" Aku tak percaya kau benar-benar menerima lamarannya " Ucap seorang wanita cantik yang kini tengah duduk ditengah-tengah karyawan yang sedang makan siang. Sedangkan sahabatnya yang sedang duduk didepannya benar-benar tak mau mendengar ocehan sahabatnya itu. Ia bosan diceramahi, apalagi selama makan siang berlangsung ia terus menatap tajam wanita berambut lurus itu, membuatnya sedikit jengah.
" Soojung-ah, kau mendengarku atau tidak. Dua minggu yang lalu Kau mengadu padaku kalau Jongin membawa seorang wanita ke Apartemennya dan hari ini aku mendengar dari mulutmu sendiri kalau kau menerima lamarannya, Ya tuhan "
" Sulli, sudahi saja pembicaraan ini oke. Pria katak itu sudah minta maaf dan mengemis didepanku nanti malam dia akan kerumahku dan membicarakan perihal pertunangan kita "
" Sial! Apalagi sekarang ini , huh! Kau.. apakah kau tidak punya kaca dirumah. Kau itu seorang dewi masih banyak yang menginginkanmu jangan hanya berfokus pada satu pria "Ucapnya. Beberapa karyawan menatap mereka dengan pandangan penuh tanya , namun dara cantik itu sama sekali tak mengubris para karyawan yang menatapnya dengan pandangan aneh.
" Itu lebih baik daripada kamu tidak berusaha untuk mencari pacar sama sekali " Sindirannya membuat Sulli geram. Untung saja pisau yang dipakainya untuk memotong daging tidak ia lemparkan pada wanita itu.
" Ini bukan tentang aku yang tidak mencari pacar. Ini tentang wanita bodoh yang menerima lamaran pria yang sudah berselingkuh darinya " Soojung menaruh sendoknya dengan geram, lalu mencondongkan tubuhnya mendekat pada wajah sahabatnya, Sulli melakukan hal yang sama mencondongkan tubuhnya menatap dikedalaman mata sahabatnya yang cantik itu.
" Sulli, dia itu tipe idealku. Sepulang ini, pergilah ke club malam dan carilah pacar " Geramnya, Sulli mendengus sebal. Pasalnya temannya ini senang sekali menyinggungnya karena tidak punya pacar.
" Soojung-ah, aku tidak sefrustasi itu karena tidak punya pacar " Keluhnya sambil menatap sahabatnya dengan kesal.
" Kau harus mencari pacar agar tak mengkritikku terus "
" Kau yang terlalu mendramatisir hidupmu. Bercerita sana sini karena pacarmu berselingkuh , tidak mungkin aku tak memarahimu karena pacarmu ketahuan berselingkuh didepan matamu " Dengus Sulli. Soojung menghela nafas lalu senyum lebar terbit dibibirnya.
" Itulah gunanya punya sahabat, aku mencintaimu Sulli "
" Kau gila "
" Pulanglah, siapa tahu Mommy mu sudah menemukan pria untuk dijodohkan padamu " Sulli tertawa sumbang. Jodoh? Apakah wanita didepannya gila.
" Stop atau kau bukan sahabatku lagi " Ancamnya. Soojung tertawa lalu menyeruput minumannya.
" Kau ini, baiklah aku sudah kenyang ayo masuk " Ucap Soojung menyerah. Sulli tersenyum kecil pasalnya berdebat dengan Soojung pasti dirinya yang akan selalu menang dan wanita itu pasti akan menyerah kalau otak dan mulutnya sudah tak bisa menjawab pertanyaannya. Mereka berpisah dilantai tiga. Soojung bekerja dibagian keuangan sedangkan dirinya menjadi sekertaris pribadi Ayahnya. Hal itu merupakan rekomendasi Ibunya pasalnya sekertarisnya yang sebelumnya sudah berkali-kali ketahuan menggoda Ayahnya dan membuat Ibunya geram. Ia sempat tak percaya pada siapapun hingga ide mencetus dirinya sebagai sekertaris Ayahnya hinggap dikepalanya.
Sulli membuka pintu besar tersebut, terlihat pria paruh baya yang masih sangat tampan diusianya itu tersenyum padanya. Ia menurunkan koran yang ia bilang lupa dibacanya pagi ini dan menatap anaknya dengan penuh kasih sayang. Sulli melangkah dengan riang dan duduk dikursi yang ada didepan meja besarnya.
" Kau sudah makan? " Tanyanya dengan lembut. Sulli mengangguk mantap walaupun acara makannya sempat diwarnai oleh pertengkarannya dengan sahabatnya sejak masa sekolah menengah pertama itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband ✔
FanfictionTerlalu kolot mungkin mengangkat tema Perjodohan diabad ini. Tapi... Walaupun pernikahan mereka atas perjodohan yang terjadi antara kedua orang tuanya, Minho dan Sulli tetap berusaha untuk menerima dan saling mencintai. Saat mereka baru saja memula...