Secret Admirer

1.1K 51 3
                                    

Sejatinya, kita tak pernah tau siapa yang dalam diamnya mengharapkan kita ~Lian~

***

Kling!

Assalamu'alaikum, selamat pagi Liana Genia Lin. ~Mr. D

Mungkin ini sudah kesepuluh kali pesannya yang selalu berisi selamat pagi. Sejak 2 minggu terakhir ini nomor asing itu selalu muncul di notif WhatsAppku. Belum ada niatku membalasnya, sejujurnya aku penasaran. Siapa dia, nick namenya hanya bertuliskan Mr. D tanpa foto profil? Sangat klasik.

"Ya ampun, dik. Kakak sudah menunggu dari tadi, kamu belum selesai bersiap?" Omel kak Amzar.

"Hehe, sebentar lagi ka." Jawabku seraya membenarkan hijab yang berwana tosca, yang memadu elegant dengan gaun berwarna tosca berenda abu abu muda. Gaun yang seragam dengan Nisa.

"Kamu cantik kalau pakai hijab, Li. Pertahankan." Puji kak Amzar yang kini sudah berdiri di samping meja riasku.

"Kakak bisa saja. Insyaa Allah kak." Jawabku lalu berdiri dan berjalan menuju lemari yang berisikan tas dan dompet koleksiku.

Hari ini, adalah hari dimana di laksanakan resepsi pernikahan Jay dan Vindy. Aku menghadiri pesta itu bersama kedua orang tuaku, kak Amzar dan juga kak Sevi.

"Kak Sevi mana kak?" Tanyaku seraya menggandeng tangan kak Amzar. Tanpa aba aba ia menuntunku menuruni satu persatu tangga rumahku.

"Di bawah, sudah menunggu dari tadi sama papa dan mama."

Kami pun segera menuju ke sebuah hotel dimana berlangsungnya pesta pernikahan Jay dan Vindy. Jay memang mantan kekasihku, aku tak merasa sedikit pun cemburu karena dia sekarang menikah dengan wanita lain yang bukan aku. Aku hanya iri pada mereka berdua yang telah menyandang gelar suami istri. Dan sedang melaksanakan serangkaian prosesi resepsi ala adat sunda. Setelah serangkaian upacara selesai, semua para tamu undangan di persilahkan untuk menikmati hidangan yang telah di sediakan.

Dari tadi, aku gusar dengan sesosok pria berwajah tampan, dengan pakaian agamis yang ia kenakan. Dari kejauhan saja terpancar ketampanannya, bahkan mata cokelatnya masih terlihat dengan mata minusku yang hari ini aku bebaskan dari kacamata. Beberapa detik tatapan kami berpaku searah.

"Siapa dia, sejak tadi menatapku." Batinku gusar.

"Woiii!" Nisa menepuk bahuku hingga membuatku hampir menjatuhkan piring kecil berisi kue lapis yang sedang aku pegang.

DANANG - Finding True Love [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang