SeMen-12 : Pertemuan

130 8 0
                                    

Dengan langkah cepat gadis itu berjalan menuju kelasnya. Banyak yang menyapanya namun semuanya ia hiraukan bukan karena sombong tetapi ia sedang terburu-buru.

Baru saja ingin membelokan dirinya untuk sampai kekelasnya tapi tiba-tiba saja seseorang menabraknya. "Sorry, ada yang sakit nggak? "Tanya orang yang menabrak gadis itu.

Mentari, gadis itu mendongakkan kepalanya dan mendapati seorang cowok dengan tubuh jangkung dan wajah yabg sangat mirip dengan orang terdekatnya namun ia lupa orang itu siapa.

Mentari mengerutkan dahinya, ia menjawabnya dengan gelengan kepalanya karena gadis itu terlalu malas untuk berbicara.

"Oke, gue boleh nanya? "Tanyanya lagi pada Mentari yang baru saja hendak melangkah melanjutkan perjalanannya menuju kekelasnya.

Mentari mengangguk, wajah betenya sudah mulai keliahatan. "Nanya apaan? Gece gue mau kekelas, " ucapnya ketus dengan wajah yang terlihat bete.

Cowok itu tersenyum bersalah. "Mau nanya ruangan tata usaha dimana? "

"Dari sini lo tinggal belok kekanan. Nanti ada ruang OSIS, nah disebelahnya. " jawabnya singkat seperti orang tidak ikhlas.

"Terima Kasih, gue Langit. " ucap cowok itu mengulurkan tangannya. Mentari meliriknya namun ia tidak memberi tahu namanya.

"Hai, Langit. " setelah ucapan itu terlontar, Mentari dengan cepat pergi meninggalkan Langit yang menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Mentari.

"Aneh, " gumamnya lalu berjalan keruang TU sesuai apa yang tadi Gadis itu beritahu.

Kini Mentari telah sampai di depan kelasnya. Dari luar saja sudah terdengar suara teman-temannya yang heboh. Kakinya mulai melangkahkan ke tempat duduk seperti biasanya.

"Pagi Mentari, " ucap Airin pada Mentari. Mentari tersenyum tipis menanggapinya. Matanya menyusuri kelas dan belum menemukan Samudera, si cowok yang berstatus pacarnya.

Baru saja ingin bertanya pada Farhan, tiba-tiba dari pintu terdengar suara yang sangat Mentari kenali. "Pagi kawan-kawan ku yang ku Cinta. Tapi gue lebih Cinta bebep Mentari, " ucapnya dengan suara keras membuat Mentari memutar bola matanya malas.

"Lo siapa dan kenapa lo duduk di tempat gue? " tanya Samudera sarkas pada Airin yang menatapnya bingung. Samudera tadi melangkahkan kakinya ketempatnya namun dilihat ada seorang gadis yang asing di penglihatannya duduk dikursinya.

"Oh, gue Airin. Dan gue duduk disini disuru Bu Dewi, " jawabnya Santai seperti tidak merasa terganggu dengan Nada yang tadi dipakai Samudera.

Mentari yang mulai paham dengan situasinya langsung menarik lengan Samudera menjauh dengan Airin. "Bebep, kok dia nempatin tempat gue?! Nggak ikhlas gue mah. Pokoknya nanti gue mau protes sama bu Dewi. " jelasnya pada Mentari yang sedang menatapnya seperti ingin memakan mangsanya.

"Lo duduk disebelah Farhan aja, Airin kan cewek bukan cowok jadi lo nggak usah cemburu. " ucap Mentari, tenang.

Samudera yang mendengarnya berdecak, ia tidak suka dengan hal ini. "Tapi kan nggak bisa ganggu--" ucapannya terpotong kala Mentari mengucapkan kata-kata yang membuatnya terbang.

"Lo tadi ngomong apa? Nggak denger, ulang sekali lagi. " senyum Samudera dengan lesung pipit yang tertempel dipipinya. Pipi Mentari memanas tadi ia keceplosan mengucapkan kata yang seharusnya tidak ia ucapkan.

"Nggak ada, "tolaknya langsung meninggalkan Samudera yang masih senyum merona dengan ucapan Mentari.

"Love you too bep, " sahutnya dengan suara keras. Alhasil seluruh kelas menyoraki dirinya dan Samudera.

Ada satu orang yang bingung dengan semuanya, serta ada luka baru yang tergores dihatinya, Airin.

***

"Hai, gue Zefari Langit, gue pindahan dari London. Kalian bisa manggil gue Langit. Salam kenal, " ucap Langit memperkenalkan dirinya didepan kelas 12IPA-2.

tadi ketika sudah sampai ruang TU ia langsung diantarkan keruang kelasnya. Dirinya masih terbayang dengan gadis aneh yang tadi tidak sengaja ia tabrak.

"Langit, kamu bisa duduk di sebelah.... Zayna. " ucapan itu membuat Langit mengerjapkan matanya. Ia menghampiri meja yang disebelahnya terdapat gadis dengan wajah sendu namun ia tutup.

Langit duduk di sebelah kiri gadis itu. "Hai, gue---" kalimat Langit terpotong kala melihat gadis itu tersenyum padanya. Ada luka disudut bibirnya, wajahnya juga terlihat letih.

"Langit? Gue Zayna. Nama lo Bagus, " ucap Zayna dengan senyum kecil. Langit tampak ingin menyentuh luka dibibir itu namun karena guru itu sudah menjelaskan materi yang diajarkan, Alhasil ia harus menahan rasa penasarannya.

"Shhh.. " ringis Zayna ketika pulpen yang ia pakai tidak sengaja terkena luka disudut bibirnya. Langit menolehkan pandangannya yang tadinya mengarah ke papan tulis menjadi ke Zayna.

"Lo nggak papa, itu luka lo udah di obatin? "Tanyanya dengan nada Khawatir yang terdengar jelas. Zayna menatap Langit, kemudian gadis itu tersenyum meyakinkan.

Langit tetap khawatir dengan gadis yang berada disampingnya ini. "Serius? Atau nggak gue minta izin buat ke UKS buat ngobatin luka lo, " sahutnya dengan wajah cemas.

Zayna terkekeh mendengarnya kemudian ia menekan luka yang berada di sudut bibirnya. "See, udah nggak sakit. "

Dan percakapan keduanya terhenti ketika guru memanggil nama keduanya untuk fokus. Keduanya sama-sama mengangguk sebagai jawaban.

"Oke, kalau ada apa-apa lo bilang. Sekarang kita teman, "bisik Langit tetapi arah pandnagnya ke papan tulis.

Zayna tersenyum kecil, "Teman, " bisik nya dengan senyuman yang masih tertempel dibibir mungilnya.

***

Haiiiiii, updetnya malem atau pagi yaa. Karena paket aku abis, jadi cuma ada kuota malem. Hehehe.

Entahlah ini bakalan nyambung atau nggak. Yaudah ketjup manjah dari Samudera 💋

Bye😻

SeMen CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang