Dua Puluh Satu

846 28 5
                                    

Melia menyerit tatkala Rava menghubunginya.

"Ada apa lagi sih rav?" dengus Melia, setelah kejadian itu setelah Rava menyatakan perasaan nya Melia merasa kurang begitu suka dengan sosok Rava Ello.

'Mel,gue pengen ketemu sama lu.' ujar Rava disebrang sana.

"Gue sibuk maaf."

Pip.

Melia mengakhir sambungan telepon nya.

Hari ini Melia merasa diri nya sensitif terlebih kesabaran nya tentang Dilanno yang tak kunjung bangun hampir memudar.

Melia beranjak, ia akan mencari udara segar untuk menghilangkan stres di dalam diri nya.

***

Rava mendengus ketika Melia mengakhiri sambungan telepon nya begitu saja.

Rava semakin kesal dengan diri nya sendiri sebab, tak mampu membuat Melia terbuai. Labil, itu yang di rasakan Rava.

Terkadang ia ingin melupakan Melia sebab, sahabat menurut nya lebih penting, dan terkadang juga ia ingin memiliki Melia dan ia rela persahabatan nya hancur.

Sudahlah, intinya sekarang Rava sedang dilanda gundah gulana.

Rava menyambat kunci mobil berniat akan pergi ke pusat pembelanjaan sekedar untuk menormalkan pikiran nya yang mumet dengan cinta kepada Melia.

-

"Rava ya?" seseorang menyapa Rava begitu saja, Rava menautkan alis nya.

"Iya." jawab Rava.

Baru saja Rava keluar dari mobil nya setelah memakirkan nya di tempat parkir salah satu pusat pembelanjaan.

Seseorang tersebut mengulurkan tangan nya, "Gaby, udah tahu kan?"

Rava berpikir sejenak, mengingat-ngiat siapa wanita dihadapan nya.

Sial, wanita dihadapan nya yang telah membuat sang pujaan hati menderita.

Rava menepis kasar tangan Gaby, "Gak usah so'manis."

Gaby membelakan matanya, "Eitss santai dong Rav."

"Maksud lu nyamperin gue kesini mau apa?" tanya Rava.

"Lu suka Melia kan?" tanya balik Gaby.

"Masalah nya sama lu apa?" tanya Rava wajah nya menatap Gaby sinis.

"Oh, gak ada masalah sama sekali. Disini dengan baik hati gue mengajak lu bekerja sama." ujar Gaby dengan senyuman menyeringai nya.

"Bekerja sama?" beo Rava

Gaby mengangguk cepat, "Iya. Lu pasti mengerti apa maksud gue."

"Gimana?" sambung Gaby.

Rava berdecak, "Gila lu." Lalu, pergi meninggalkan Gaby.

***

Melia membuka knop pintu, terdapat kekasih hati nya masih dengan tenang terbaring.

Entah harus bagaimana lagi, entah harus berapa lama lagi menunggu Dilanno bangun. Melia mendekati Dilanno yang masih dikerubuni oleh alat medis.

Melia tersenyum lirih menatap Dilanno yang terpejam.

"Kapan kamu bangun?" ujar Melia pelan, lalu memhempaskan bokong nya di kursi.

Melia meraih tangan Dilanno, dingin yang dirasakan Melia ketika tangan nya menempel dengan tangan Dilanno.

Di arahkan nya tangan Dilanno ke pipi manis nya, "Kamu masih mau tetap tidur? Gak mau lihat Melia mu ini?"

Aku Cinta Kamu Bukan DilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang