SeMen-10 : Drama

159 9 0
                                    

"Beb, kenapa sih diem mulu, kaga pegel tuh bibir. " ucap Samudera jengkel pada gadis yang sedang dihapannya ini. Keduanya kini sedang berada dikafe dekat dengan sekolah, tadinya Samudera ingin bercerita namun ketika melihat Mentari sedang kesal jadi ia urungkan.

Mentari menatap lurus-lurus keiris Samudera. "Ada anak baru disekolah, " jeda Mentari dan kembali melanjutkannya. "Dia kaya aneh gitu natap Gue nya. Ntah lah kaya ada sesuatu yang akan terjadi kedepannya. "

Samudera terkekeh dengan ucapan Mentari yang lucu baginya. Cowok itu menyeruput minumannya lalu berucap, "kirain ada apa, bep nggak usah dipikirin nanti ubanan. Kalo ubanan nanti kamu malu dan nggak jadi nikah sama aku yang gantengnya sebelas duabelas sama Justin Johnes. " Samudera berucap ngelantur membuat Mentari memutar bola matanya malas.

Ini lah yang membuat Mentari malas ketika bercerita dengan Samudera. Cowok itu tidak pernah serius, menyepelekan suatu masalah.

"Bodo amat Kuda Nil," balas Mentari malas.

Kini keduanya sama-sama terdiam, Samudera mengehela nafasnya. Pemandangan itu pun tak luput dari perhatian Mentari. "Langit udah pulang? "Tanya Gadis itu hati-hati takut Samudera marah.

Samudera mengangguk malas. "Udah, tadi pas aku nggak masuk Farhan sama Galang ganggu kamu nggak? Emang tuh dua kucrut ganggu kita mulu kaya jolay. " gerutunya membuat Mentari tertawa.

"Alah, nanti kalau Galang sama Farhan nggak ada. Lo nyariin, kalau nggak ketemu sehari nanti kangen. "Ledek Mentari yang dibalas cubitan dipipi gadis itu.

"Ah, kamu bisa aja. "

"Najis. Jauh-jauh gih sana, males liat muka lo, " ucap Mentari membuat Samudera mengembangkan senyuman dibibir pinknya.

"Jangan, nanti lo kangen gimana? Tadi aja lo kangen kan? "Tanya cowok itu sambil menunjuk-nunjuk Mentari yang kesal.

"Kata siapa? "

"Dua kucrut, upss. " bibirnya sengaja ditutupi seperti iklan sampo yang ketahuan, sehingga satu jitakan dilayangakan Mentari untuk pacar tersayangnya, Samudera.

***

Pertemuan memang selalu menyenangkan bukan? Begitu lah aku yang senang bertemu dengannya. Kamu adalah seseorang yang membuat ku tertarik. Karena kemarahanmu membuat ku tersenyum. Karena melihat wajahmu yang jutek aku tertawa lepas. Sungguh aku tidak bisa melupakan hari ini.

Namun ketika sampai dirumah, aku kembali menjadi diriku yang tertutup. Bahkan aku lari untuk sampai diruangan ini hanya untuk melindungi hatiku, kadang aku ingin kamu disini. Mulai sekarang aku akan berharap sama Bintang agar kamu disisi ku, walaupun hanya sebatas teman.

Diriku, Airin.

Setelah menulis dibindernya, gadis itu menutup serta menaruh pulpen yang menjadi bibirnya untuk menyampaikan apa yang ia tidak bisa sampaikan walaupun sebagai perantara.

"Kamu, kalau nggak mau disini ceraikan saja aku. Kamu dan cowok lain sama saja. " ucap wanita dewasa itu dengan wajahnya yang memerah. Pipinya biru karena tamparan yang dihasilkan dari lawan bicaranya.

"Wanita mana yang rela meninggalkan anaknya hanya untuk uang? Hanya kamu yang bodoh menelantarkan Airin sampai seperti itu. " pria dewasa itu tersenyum sinis.

Wanita itu adalah ibu dari seorang gadis yang kesepian, Airin. Gadis itu bahkan mendengar bunyi bantingan, kaca yang sengaja dipecahkan dan bunyi tamparan yang seolah menyadarkan gadis yang berusia enam tahun.

"Dan pria mana yang masih berstatus suami pergi bersama sekretarisnya?!" ucap wanita itu yang bahkan sudah mengeluarkan kristal bening.

Memori itu kembali merasuki pikiran Airin sehingga kepalanya sedikit pusing. Entah apa yang ia pikirkan sehingga bisa memikirkan keluarganya yang sangat kacau.

Gadis itu langsung bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kamarnya untuk sampai ke Taman belakang rumahnya.

Seperti biasa ketika Airin melewati ruang keluarga pasti ruangan itu sepi, seperti rumahnya tak ada tanda kehidupan. Airin masih bisa tersenyum walaupun tatapannya terluka kala melihat foto yang tergantung dengan besar. Foto keluarganya.

"Apa cuma gue yang nggak pernah merasakan bahagia? "Tanyanya sendiri sambil duduk diayunan belakang rumahnya. Tempat yang dulu menjadi tempat favorit keluarganya setiap sore.

Matanya berkaca-kaca namun tidak ia keluarkan. Ia sudah lelah dengan drama yang dibuat oleh keluarganya, lelah dengan segala suara teriakan yang membuat kepalanya sakit, drama yang sampai kapan terus berlangsung dan menimbulkan luka.

"Non, "panggil Mbok As pada Airin. Gadis itu menolehkan kepalanya kebelakang dan mendapati Mbok As dengan mata yang berkaca-kaca.

Direngkuhnya tubuh mungil itu oleh Mbok As. "Mbok, Airin capek. Boleh Airin pergi? "Tanyanya dengan suara yang bergetar.

Mbok As yang mendengarnya pun mengeratkan pelukannya. Ia mengerti dengan situasi yang terjadi dirumah majikannya. Yang dibutuhkan Airin hanya pelukan, dan sandaran.

"Non, apapun yang terjadi non harus kuat. Non boleh ngeluapin emosi non, tapi dalam batas yang wajar. Kalau non butuh pelukan non bisa temuin mbok, mbok memang bukan ibunya non tapi mbok tau kalau Non butuh sandaran. "

"Mbok, kenapa tuhan nggak ngambil Airin. Luka Airin telalu besar untuk diobati. Airin capek ngedengerin tiap hari mama sama papa berantem. Airin juga pengen bahagia, apa salah Airin meminta kebahagian dengan tuhan? "Tubuh Airin memang ada namun hatinya hancur. Tak terbentuk dengan segala lubang yang dihatinya.

Entah sampai kapan ia harus kuat dengan drama ini. Ia hanya tokoh bukan sutradara. Tokoh yang tidak mengetahui skenario yang dijalankan, hanya waktu yang bisa menjawabnya.

*****

Hola, yang lagi ujian gimana? Sulit? Atau mudah?

Aku juga lagi uts jadi semangat buat yang uts. Vote and comment nya ya bep.

Love you ❤

SeMen CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang