5. Pendamping Hidup

610 85 28
                                    

Mobilnya sudah sampai didepan pekarangan rumah besar milik calon istrinya. Minho memarkirkannya dengan sempurna dan turun dari mobil sport milik adiknya. Ya, ia akui dirinya tak punya mobil disini, tapi disana bahkan ia sudah memiliki tiga. Ia masuk sambil membawa buket bunga besar untuk calon istrinya. Hari ini adalah hari pertama dirinya mengurus keperluan pernikahannya, semua orang tuanya bilang mereka tinggal melakukan sisanya. Undangan sudah dipesan dan akan jadi besok. Tidak banyak tamu yang datang, hanya sekitar lima puluh orang beserta rekan bisnis Ayahnya dan calon mertuanya.

Dengan langkah besar ia mengetuk pintu besar tersebut, ia tersenyum hangat saat wanita yang dikenal bernama Yoona, yang akan menjadi kakak iparnya itu tengah berdiri membukakkan pintunya. Ia menundukkan kepalanya dan memberinya salam juga.

" Oh Minho kau datang pagi sekali, Sulli sedang dikamarnya , masuklah " Ucapnya. Sebenarnya kalau diKanada bisa dibilang pukul delapan sudah siang sekali baginya, Karena ia biasa berangkat keKantor pukul tujuh.

" Terima kasih Noona " Sahutnya. Pandangannya mengitari seisi ruang tamu dan rumah besar tersebut. Karena tak menemukan siapa yang dicarinya, ia menatap calon kakak iparnya lagi.

" Kemana Paman dan Bibi Choi ? "

" Mom dan Dad ada urusan sebentar, mereka tidak bilang mau pergi kemana. Kekamarnya saja, Sulli sedang bersiap-siap, dari tangga kesebelah kiri didepan pintunya ada tulisannya. Aku permisi " Sahutnya ,ia harus mempersiapkan bekal untuk suaminya berangkat kerja. Jadi ia pamit undur diri.

Sedangkan Minho mengikuti instruksi dari Yoona, ia menaiki tangga sambil menatap kagum arsitektur rumah besar tersebut. Ia yakin perancangnya bukanlah orang main-main. Setelah sampai diujung tangga ia berjalan kesebelah kiri, melewati beberapa lukisan yang ia kenal siapa pembuatnya. Ia juga melewati beberapa barang antik yang sudah dimakan usia namun tetap memukau terletak diatas bufet raksasa.

Dan ia menemukannya, pintu berwarna coklat bertuliskan Choi Sulli,anak gadis cantik. Ia tersenyum kecil dengan tulisannya. Lalu mengetuknya pelan, terdengar sahutan masuk dari suara lembutnya. Ia memegang handle pintunya, sempat ragu karena ia tak pernah masuk kekamar wanita. Saat pintu itu sukses terbuka , ia masuk kedalam dan melihat wanita itu sedang duduk dimeja riasnya dan menatapnya dengan mata membulat. Ia tersenyum kecil dengan reaksi wanitanya yang begitu menggemaskan menurutnya.

" Minho , kau.. kau datang pagi sekali " Ucapnya terbata. Minho menghampirinya dan menyerahkan buket bunga yang ia bawa. Sulli meraihnya dan mencium wanginya , warna putih melambangkan kesetiaan. Ia meletakkannya dikasurnya sedangkan dirinya berdiri menatap calon suaminya yang sangat tampan dengan kaus press body , celana jeans, dan sneaker miliknya. Ia menatap kagum suaminya dari matanya.

" Choi Sulli, anak gadis cantik dari ucapanmu saja kau seperti ingin bilang kalau aku adalah hantu yang masuk kedalam kamarmu " Ucapnya sedikit kesal. Sulli merasa Minho sudah melihat tulisannya yang sudah ada sejak dirinya masuk sekolah menengah pertama, tulisannya terbagi dua, yang berhuruf hangul tulisannya, sedangkan yang dalam bahasa Inggris tulisan Soojung, waktu itu ia sering sekali menginap dirumahnya saat liburan.

" Sini " Kata Minho tiba-tiba, dahinya mengerut tak mengerti.

" Apa? " Tanyanya tak mengerti.

" Mendekatlah " Sahutnya pelan. Sulli menaruh tangannya didadanya, biar bagaimanapun mereka hanya berduaan dikamarnya dan pikirannya malah semakin takut Minho melakukan sesuatu padanya.

" Aku tidak akan memakanmu sayang , mendekatlah " Pintanya lagi. Sedikit ragu ia mendekat, dan pada akhirnya walaupun langkahnya terseret ia sampai didepan pria nya. Namun ia menghela nafas kasar saat calon suaminya malah menjauhi dirinya, apakah dia mempermainkannya. Batinnya.

My Husband ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang