13. Insiden di Kantor

471 72 25
                                    

Sulli sudah rapi dengan dress yang dikenakannya, ia membawa tas kecilnya tak lupa ponselnya. Setelah nya ia membawa tas kertasnya beserta bekal untuk makan siang suaminya. Walaupun hanya makanan sederhana ia harap suaminya menyukainya, Sulli turun menggunakan lift untuk bisa sampai dilantai bawah. Ia hanya perlu berjalan sebentar untuk bisa sampai dipinggir jalan, taksi yang berwarna kuring menghampirinya saat dirinya menyetopnya, dengan segera ia naik dan duduk dibelakang.

Supirnya menoleh kearahnya karena baru pertama kali mendapatkan penumpang cantik berwajah asia, Sulli pun tersenyum kecil saat pria paruh baya itu menatapnya dari kaca spion yang ada diatas kepalanya.

" Kau orang baru disini Nona? " Tanyanya, Sulli mengangguk.

" Ya , aku baru sehari disini ? " Sahutnya, pria paruh baya itu tersenyum lagi.

" Kau masih single atau .. " Tanyanya saat dilihat Sulli masih sangat muda dan cantik.

" Kebetulan aku ingin pergi kekantor suamiku, bisa antarkan aku ke Choi Group " Katanya, Pria itu mengangguk.

" Pantas saja, suaminya saja sangat tampan. Tuan Choi beberapa kali memesan taksiku "

" Kau mengenalnya ? " Tanyanya tak percaya, seperti tak masuk diakal. Apakah suaminya begitu terkenal? Tanyanya dalam hati.

 " Beberapa kali dia menjadi penumpangku, ia selalu membayar dua kali lipat. Saat aku menolaknya ia menjawab "istrimu pasti akan senang kalau dibelikan baju baru" Jadi aku menerimanya saja " Ya, Suaminya memang sangat baik, tapi seperti ucapan Jack tadi, ia ingin tahu kepribadian suaminya saat dikantor nanti. 

" Aku senang mendengarnya " Sahutnya lagi. Sulli menyandarkan bahunya pada jok taksi tersebut, ia sangat lelah memasak dengan terburu-buru dan buktinya sekarang sudah hampir mendekati jam makan siang.

Dua puluh menit waktu yang mereka tempuh untuk bisa sampai digedung lantai sepuluh dengan tulisan Choi Group yang besar diatas pintunya. Sulli memberikan uang tips lebih karena pria paruh baya itu sudah banyak bercerita tentang daerah yang mereka tempati ini. Ia menghela nafas, dimusim dingin seperti ini bahkan masih terasa hangat, berbeda sekali dengan dinegaranya. 

Ia melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam gedung tersebut, dijam yang hampir mendekati makan siang ini pun kantornya terlihat sangat sepi, hanya beberapa orang yang mondar-mandir tidak seperti kantor Ayahnya. Apakah memang begitu peraturannya? Tidak boleh berkeliaran dijam kerja, Sulli berhenti dimeja resepsionis karena ia sama sekali belum tahu dimana ruangan suaminya. 

Ia sedikit kerepotan karena makan siang yang dibawa lumayan banyak, ia membuat semuanya untuk Peter dan juga Lily yang mana suaminya akan memperkenalkannya nanti. Resepsionisnya masih sangat muda dan cantik, ia menatap Sulli dengan tatapan menilai, Sulli sempat tak suka ditatap seperti itu , tatapan yang tak sopan.

" Ada yang bisa saya bantu Nona? " Ucapnya sambil berdiri dan Sulli tersenyum kecil.

" Saya ingin bertemu dengan Tuan Choi " Sahutnya.

" Apa anda sudah membuat janji ? " Tanyanya, ia mengangkat alis kirinya sambil menatap Sulli dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kalau saja bukan negara orang pasti ia sudah menegurnya.

" Katakan padanya kalau istrinya datang " Ucap Sulli. Wanita menatapnya dengan mendengus lalu sebuah kekehan kecil keluar dari bibirnya membuat Sulli menatapnya dengan geram.

" Sudah tiga wanita datang sepagian ini dan mengaku sebagai istrinya , pulanglah anda hanya membuang-buang waktu " Katanya sarkatis. Sulli tak bisa menutupi kekesalannya, ia berdiri lalu memandang wanita yang sama tingginya dengannya itu.

" Tapi aku benar-benar istrinya " Sahutnya lagi, kali ini teriakan Sulli membuat semua yang ada dilobi menatapnya dengan pandangan aneh lalu berbisik-bisik. Ia menghela nafas saat seorang petugas keamanan menghampirinya.

My Husband ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang