JungKook masih diam dengan raut wajah kaku dan dingin. Ekspresi yang sama seperti dulu saat pertama kali Yeri melihat JungKook.
Meski begitu, tangannya masih menggenggam tangan mungil Yeri dengan erat dan hangat.
Yeri mendongak menatap JungKook khawatir. Ya, Yeri harus mendongak kalau menatap JungKook karena perbedaan tinggi badan mereka yang nggak main-main jauhnya. Dari jarak sedekat ini Yeri bisa mendeskripsikan wajah tampan JungKook bahkan dari sisi bawah.
Garis rahangnya yang tegas, hidungnya yang mancung dan tajam- omong-omong Yeri kadang merasa ketusuk sama hidung JungKook kalau cowok itu sedang menciumnya, cium pipilah hehehe- bibir tipisnya yang pink, dan mata sipitnya yang sekarang terlihat dingin dan tersirat rasa sedih walau sedikit.
Saat keduanya memasuki lift ternyata hanya ada mereka berdua. Otomatis sasanya sangat hening. Yeri benci keheningan, tapi mau bagaimana lagi.
Yeri menghela nafas pelan, takut nafasnya kedengeran cowok ganteng di sebelahnya yang lagi diselimuti hawa dingin. Rasa-rasanya Yeri kayak lagi berduaan di kandang singa, mau melakukan hal-hal kecil aja takut. Bisa-bisa kena terkaman.
"Kamu kenapa?" Tanya JungKook saat mendengar helaan nafas Yeri.
"Ha? Enggak, nggak apa-apa." Lalu mereka diam lagi.
Sebenarnya mulut Yeri itu gatel banget pengen nanya ini-itu memeinta penjelasan kenapa JungKook harus buru-buru banget.
Tapi dia ingat risiko nya, jadi dia urung. Sebaiknya Yeri diam dulu untuk memberi JungKook ruang dan waktu.
Bunyi lift berdenting tanda kalau mereka sudah sampai di lantai yang ingin di tuju.
Keadaan basement sangat sepi. Karena itu Yeri pun memeluk JungKook secara tiba-tiba. Yang dipeluk kaget sekaligus seneng.
JungKook memeluk bahu Yeri dan membalas senyuman menenangkan Yeri dengan senyum tipisnya.
JungKook yang dulu dan sekarang sangat-sangat berbeda. Dulu cara JungKook meredakan emosi adalah dengan meninju samsak sampai semua kekesalannya tersalurkan. Tapi sekarang emosinya bisa reda hanya dengan melihat senyuman gadis yang sedang memeluknya saat ini. Yeri.
"Jangan pasang muka ekspresi kaku dan dingin gitu dong. Cukup cuaca aja yang dingin, kakak jangan. Yeri udah pernah bilang kan kalo ada yang ganjel cerita sama aku? Yeri siap dengerin kapanpun kakak siap buat cerita."
JungKook mengecup kening Yeri cepat. "Makasih, Ya." Sambil tersenyum. Yeri mengangguk-angguk.
"Kita makan siang dulu ya sebelum pulang."
"Kalo tadi kakak nggak langsung nyeret pulang, kita kan bisa makan gratis dibeliin Mama kakak tadi. Nggak jadi makan gratis deh." Bibir Yeri dibuat sok cemberut.
"Mau makan di restoran paling mahal juga aku masih mampu."
"Iyaiya yang kaya mah. Songong bener."
JungKook terkekeh. Yeri tersenyum lega. Akhirnya dia bisa membuat JungKook tertawa dan melupakan masalahnya sejenak.
× × ×
"Tuan Putri mau makan dimana???" Tanya JungKook pada Yeri yang sedang memakai seatbeltnya itu.
Selesai memasang seatbelt, Yeri baru menjawab, "Terserah Pangeran mau bawa Tuan Putri kemana. Tuan Putri rela dibawa kemana aja sama Pangeran." Kata Yeri. Lalu selanjutnya mereka sama-sama tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Great Wall Between Us // Jungri 《Completed》
FanfictionKim Yerim atau biasa dipanggil Yeri. Remaja 19 tahun yang ceria setengah bawel dan kepoan. Dan dia nggak tau kalo kepo sama orang sedingin Jeon JungKook, si penghuni baru di kosannya umur 21 tahun bisa serumit itu. Yeri nggak sadar kalau dia udah i...