnya.

Seseorang yang dipanggil oleh cowok itu menoleh sebentar, lalu keluar lagi dan menghampiri mobil merah yang terparkir rapi ditempat parkir kafe tersebut.

Wajahnya bisa dibilang kesal, matanya menajam kala melihat cowok itu memasuki mobil. "heh, itu mata kalo jalan sama gue bisa gak jelalatan?! Atau mau gue colok pake garpu yang tadi? " ucap gadis itu dengan nada sinis tanpa melihat orang yang ia ajak bicara.

Cowok itu tersenyum geli melihat kelakuan gadisnya. Lalu tangan kanannya memasukan kunci mobil dan mulai menancapkan gas untuk pergi dari kafe tersebut.

" Cie cemburu, Mentari bisa cemburu juga. Ulululu bebeb gue yang paling lucu." Samudera, cowok yang tadi berteriak malah menampilkan senyum pepsodent nya pada Mentari.

Mentari menarik nafasnya, jika sudah begini tangannya lah yang beraksi. Telapak tangannya sudah gatal untuk menjambak habis rambut tebal Samudera.

"Sam, pilih mulut lo yang gue sumpel pake bon cabe atau gue jambak rambut lo sampe botak? " tanya Mentari dengan tatapan tajam, Samudera yang disampingnya menoleh sebentar, tangannya tetap fokus menyetir sembari menjawab pertanyaan dari pacarnya tersebut.

Samudera pura-pura memasang wajah sedang berpikir keras, dahinya ia kerutkan seperti orang cerdas sedang mencari rumus untuk menyelesaikan soal yang rumit. " gue pilih dicium aja, terserah mau dipipi, jidat, atau... Bibir juga boleh. "

Mentari sudah tak bisa menahan rasa kesalnya. Tangan mungilnya bergerak diatas kepala samudera, ia menjambak dengan keras sehingga Samudera yang sedang menyetir akhirnya meminggirkan mobilnya.

"gini nih kalo remot dikasih nyawa, jadi otaknya bebel. Kesel gue sama lo, Sam. Kenapa sih gue bisa jadi pacar lo? " ucap Mentari yang tetap menjambak. Samudera tak tinggal diam, ia menahan tangan Mentari agar berhenti menjambaki serta mengomel pada dirinya.

Samudera merintih, tapi kadang ia tersenyum kecil pada kalimat yang terlontar dari bibir kecil Mentari. Wajah mentari memerah, ia belum puas untuk menghajar Samudera. "Mungkin udah takdir kali beb, lo jadi pacar Samudera yang dikenal baik hati, polos, serta rajin menabung."

Mentari yang mendengar jawaban itu memasang ekspresi seolah-olah dia mual dengan kalimat tersebut.

"Kok gue jijik ya sama kalimat polos lo itu, terus itu apa yang di laptop lo dengan folder XXX ?!" tanya Mentari membuat mata Samudera membulat. Tangannya yang tadi ingin menancapkan gas mobilnya menjadi menggenggam tangan mungil Mentari.

Mentari tersenyum mengejek ketika Samudera seperti orang yang terciduk mencuri ikan di pasar, wajahnya lucu. Sehingga Mentari gemas untuk menabok bibir pink pucat Samudera.

"Si anjir, lo tau beb? Yaallah padahal tuh folder udah gue sempilin sama folder tugas. " jawab Samudera dengan wajah memerah, Samudera malu ketika Mentari tau kalau ia menyimpan folder laknat tersebut.

Mentari tertawa, tawa nyaring yang bisa Samudera lihat bahwa gadis itu tak ada beban. "Jangan buka mulut gede banget nanti kemasukan lalat, " ucap Samudera melanjutkan perjalanan mereka yang sempat tertunda.

Gadis itu langsung saja menutup mulutnya, keadaan mobil merah itu hening sesaat. Tapi setelah Samudera bertanya pada Mentari, keheningan itu menambah bahkan suhu ruangan itu tiba-tiba terasa sesak untuk Mentari.

"gue gak tau, dia masih di diri gue atau nggak."

***

"woi, jangan maruk sama makan. Bagi gue, " teriak Samudera pada seseorang yang berada di tempat tidue miliknya.

Cowok itu malah tertawa kencang, lalu ia melempar snack dan tepat memgenai kepala belakang Samudera.

Jika dilihat keduanya sangat akrab, seperti tidak ada masalah. Dan, yeah memang tidak ada masalah untuk saat ini. Tapi tidak dimasa lalu, kedua cowok itu bahkan bertengkar hebat, sampai keduanya berpisah karena mereka tidak mau tinggal bersama.

"Lang, " panggil Samudera pada cowok yang tadi ia teriaki.

Langit, cowok yang tadi menyaut dengan gumaman. "lebay lo, segala pake dehem deheman." Langit tertawa padahal tidak ada yang lucu dari kalimat yang dikatakan Samudera.

"yaudah, ada apa Samudera adek terganteng pacarnya baby honey Mentari? " tanya Langit menekan kata 'Baby honey' pada Samudera. Wajah Sam memerah, ia melempari Langit dengan benda yang disekitar dirinya membuat kamar itu tampak kotor dan berantakan seperti kapal pecah.

Tawa Langit bahkan sampai terdengar di luar hingga Bulan, ibunya berteriak agar Langit mengecilkan suaranya.

"Lang sumpah, kesel banget gue sama lo. Udah berapa kali gue bilang jangan panggil bebeb gua kayak gitu. Mau jadi ppo? " geram Sam yang sudah lelah melempari Langit dengan benda yang ada disekitarnya.

"ppo apaan? "

"Perebut Pacar Orang, lo mau hah gue tikung balik kalo lo punya gebetan? "

"lo nikung gue? Gue tebas anu lo," Langit berucap sambil menirukan gerakan memotong membuat Sam yang duduk dilantai meringis ngeri.

Suara ketukan pintu menyadarkan keduanya. Sam dengan cepat membuka pintu kamarnya, dan benar saja Mentari berdiri disana dengan nampan ditangannya.

"YAALLAH, BUNDAA. SAM SAMA LANGIT BERANTAKIN KAMAR, "teriak Mentari membuat kedua cowok itu ketar ketir. Samudera bahkan sudah mengumpat dibalik kasur yang tergeletak dilantai.

Langit sendiri mulai membenahi kekacauan yang di lakukan oleh dirinya dan adik laknatnya itu. "Sam, beresin atau gue tebas bantal alay lo, " ucap Mentari tinggi dengan wajah yang memerah.

Nampan yang ditangannya sudah ia letakan diatas nakas, kalau tidak gelas yang diatas nampan itu mungkin sudah mengenai kepala Sam.

"iya, iya sayang. Ini juga lagi diberesin, kamu duduk aja dulu. "ucap Langit lembut membuat selimut yang tadi dipegang Samudera sekarang berpindah menjadi diatas kepala Langit.

"sayang, sayang pala lo peyang. Mau gue tebas anu lo bang sampe abis. Mampus lo gak ada masa depan, " ucap Langit sambil tersenyum miring membuat satu bantal mengenai kepalanya.

Mentari, yang berdiri disana merasa pusing dengan pertengkaran kecil tersebut. Ia menatap keduanya tajam dengan tangan yang terkepal agar jika Langit dan Samudera bertengkar, ia bisa langsung menabok pipi keduanya.

Butuh waktu tiga puluh menit untuk membersihkan kekacauan. Dan sekarang Mentari sedang duduk diantara Langit dan Samudera. "jadi bang, lo kapan masuk ke sekolah gue?"

"bukan sekolah lo beb, " sahut Samudera sambil membuka kulit kacang dan memperhatikan tv yang menampilkan sinema pintu taubat.

Mentari memberi tatapan tajam pada Samudera. Lalu ia menengok kembali pada Langit. "besok paling, kenapa lo mau deket-deket gue ya? Dengan alis yang di naik-naikan Langit menggoda Mentari membuat pipi gadis itu memerah.

"apasih lo bang, mau nikung tuh gak usah gini lah. Mau gue tebas beneran?"

"sstt, kalian tuh berantem mulu, heran gue liatnya. Mau gue tabok satu-satu biar kalian akur? " Mentari berucap sambil menoleh kanan dan kirinya.

Langit seolah-olah fokus pada tayangan yang didepannya dan Samudera sedang fokus menghitung kulit kacang yang tadi dia buka.

Bukan karena apa, tabokan Mentari itu sangat sakit. Waktu itu ketika keduanya bertengkar, Mentari tiba-tiba saja datang dan menabok pipi keduanya hingga merah. Jadi jangan heran kalo Mentari akan bersikap lemah lembut pada cowok.

Ia sudah dikenal dengan gadis paling galak disekolah keduanya. Hingga semua cowok yang disekolahnya segan pada dirinya, apalagi pacar Mentari adalah Samudera.

Cowok tengil yang kapan saja bisa berubah menjadi monster ketika kepunyaan nya diambil.

Pasangan aneh, tapi keduanya saling melengkapi.

***
HAIII GIMANA KABAR NYAAAA??????

WAH AKU UDAH BERAPA LAMA YA GAK NGELANJUTIN WORK INI, SUMPAH AKU UDAH LUPA SAMA JALAN CERITA INI. dan sebagai gantinya insyaallah aku lanjutin tapi ganti alur. Hehehe

Sayang kalian semua.
Ai

SeMen CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang