19. Bulan Madu (1)

574 56 16
                                    




Tidak terasa mereka sudah sampai dibandara international Leonardo da Vinci. Minho terus menggenggam erat tangan istrinya sampai mereka keluar dari bandara, Minho membukakkan pintu untuk istrinya saat mereka hendak naik kedalam mobil, nantinya mereka akan tinggal di hotel dengan nuansa mesir kuno yang begitu khas, Westin Excelsior , hotel tersebut adalah rekomendasi dari William.

Hotel tersebut merupakan hotel terbesar , William bilang disini ada fasilitas Bioskop pribadi, Spa dan Sauna terbaik dan tentunya dengan harga yang tak murah permalamnya. Minho terus menggenggam lengan istrinya. Batinnya terus bergejolak kalau mengingat pertemuan terakhirnya dengan Sean, William masih belum menemukannya sampai sekarang. Pria itu bahkan pergi tanpa kabar setelah ia meneriakinya dikamar hotel tempatnya menginap waktu itu.


" Ini apa? " Tanya Minho pada sahabatnya itu, William menatap Sean dengan waspada sedangkan Minho masih diam seribu bahasa dengan rahangnya yang mengeras. Sean meraih foto yang ada ditangannya dan merampasnya dengan kasar.

" Aku tak suka kau merecoki hal-hal pribadiku " Katanya dengan geraman kental. Minho hampir saja melemparkan tinjunya kalau tak mengingat mereka akan meeting saat ini juga.

" Tentu saja, apalagi ini berhubungan dengan istriku "

" Istrimu? Siapa bilang dia istrimu ? " Kilahnya, tapi Minho malah menyeringai licik.

" Kau.. "

" Tuan Choi, kontrol emosimu " William menahan bahu Minho yang hampir menerjang Sean, pria itu berdiri dengan tenang dihadapannya.

" Biarkan saja, sebentar lagi dia akan tahu siapa wanita yang dia sebut sebagai istri " Sean pergi dengan membawa tasnya meninggalkan Minho dan William, untung pria keturunan inggris itu memahami semua materi persentasi yang akan mereka lakukan demi memenangkan tender kali ini jadi tak masalah mau Sean mati pun ia tak peduli.






" Sayang.. kau melamun? " Tanya Sulli, Minho menggelengkan kepalanya dan kembali kealam sadarnya. Pria itu menatap lembut istrinya, memangnya kenapa dengan istrinya sampai Sean berkata seperti itu. Ingin sekali ia menanyakan pada Sulli ada hubungan apa mereka, tapi ia tak ingin ikut campur, jadi dirinya memilih untuk diam.

" Kau menyesal kita datang kesini? "

" Tidak Sulli, aku hanya.. "

" Kau khawatir dengan pekerjaanmu disana? " Tanyanya cemberut. Minho menghela nafasnya, ia berubah menjadi pria menyebalkan saat ini juga karena tak memikirkan perasaan istrinya. Wanita itu pasti berpikiran macam-macam karena ia terus melamun, lagipula ia sendiri yang ingin bulan madu tapi malah memikirkan Sean, pria itu pasti akan ditemukan dengan cepat.

" Hei.. lihat kesini " Ia mencoba meraih dagu istrinya tapi Sulli menolaknya dengan keras, walaupun begitu ia tak putus asa menghadapi istrinya.

" Sulli " Panggilnya lembut. Tapi istrinya tetap tak ingin menoleh padanya.

" Tatap mataku atau aku cium sampai kamu kehabisan nafas " Ancamnya, wanitanya mengalah pada akhirnya ia menatap suaminya dan menghela nafasnya dengan kasar.

" Aku tak memikirkan pekerjaanku, percayalah padaku "

" Tapi kamu membawa istrimu " Ucapnya sedikit kesal. Istri? Tentu saja Minho membawa Sulli sebagai istrinya.

" Apa? Istrimu itu laptopmu, kamu mau bulan madu atau mau mendapatkan referensi dinegara lain "

" Ya tuhan pikiranmu itu? Aku sungguh-sungguh tak berfikiran seperti itu, aku ingin membuat anak " Sial! Wajahnya memerah seketika, Sulli membuang pandangannya , wajahnya memanas karena ucapan suaminya.

My Husband ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang