DANANG - Finding True Love [COMPLETED]

Malam Terakhir Di Bogor

Firasat adalah sebuah tanda ikatan nyata antar dua hati ~Lian~

***

Malam itu, menjadi malam terakhir weekend kita di Bogor. Jam baru menunjukkan pukul 20.00 WIB.

Mama dan papa sudah tidur sejak 1 jam yang lalu. Naya masi beristirahat di kamar, sementara kak Rendy dan kak Amzar juga sudah berada di kamarnya. Tadinya aku juga sudah masuk ke dalam kamar, karena tak kunjung terlelap, aku pun memilih untuk menyalakan televisi kembali. Perutku terasa tak nyaman, aku sedikit merasa mual. Sepertinya bakteri jahat di ususku kembali berkelana.

Ceklek!

Aku melihat ke arah sumber suara. Ternyata dari kamarku dan Naya. Naya terlihat berjalan lesu ke arahku. Dia mendekat dan duduk di sisiku.

"Kamu belum tidur, Li?" Tanyanya seraya meneguk air mineral yang beberapa saat lalu ku ambil di dapur.

"Aku tidak bisa tidur. Perutku terasa mual." Ucapku.

"Sakit lagi, ya? Mau aku ambilkan obat?" Tawarnya dengan nada penuh kekhawatiran.

"Tidak perlu, Nay. Bagaimana kondisimu? Sudah membaik?" Aku berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Sudah, Li. Tidur yuk, jika kamu tidak mau aku ambilkan obat." Ajaknya.

"Kamu duluan saja. Aku masi ingin di sini." Tolakku.

"Aku akan menemanimu di sini." Tegasnya.

"Baiklah, terserah kau saja."

Aku dan Naya pun berada di ruang tamu hingga pukul 23.00 WIB.

Ceklek!

Aku mendengar suara pintu terbuka. Kak Amzar rupanya.

"Li, kenapa belum tidur?" Tanyanya dengan nada yang sedikit keras.

Aku mengisyaratkan agar kak Amzar mengecilkan suaranya. Karena kini, Naya telah tertidur pulas di sofa sampingku.

"Kenapa belum tidur?" Ulangnya dengan nada yang sedikit rendah.

"Tidak apa apa kak. Lian belum ngantuk." Jawabku dengan nada yang tak kalah pelan.

Kak Amzar pun duduk di sampingku, sesingkat waktu kak Amzar telah merengkuh pinggangku agar lebih mendekat dengannya.

"Apa kau merindukan kakak? Sini tidur di sini." Kak Amzar menepuk nepuk pahanya. Mengisyaratkan supaya aku menaruh kepalaku di pahanya.