Namaku Melia Sadam Al-Firdausy. Kini aku siswi dari SMA Negeri di daerah kota Bandung. Aku duduk di kelas dua belas jurusan matematika dan ilmu alam atau MIPA.
Hari-Hariku dipenuhi dengan gangguan-gangguan setan yang terkutuk. Maksudku dengan Dilanno yang selalu menghantuiku.
Aku sudah sangat geram melihatnya. Padahal, wajah Dilanno ganteng.
Ya,aku akui itu dengan hidung runcing bagaikan perosotan di taman kanak-kanak, kulit putih, mata coklat yang membuat kaum hawa ketika ditatap nya akan meleleh bagaikan es terkena sinar matahari.Tetapi, aku bukanlah mereka yang sangat mengagumi Dilanno bahkan aku sangat membencinya. Pasalnya, dia selalu memanggilku 'Milea' padahal namaku 'Melia' ya memang hampir mirip sih.
Aku hampir pernah berkepikiran lho. Buat ganti nama apa saja asalkan jangan Melia yang akan mendekati Milea biar Dilanno berhenti mengganggku.
Siti, Nur, Selana salah satu nama itu pun aku mau asal DILANNO WINATA ANDREAS berhenti mengusikku.
"Kamu Milea ya?"
Dengan tersontak kaget aku buru-buru menoleh ke arah sumber suara tersebut. Aku yakin dia Dilanno si cowok yang terobsesi oleh Dilan.
"Aku ramal ya."
Nafas kasarku berhembus, rasanya ku ingin bunuh Dilanno sekarang juga.
"Kita akan bertemu di----"
Aku langsung buru-buru memotong ucapan nya daripada nanti harus berkepanjangan.
"Stop ya Dilanno! Gue muak." sungut aku sambil pergi menjauh meninggalkan Dilanno.
****
"Mel, lu kenapa?" tanya Agnesia sahabatku.
Ya, barusan aku sedikit jengkel alhasil, aku menggebrak meja kantin yang ditempati Agnesia.
"Itu si Dilanno, gue kesel tau ngga sama dia yang niru mulu gaya Dilan, kenapa sih? emang gue mirip Milea apa gimana yatuhan, ngusik gue mulu tuh bocah."cerocosku menjawab pertanyaan yang Agnesia lontarkan.
"Haha." Agnesia sedikit terkekeh.
"Mungkin dia suka kali." umpat Agnesia.
Uhuk.. Uhuk..
Aku yang sedang menyuruput es jeruk milik Agnesia pun sontak kaget dan tersedak.
"Gak mungkin." sergahku
"Mel, kalau gue jadi elu ya. Bersyukurlah bisa dihantui Dilanno yang most wanted itu." ujar Agnesia wajah nya berseri.
"Gue mau bersyukur tapi mikir dulu seratus kali,ya kali gue bersyukur dihantui oleh manusia setengah waras itu." ketusku.
Ya, memang betul kata Agnesia mungkin wanita-wanita lain akan bersyukur ketika dihantui atau diganggui setiap hari oleh seorang Dilanno sang most wanted sekolah.
Tetapi, aku jangankan bersyukur senang aja enggak?!
****
"Kamu kenapa sih Lia, pulang sekolah wajahnya ditekuk gitu?" tanya Mamah yang baru saja melihatku pulang dengan keadaan wajah ditekuk.
Ya, aku sangat kesal,lelah dan risih dengan sikap Dilanno yang tak henti mengangguku.
Tadi pulang sekolah dia kembali menggangguku.
Aku berjalan sendirian menuju halte sekolah. Ku lirik jam tangan yang melingkar dipergelanganku
"14.30." gumamku pelan.
Hari sudah sore dan aku belum melihat satupun metromini melintas. Ditambah cuaca yang hampir gelap.
Brum..Brum...
Ku dengar suara motor ninja menghampiriku.
"Mau bareng, Milea?" tawarnya
Sudah kuduga itu pasti Dilanno.
"Gak usah." ketusku tanpa menoleh nya dan sibuk menatap ponsel yang sedang ku kotak-katik gak jelas.
"Ini udah mau hujan lho." ujarnya
Memang ku rasa begitu terlihat awan yang menghitam dan gumuruh petir mulai berdatangan.
"Ga usah! Gue bisa naik metromini." sergahku
"Yaudah gue enggak maksa." ujarnya
Dia segera mengstater kembali motor ninja merah berpadu hitamnya itu.
"Percayalah suatu saat nanti kau akan menaiki motorku." ujar nya mengcopy ucapan dilan di novel Pidi Baiq.
Lalu, dia pun langsung pergi dari hadapanku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Cinta Kamu Bukan Dilan
Ficção Adolescente[TAMAT] Ia rela berusaha menjadi sosok DILAN di novel karya Pidi Baiq, karena rasa cintanya kepada seorang gadis. Bagaimana akhirnya? ©2017 PERHATIAN! 1.Cerita ini mengandung kata-kata kasar 2.Mohon partisipasinya untuk cerita ini dengan cara ikuti...