SeMen-20 : Sesak

150 3 0
                                    

"Ah! Sempak Firaun, " gerutu Farhan saat bermain ludo bersama Galang. Cowok bertampang manis itu tidak terima kalau dirinya kalah. "Lo sih, slending gue mulu. Nggak ikhlas aku mas," ucapnya dengan nada lebay membuat Galang yang ada dihadapannya memutar bola matanya malas.

"Lebay lo, " sahut Galang dengan nada sarkasnya yang ia punya. Cowok itu melirik kesebelah tempat duduk Farhan. Disana Mentari duduk sambil mengaduk makanan yang belum dimakannya.

Galang menyikut Farhan yang fokus pada ponselnya membuat cowok manis itu geram dengan sikut-an Galang. "Apa lagi sih? " tanyanya gemas dengan sahabat dekatnya.

"Mentari kenapa? " bisik Galang ditelinga Farhan. Farhan yang mulai mengerti dengan situasi itupun menolehkan kepalanya, ketempat Mentari duduki.

"Mentari, makanan jangan diaduk-aduk. Nanti makanannya pusing, kalo dia pusing nanti nggak ada yang nolongin. Doinya kan nggak peka, mau nolongin--" Galang langsung saja mebekap mulut Farhan yang mengoceh tidak jelas.

"Apasih nyet, lo ngomong nggak jelas. "Jeda, "Lo kenapa Men? " tanya Galang menatap Mentari dengan tatapan kepo.

Mentari yang diajak bicara pun bingung, pasalnya ia sedari tadi melamun dan tidak mendengar percakapan keduanya. "Kalian ngomong apaan? " dengan tatapan polosnya Mentari bertanya membuat dua sekawan itu menepuk dahinya pelan.

Mentari yang melihat itupun hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sudah pasti sahabat dari Samudera. Ah, cowok itu sedari tadi Mentari tidak melihatnya. Memang tadi Samudera mengiriminya pesan, namun sampai sekarang gadis itu belum membalas. Hanya membaca saja.

Karena keheningan melanda di meja yang ditempati Mentari, gadis itu akhirnya bangkit dari tempat duduknya. "Gue mau keperpus, " ucapnya, sejurus kemudian ia pergi dari dua sekawan itu.

"Sayang, cewe cakep kaya Mentari dibikin sedih sama temen lo." sahut Farhan dan langsung mendapat toyoran dari Galang.

"Samudera temen lo juga, "

Kalian pasti tau apa yabg terjadi setelahnya, sudah pasti Galang dan Farhan bertengkar. Dengan berbagai macam jurus, misalnya saling toyoran, tempeleng, menjitak atau mencubit satu sama lain.

Beda dengan Mentari yang sudah berjalan melewati koridor yang padat, gadis itu dengan wajah judesnya tetap berjalan. Tatapannya lurus sampai satu objek yang membuatnya terpaku.
Kebersamaan Samudera dengan Airin.

Cowok itu dengan bahagianya tertawa dengan gadis yang kemarin menjadi akar permasalahannya. Mentari tersenyum sinis ketika melewati Samudera dan Airin lalu melenggang pergi begitu saja.

Samudera yang melihat Mentari berusaha mengejar. Namun, Airin nencekalnya dengan isyarat gelengan kepala menandakan kalau Mentari butuh sendiri. "Kenapa? "

"Dia butuh waktu, Sam. " jawabnya pelan, gadis itu menatap iris mata Samudera yang memperlihatkan kesalahannya. Airin merasa iri dengan Mentari, dia memiliki semuanya. Samudera, bahkan keluarga yang bahagia.

Samudera yang mendengar jawaban itu memukul dinding yang berada didepannya. Semua siswa yang melihat itu merasa ada yang aneh dengan cowok yang menurut kaum hawa ganteng. Airin meringis ketika melihat luka memar serta darah yang mengucur dari punggung tangan cowok itu.

"Sam! Jangan pernah ngelukai diri lo, cukup gue aja yang terluka. "

***

"Langit! " panggil Zayna dengan nada yang kencang. Gadis itu menggumam kesal kala dirinya sedang bercerita namun cowok yang dihadapannya ini hanya melamun.

Langit mengerjapkan matanya, "eh iya, terus itu siapa namanya? Lupa gue, " ucapnya sedikit bingung melihat Zayna yang menggerutu kesal.

"Taulah! Kesel gue. " sahutnya dengan wajah bad mood. Zayna mengalihkan pandangannya agar tidak bertatapan dengan cowok yabg disebelahnya, Langit.

"Dih, ngambek. Yaudah nanti nggak gue beliin oreo. " senyumnya mengembang kala Zayna meliriknya setelah Langit mengucapkan kata 'oreo'.

Langit tau kalau Zayna sangat suka makanan dengan biskuit hitam serta krim putih manis itu.

"Nggak ngambek lagi. Lagi gue kesel lo nggak dengerin gue, " timpalnya membuat Langit terkekeh. Cowok itu mencubit hidung Zayna membuat yang punya hidung marah.

"Jelek kalo ngambek. "

"Lo tadi ngelamunin apa? " tanya Zayna penasaran. Gadis itu mendekatkan bangkunya dengan Langit. Memang keduanya sedang berada dikelas sebab pelajaran kosong.

Langit menjawabnya dengan senyum kecil yang menghiasi bibirnya. "Kemarin gue ketemu cewek. Dan gue nemenin dia ditempat Bagus banget." jeda, "Dia adek kelas kita. Gue kayak tertarik sama dia. " setelahnya wajah Zayna melunak. Gadis itu yang tadinya bersemangat sekarang serasa aneh didalam hatinya

Entah, seperti ada batu besar yang menimpa hatinya.

"Oh, " jawab Zayna dengan wajah datar. Kemudian gadis itu menjauhkan tempat duduknya dengan Langit, tangannya mengambil pensil. Matanya mengarah ke buku kosong yang berada diatas meja. Mengalihkan sesak yang dihatinya.

Langit melihat itu semua, dan dia merasa sedikit aneh dengan sikap Zayna yang berpura-pura menyibukan dirinya. "Lo kenapa? " tanya Langit khawatir. Ketara sekali dengan ekspresi diwajahnya.

"Hah! Nggak kok. Cuman dada gue rasanya sesak. "

Dan setelah itu Zayna memutuskan untuk pergi dari hadapan Langit. Cowok itu mengurutkan dahinya ketika melihat sahabatnya pergi begitu saja.

"Sesak? "

***

Haii guys. Cuma mau bilang ini bakal updetnya lama. Udah itu doang.

Babay 👋

SeMen CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang