SeMen-15 : Memori

137 7 0
                                    

"Disurga, "

Mentari tak menyangka dengan perkataan Samudera barusan. Cowok yang disampingnya ini sangat pintar menyembunyikan perasaan terlukanya dengan tertawa.

Benar kata orang kalau 'orang yang suka tertawa dengan kencang adalah orang yang sedang menutupi lukanya yang dalam'

"Maaf, gue nggak tau. "

Samudera tersenyum menenangkan. Mata coklatnya melihatnya dengan tulus membuat rasa nyaman bagi yang melihat.

"Nggak papa, udah lama juga. " ucap Samudera masih dengan senyuman yang menampakan lesung pipinya. "Bep, gue benci diri gue sendiri. " jeda Samudera membuat Mentari menoleh, alisnya terangkat naik dengan ucapan yang tidak ia mengerti.

"Gue benci, kenapa gue harus ninggalin Rain sama Langit. "

"Sam, "panggil Bintang dengan suara khas. Cowok dewasa itu terlihat  tersenyum pada putranya yang sedang menonton tayangan televisi.

Samudera kecil menoleh lalu bangkit dari duduknya mendekati ayahnya. "Apa pah? "

"Ikut papa yuk, beli kado buat Rain. "Bisik Bintang membuat senyum cerah terlihat di wajah Samudera. Lesung pipinya membuat cowok itu terlihat menggemaskan.

Samudera mengangguk dengan antusias. "Oke, Sam pamit dulu ya sama Rain. Sekalian ganti baju, " ucap Cowok berumur 6thn itu. Ia berlari untuk mencapai kamarnya. Tapi langkahnya melambat ketika melihat Rain dengan pensil warnanya dan buku gambar ditangannya.

"Rain, mau kemana? "Tanya Samudera dengan lembut. Rain mengerjapkan matanya melihat abangnya.

"Rain mau ketaman belakang, mau ngegambar. "Gadis kecil itu berucap dengan logat khas anak umur 5 tahun. Samudera mengangguk lalu matanya menyusuri ruangan villa yang ia tempati dengan keluarganya.

Memang keluarga Pratama berada dipuncak untuk merayakan ulang tahun kedua anaknya. Rain dan Samudera, keduanya memiliki tanggal dan Bulan yang sama hanya beda tahun.

"Kak Langit. " panggil Samudera dengan keras. Langit yang baru masuk, langsung melangkahkan kakinya mendekati kedua saudaranya.

"Tolong jagain Rain ya, Aku mau beli kado sama papa. " bisik Samudera ditelinga Langit. Cowok yang berstatus kakaknya itu manggut-manggut tanda mengerti.

"Pasti, jangan lupa beliin Aku juga ya. " ucap Langit membuat Rain yang berada bingung.

"Rain, abang mau keluar. Rain tungguin abang ya kalau mau main bola. " suara lembut Samudera dengan tangan mengelus kepala Rain dengan sayang.

Rain tersenyum hingga matanya terbentuk bulan sabit. "Iya, Rain tungguin abang. Kan Rain sayang Abang walaupun abang jail. "

Ucapan Rain dengan khasnya membuat Samudera terkekeh. Kemudian Rain dan Langit pergi dari hadapannya. Namun sebelum itu Rain memutar kepalanya mengangguk lalu bergumam 'Rain sayang bang Samudera.' setelah itu sudah hilang dari pandangannya.

"Sam, nggak jadi ganti baju? "Tanya Bintang dengan tangan yang merangkul bahu Samudera.

Samudera menggeleng, niatnya tidak ia laksanakan. Hatinya tiba-tiba tidak ingin pergi kemanapun. "Nggak, Sam kan udah ganteng dari lahir. Jadi mau ganti atau nggak sama aja. Ganteng. "

Dengan pedenya ia berucap. Bintang tertawa lalu keduanya menaiki mobil untuk membelikan kado Rain.

Lain hal dengan Rain dan Langit yang tampak duduk dikursi belakang. "Rain gambar apa? "Tanya Langit dengan menunjuk gambar Rain.

SeMen CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang