<< BACA NOTE! >>
Sulli menggosok giginya setelah mereka berdua selesai makan malam. Malam ini ia ingin tidur cepat, pikiran yang berkecamuk karena Sean membuatnya sediki rileks dengan obrolan singkat dan menyenangkan yang keluar dari mulut suaminya dimeja makan tadi.
Sesekali Minho menggodanya, dan sesi obrolan pun berakhir karena kedua orang tua mereka melakukan panggilan video call dan ternyata mereka juga tengah melakukan makan malam bersama. Sulli merasakan kehadiran seseorang dibelakangnya, tangan kekarnya melingkar erat dipinggangnya sambil mencium bahu terbukanya. Ia memakai dress dengan tali spagethi , malam ini cuaca tidak sedingin kemarin, bahkan cenderung hangat membuatnya ingin sekali memakai pakaian dengan model terbuka.
Minho mengecup bahunya lalu beralih pada lehernya, rambutnya yang terikat kuda membuat aksesnya lebih mudah. Sulli melotot dikaca wastafel melihat kelakuan suaminya, ia bahkan harus terburu-buru menyudahi sesi menggosok giginya karena ulah suaminya. Setelah berkumur Sulli melepaskan tangan suaminya yang ada dipinggangnya , pria itu tersenyum lembut lalu mengangkat tubuh istrinya hingga kini dirinya duduk diatas wastafel. Sulli melotot padanya, sedangkan Minho hanya tersenyum sambil memamerkan giginya yang tersusun rapi.
" Turunkan aku sebelum wastafelmu runtuh Oppa " Keluhnya. Minho menggeleng dengan cepat.
" Mommy menelfon lagi tadi, dia bertanya apakah sudah ada tanda-tanda kehamilan " Katanya. Sulli cemberut, ia ingin sekali mempunyai anak, tapi ia baru menikah selama beberapa minggu tidak mungkin ia hamil. Kalau ia berarti ia sedang mengandung anak diluar nikah.
" Kita sedang berusaha kan? " Tanyanya. Minho tersenyum misterius.
" Usaha yang sangat keras sayang " Sulli merona, lalu ia berusaha turun dari sana tapi suaminya menahannya.
" Kau sudah menggosok gigimu, padahal aku ingin mengajakmu keluar" Ucapnya, Sulli menatapnya dengan pandangan penuh Tanya.
" Kemana? Sekarang sudah pukul Sembilan " Minho menggendongnya didepan tubuhnya, Sulli memekik saat merasakan dirinya seakan melayang dipelukan suaminya. Minho menurunkannya diranjang sedangkan dirinya bersimpuh dibawahnya sambil melipat kakinya, persis seperti seorang anak yang sedang mengakui kesalahannya pada Ibunya.
" Ayo pergi ke salon, aku rasa sudah dua bulan terakhir tidak mengganti gaya rambutku " Keluhnya, Sulli tersenyum simpul. Kalau masalah itu ia bisa, ia sering melihat Kakaknya memotong rambut suaminya. Dan sudah terhitung tiga kali ia membantu Ayahnya mencukur rambutnya.
" Tidak perlu, aku akan melakukannya " Tunjuknya,Minho membuka mulutnya tak percaya.
" Bisakah? "
" Tentu saja, aku punya seorang ahli dirumah, dan beberapa kali aku membantu Daddy mencukur rambutnya " Minho berkedip lalu ia mendaratkan sebuah ciuman singkat dibibir istrinya.
" Mengagumkan, Ayo bantu aku mencukur rambutku. Gaya apapun, aku akan menerimanya kalau kau yang melakukannya " Ucapannya membuat istrinya memerah kembali. Minho mundur dan duduk dikursi rias yang ada didekat meja rias istrinya. Sulli tersenyum dicermin besar yang ada didepan Minho, istrinya berjalan kearah kamar mandi dan kembali dengan handuk yang ada digenggamannya, sedangkan Minho membuka laci meja rias istrinya dan menemukan gunting kecil yang masih berada didalam bungkusnya, masih tersimpan rapi karena ia jarang sekali menggunakannya.
Sulli membentangkan handuk dibawah kaki kursi dan juga dipundak milik suaminya. Ia tersenyum geli melihat ekspresi Minho yang tak berkedip menatapnya berkeliling didepannya. Istrinya memulai dari bagian samping, Minho menatap istrinya yang terlihat serius, ia berfikir mungkin dirinya tidak harus pergi kesalon karena ada istrinya yang cantik dan punya banyak keahlian.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband ✔
FanfictionTerlalu kolot mungkin mengangkat tema Perjodohan diabad ini. Tapi... Walaupun pernikahan mereka atas perjodohan yang terjadi antara kedua orang tuanya, Minho dan Sulli tetap berusaha untuk menerima dan saling mencintai. Saat mereka baru saja memula...