" Sial! Kita dibuntiti sayang " Sean mengeratkan pelukannya pada tubuh yang masih terbaring lemah dipelukannya. Supir yang membawa mereka terheran-heran, apakah mereka berdua kelompok buronan polisi sehingga ia harus ekstra hati-hati dalam menyetir. Pria berambut coklat itu menyuruhnya untuk bergerak cepat sambil menodongkan pisaunya, tangannya gemetar memegang stir matanya tak berhenti mengawasi kaca untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka.
" Cepatlah, kau bergerak terlalu lamban Pak tua " Sungutnya. Pria itu mengangguk dengan gugup. Dilihatnya seorang wanita cantik yang tengah terbujur kaku dipelukannya, apakah pria itu penculik. Matanya tak berhenti mengawasi pergerakan wanita itu.
" Kita akan pergi ketempat yang indah sayang, sebentar lagi kita sampai " Ucapnya lagi membuat pria paruh baya itu merinding mendengarnya, kalau begini ia yakin sekali , wanita yang tengah ada dipelukannya adalah seorang penculik. Tapi kenapa? Padahal pria itu tampan sekali. Dilihatnya pria itu tengah mencium bibir wanitanya dengan rakus, pria itu langsung membuang pandangannya kedepan kembali melihat adegan tak pantas itu.
Sebuah erangan lolos dari bibirnya, Sulli memegang kepalanya yang berdenyut, deru nafas hangat menerpa wajahnya. Matanya terbuka menatap siapa gerangan yang tengah bergerak dibibrnya. Sulli menelan ludahnya dan langsung mendorong Sean menjauh, pria itu tersenyum licik melihat wanitanya bangun. Dosisinya memang tak tinggi, maka dari itu Sulli cepat bangun, sengaja ingin membuat wanita itu kaget.
" Dimana aku? " Tanyanya sambil menatap sekeliling. Sean tersenyum lalu merapatkan tubuhnya kembali pada tubuh Sulli.
" Dimobil, kamu tidak lihat? "
" Kau berjanji hanya akan bicara sebentar Sean, turunkan aku " Pertengkaran itu membuat supir menatapnya dengan heran. Apa perkiraannya salah lagi? Apa mereka memang sepasang kekasih?
" Kau akan kembali denganku "
" Tidak! Aku meninggalkan suamiku Sialan! " Bentaknya. Sean menarik rambutnya. Salah satu mobil yang mengikutinya hampir mencapai taksi yang ditumpanginya. Sean dengan cepat mengeluarkan pisau lipatnya lagi, Sulli membulatkan matanya tak percaya saat pria itu mengancam supirnya agar bergerak lebih cepat lagi.
" Jangan main-main denganku "
" Kumohon turunkan aku " Pintanya dengan air mata yang hampir berlinang. Sean meraihnya untuk memeluknya tapi Sulli menolak dengan keras, apakah ia lebih baik mati meninggalkan MInho daripada harus disentuh oleh pria ini adalah pilihan terbaik?
" Aku akan membawamu kembali, tidak dengan suamimu sayang "
" Kau sakit! " Teriakannya menggema didalam mobil, namun sebuah tamparan yang sangat keras terdengar ditelinganya , wajahnya terhempas dan terhantuk jendela mobil. Sulli meringis merasakan pipinya yang memanas akibat tamparan tersebut. Sean keluar setelah membayar tagihan taksinya. Langkah Sulli terseret-seret dibawa olehnya. Pria itu tanpa tahu malu berjalan begitu saja melewati beberapa kerumunan orang yang menatap mereka dengan pandangan penuh tanya.
" Lepaskan tanganmu brengsek! " Teriakan William membuat Sulli tersenyum kecil, namun wajahnya terasa kebas karena tamparan yang begitu keras dilayangkan padanya. Ia yakin sekali sebentar lagi pipinya akan membiru dan membekas.
" Jangan ikut campur Will "
" Bisa-bisanya kamu memanggilku seperti itu setelah menculik istri dari sahabatnya sendiri "
" Minho tidak tahu wanita macam apa istrinya ini! " Geramnya karena ia merasa posisinya terpojok, ia tak mungkin menyeret Minho karena ia tak ada sangkut pautnya dengan masalah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband ✔
FanfictionTerlalu kolot mungkin mengangkat tema Perjodohan diabad ini. Tapi... Walaupun pernikahan mereka atas perjodohan yang terjadi antara kedua orang tuanya, Minho dan Sulli tetap berusaha untuk menerima dan saling mencintai. Saat mereka baru saja memula...