// Bab 23 //

1.5K 218 7
                                    

"Love is blind is true. No matter how often you make my heart break, the truth is my heart always beat harder when you are next to me."

🐰🐰🐰

Kalau Yeri perhatikan, semenjak JungKook bertemu dengan wanita paruh baya yang Yeri simpulkan kalau beliau adalah Ibunya, JungKook jadi pendiam.

Memang orangnya itu pendiam, sih, tapi kan akhir-akhir ini dia sudah mulai nggak kaku lagi, tapi sekarang seolah-olah sifat lamanya kembali. Malah lebih diam dan itu menakutkan.

Yeri pun jadi takut. Seperti saat ini, Yeri yang menolak diberi tumpangan oleh JungKook karena kebetulan Yeri ingin ke kampus JungKook untuk ikut sesi wawancara.

Dia tidak mau mati kaku karena keheningan yang mencekam yang akan tercipta di mobil nanti.

"Kenapa nolak? Biasanya juga sampai ngode-ngode minta ditebengin. Sekarang udah gue tebengin, lo nya nggak mau. Mau lo apa sih, huh?!" Tanpa sadar JungKook membentak Yeri. Yeri pun menjadi semakin takut, bahkan matanya sudah berkaca-kaca.

Ya udah sih kalau gue nya nggak mau lo tinggal pergi susah banget!

JungKook menutup matanya lalu menarik nafas dalam-dalam untuk mengendalikan emosinya. Sesuatu terus mendesak dan membuat JungKook diliputi emosi, makanya dia melampiaskan itu kepada orang-orang yang ada disekitarnya. Saat ia membuka mata, JungKook menatap terkejut Yeri yang matanya sudah berkaca-kaca dan tangan kanannya meremas tali tas yang ia sampirkan di bahu kanannya dengan kuat.

Sedetik kemudian, Yeri pergi beserta air matanya yang perlahan merembes membasahi pipinya.

JungKook tanpa basa-basi langaung keluar dari mobil dan mengejar Yeri. Mudah saja untuk meraih tangan Yeri karena jaraknya masih dekat dan apalah arti lari Yeri yang jangkanya pendek-pendek sedangkan langkah JungKook besar-besar dengan kaki panjangnya itu.

"Lepasin, Kak..." Lirih Yeri. Dia tidak mau JungKook mendengar isakannya. Yeri dari dulu memang tidak bisa dibentak karena dia anak tunggal maka Papa Mamanya selalu sabar, tapi bukan dimanja juga.

"Lo kenapa nangis? Maafin gue karena udah ngebentak lo. Gue ... kebawa emosi." Aku JungKook.

Yeri masih belum berbalik dan ia membalas, "Harusnya gue nanya kenapa lo jadi gini? Gue ... takut, Kak."

JungKook benar-benae terkejut sampai-sampai tidak dapat berkata-kata waktu Yeri bilang dia takut pada dirinya. Semenakutkan itukah dia saat marah?

Well, JungKook benar-benar harus berkaca! Diam saja sudah bikin merinding apalagi marah?!

"Maafin gue kalau bikin lo takut dan nggak nyaman. Gue benar-benar minta maaf, gue nggak bermaksud." JungKook berusaha membalikkan badan Yeri untuk menatapnya. "Berangkat sama gue, mau ya? Pleasee..."

JungKook tidak pernah memohon seperti kepada orang yang sudah jelas-jelas menolaknya, menurutnya itu buang-buang waktu. Namun lagi-lagi semua ini karena Yeri, semua yang dulu JungKook benci untuk lakukan sekarang ia lakukan.

Manusia memang seperti itu. Ia akan langsung tunduk dan seakan buta terhadap segala hal demi orang yang mereka sayang. Rela melakukan apapun dan semua yang salah, terasa benar.

Saat Yeri memutuskan untuk berbalik, JungKook langsung mendekap Yeri dan mengusap rambut pirangnya dengan lembut.

"Maafin gue, ya. Jangan nangis lagi. Apalagi karena gue. Air mata lo terlalu berharga untuk menangisi orang brengsek macam gue yang taunya cuma bikin lo nangis dan kesal. Gue emang nggak bisa ya bahagia in lo? Maaf ya."

Yeri malah semakin terisak bahkan sekarang dia agak meraung-raung. JungKook jadi makin bingung. Sepertinya hiburan yang ia maksudkan tidak berhasil.

Mana ada orang yang menghibur dengan kata-kata seperti itu? Cuma JungKook memang!

"Aduhh kok malah makin nangis, sih? Ayo masuk aja deh ke dalam mobil. Nggak enak kalau ada orang yang lihat, nanti dikira gue melakukan yang iya-iya lagi." Mereka berdua berjalan ke mobil JungKook masih dalam posisi berpelukan.

× × ×

Yeri berjalan dengan malas menuju ruang test wawancara setelah keluar dari mobil JungKook yang tidak jauh dengan suasana kuburan. Hening.

Yeri tidak habis pikir dengan jalan pikiran JungKook. Yeri kira JungKook akan menceritakan apa masalahnya setelah pernyataannya tadi yang merasa tidak enak karena menjadi pelampiasan emosinya,  tapi ternyata tidak. Dia tidak berkata apapun.

Untuk pikiran orang normal, ya hanya untuk orang normal, tidak untuk manusia es kayak JungKook, bercerita kepada orang terdekat tentang hal yang mengganjal dihati itu sangat perlu untuk membuat kita merasa lega dan siapa tau sahabat kita bisa memberikan advice untuk menyelesaikan masalah itu.

Tapi kembali ke pernyataab awal kalau JungKook memang bukan manusia normal, makanya tidak punya pikiran seperti itu.

Yeri mendengus kesal.

Sudahlah, untuk saat ini Yeri tidak usah memikirkan JungKook. Dia harus membuang jauh-jauh laki-laki bergigi kelinci itu sejenak dan fokus terhadap wawancaranya. Wawancara ini itu adalah test terakhir yang menentukan apa dia bakal diterima atau tidak menjadi mahasiswi kampus ini.

Semoga saja diterima. Biar Yeri bisa lebih sering bertemu JungKook hehehe 😁 biar pun ngeselin begitu, Yeri sayang❤

To Be Continued...

22 October 2017

A/n

Maaf jarang updatee hehehe😁

Vommentnya yaaa jangan lupa, aku cuma pengen tau seberapa antusias kalian baca ff jungri ini dan gue kan juga pengen dihargai😊

Salam, 방탄 벨벳💕

The Great Wall Between Us // Jungri 《Completed》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang