Tak mampu lagi Elana menahan diri walaupun sudah berusaha menikmati bazar. Nyatanya dia masih merasa marah, sakit hati, kecewa, dan merasa dipermainkan. Elana pun akhirnya pulang tanpa sepengetahuan Fiona dan Azka. Dia baru mengabari jika dia pulang saat di dalam taksi.
Berpura-pura itu menyiksa, apalagi berpura-pura bahagia. Sementara hati sakit luar biasa. Elana menggigit bibirnya sepanjang perjalanan pulang. Menahan air matanya.
Setelah sampai di rumah, barulah dia menangis tersedu memeluk boneka kelincinya yang sudah usang dimakan waktu. Menangis adalah hal paling mudah untuk melegakan hati yang sesak.
Puas menangis Elena tertidur hingga sore hari. Dia terbangun oleh kedatangan Fiona.
"Apa yang sudah El lakukan sama lo?" tanya Fiona tanpa basa-basi setelah sukses membangunkan Elena.
"Apaan sih?" balas Elana masih dengan mata setengah terpejam.
"Jawab jujur! Lo pulang karena El kan? El ngapain sampai lo... nangis," ucap Fiona, matanya tepat melihat kedua mata Elena yang bengkak.
"Bukan karena El," jawab Elena.
"Terus karena apa?"
"Karena gue. Pokoknya gue yang salah."
"Lo salah apa?"
"Gue salah karena suka sama orang yang nggak suka sama gue."
"Maksud lo, lo suka sama El? Apanya yang salah suka sama pacar sendiri?"
"Gue bukan pacar El. Status gue bahkan nggak jelas. Entah dia nganggep gue apa."
Fioana mengusap wajahnya, heran dengan jawaban Elana.
"Jelas lo pacarnya. El bahkan mau nganterin lo dan nunggu di depan padahal dia mungkin takut buat dateng ke sekolahnya lagi. Malu lebih tepatnya."
"Malu kenapa?"
"Lo tahu alasan El pindah sekolah?" tanya Fiona dan Elena menggeleng.
"Bahasa kerennya El terkena skandal sama Popi. Ada yang menfitnah dia dan bikin nama baiknya jelek lalu dia milih pindah sekolah daripada mereka jadi bulanan dan bikin nggak nyaman. Tapi dia tetep mau nganterin lo ke tempat di mana dia nggak ingin injak, istilahnya."
Elena mendengus mendengar penuturan panjang lebar Fiona.
"Itu mah emang dianya mau ketemu Popi bukan karena mau nganterin gue. Udah jangan bahas cowok. Males banget, bikin bete doang."
"Lo nggak mau denger cerita gue lagi?" tanya Fiona melihat Elana beranjak dari kasur.
"Enggak. Gue nggak mau tahu soal El. Semakin banyak gue tahu semakin gue terlihat bego dan lemah. Dan lo tahu, gue paling anti terlihat lemah di hadapan cowok. Termasuk Elrach Aldebaran," balas Elena sembari menyiapkan kapas untuk mengompres matanya.
"Pantes aja dia dikeluarin. Kelakuan dia emang ngeselin," sambung Elana.
"Tapi dia pindah karena keinginannya. Dan sekarang dia udah kebukti nggak salah. Dia ngelakuin semua buat bantu Popi biar nggak dibully."
"Popi lagi Popi lagi," potong Elana dengan wajah super kesal. Dia melempar kapas yang dia pakai untuk mengompres mata..
"Lo cemburu?" tanya Fiona.
"Gue bukan cemburu. Gue cuma kesel kenapa sih semua cowok itu ditakdirkan buat bikin mood cewek jelek? Nggak bisa apa mereka lahir buat nyenengin kita?"
Fiona tertawa lepas. Dalam hati dia membenarkan tapi di sisi lain dia tak bisa menahan tawa melihat ekspresi Fiona dengan mata yang masih bengkak.
"El nyariin lo tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Double El
Teen FictionALDEBARAN SERIES (Bagian dari Kali Kedua dan Cool Boy) Sudah terbit Berawal dari pertemua pertama yang menyebalkan. Elana dan Elrach jadi harus sering berurusan apalagi mereka satu kelas. Elana yang baru patah hati dari Geo tak begitu tertarik den...