Maaf

1.9K 88 3
                                    

Semarah apapun dirimu, sebaiknya tak menggunakan kekerasan, atau kau akan menyesal ~Amzar Fairuz~

***

Pagi ini, aku harus kembali repot karena mama yang biasa menyiapkan sarapan sedang tidak di rumah. Meski usiaku belum genap 16 tahun tapi aku sudah terbiasa memegang peralatan dapur. No.. No.. No.. Bukan hanya memegang, lebih tepatnya aku sudah terbiasa memasak. Karena, memasak juga menjadi salah satu hobbyku. Ya, biar pun aku nakal begini, prinsipku sebagai wanita harus bisa memasak.

Sebenarnya di rumahku ada pembantu. Tapi aku lebih suka masak sendiri, mumpung mama tidak di rumah pikirku. Jika ada mama, mama tidak akan membiarkan aku memasak, kecuali di hari libur. Mama selalu memanjakanku. Jika sedang ada mama di rumah, aku tidak akan bangun sepagi ini. Untuk ibadah? Aku paling malas. Meski berulang kali papa, mama dan kak Amzar mengingatkanku, aku tidak pernah melaksanakannya.

Pagi ini, aku membuat bubur ayam. Rasanya ingin sekali aku makan bubur ayam. Setelah selesai memasak bubur, aku pun mandi dan bersiap untuk ke sekolah.

Saat aku selesai bersiap, aku segera menuju ruang makan untuk menyantap bubur buatanku tadi. Rupanya kak Amzar sudah bangun, dan masi memakai baju tidurnya.

"Kakak tidak kuliah?" Tanyaku dengan nada datar.

"Libur, Li." Jawabnya singkat seraya menyuap satu sendok bubur ke dalam mulutnya.

"Oh.." Jawabku singkat.

Jujur aku masi kecewa dengan sikapnya kemarin. Tapi, bukan berarti aku akan membiarkan kakakku kelaparan.

"Li, kakak minta maaf." Ucapnya seraya memegang tangan kiri ku.

Aku tidak menjawabnya dan hanya melanjutkan sarapanku.

"Kakak tidak perlu mengantarku hari ini jika memang kakak libur. Tenang saja aku sudah pesan grab." Ucapku ketus.

"Apa kamu tidak mau memaafkan kakak, Li?" Nada bicara kak Amzar merendah, lebih rendah dari nada aslinya.

"Aku berangkat. Assalamu'alaikum."

Aku pun beranjak dari meja makan meninggalkan kak Amzar yang masi tercengang melihat sikapku.

Aku pun tidak membohonginya. Aku benar benar memesan grab untuk mengantarku sampai di sekolah.

Rupanya hari ini aku berangkat terlalu pagi. Sekolah masi sangat sepi. Aku berjalan pelan menuju kelas. Sesekali aku berhenti di depan papan mading yang terletak di setiap ujung koridor sekolahku.

"Li... Lian!" Panggil seseorang.

"Seperti kenal suaranya?" Gumamku.

DANANG - Finding True Love [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang