Bazar [16]

6.6K 995 25
                                    

"Aku bercanda, Lana. Muka jangan tegang gitu," ucap Elrach dan kembali mengusap kepala Elana. "Lo nggak harus tahu semua tentang aku."

Elana yang sempat kaget mendadak kesal setengah mati. Dia langsung menutup mulut rapat-rapat sampai di tempat bazar. Tanpa menunggu, Elana langsung turun dari mobil dan meninggalkan Elrach di parkiran. Elana menghubungi Fiona yang sudah menunggunya di pintu masuk.

Selesai menghubungi Fiona, ponselnya terus berdering menampilkan nama Elrach di layr. Tapi Elana mengabaikannya. Cukup sudah dia kesal kali ini, dia tak ingin moodnya memburuk padahal dia berniat bersenang-senang.

"Lho, El mana?" tanya Fiona.

"Nggak tahu. Ayo masuk."

"Nggak nunggu El?" tanya Azka.

"Kalau lo mau nunggu dia silakan. Gue masuk duluan. Ayo, Pio."

"Eh tunggu Lana. El di mana?" tanya Azka.

"Nggak tahu. Di parkiran kali," jawab Elana tanpa menoleh ke belakang dan terus berjalan masuk.

Segera Azka menghampiri Elrach yang masih setia duduk di dalam mobil. Tangannya mencengkeram kuat setir. Ingin hati dia mengejar Elana tapi dia masih ragu untuk masuk lagi ke sekolah lamanya. Dia belum siap melihat pandangan teman-temannya dulu padanya sekarang.

Elrach mengambil napas panjang berulang kali hingga suara ketukan di jendela mengagetkannya. Wajah Azka terlihat di sana, Elrach pun menurunkan kaca.

"Lo nggak pa-pa?"

"Gue baik-baik aja. Lo udah ketemu Elana?"

"Iya, dia udah masuk duluan bareng Fio. Lo jadi mau ikut?"

"Gue tunggu di sini aja," balas Elrach.

"Yakin?"

"Gue belum siap buat masuk ke sana."

Azka menepuk bahu Elrach. "Oke deh. Ngomong-ngomong kenapa lo pakai mobil Rachel?"

"Gue nggak mau orang tahu ada gue di sini."

"Gila lo ya. Demi Lana lo lakuin ini semua?"

Elrach hanya tersenyum tipis dan mengangguk.

"Ya udah gue jagain mereka dulu ya," ucap Azka.

"Yap. Jangan sampai Geo deketin Lana."

"Hahahaha... siap Bos!"

Sepeninggalan Azka, Elrach mengubah posisi kursinya lebih rendah. Menunggu memang hal yang membosankan tapi dia akan mencoba menikmatinya sembari mendengarkan musik. Tangan kirinya bergerak memainkan boneka ganting yang menggantung di kaca spion.

Suara ketukan kaca kembali mengagetknnya. Kali ini wajah Zain. Elrach mengumpat mengingat Zain tahu mobil Rachel. Harusnya dia menggunakan mobil sewaan saja, pikir Elrach.

"Lo ke sini kenapa nggak bilang-bilang?" serbu Zain saat kaca mobil turun.

"Masuk," ucap Elrach dan Zain segera masuk mobil dari arah kiri.

"Lo ngapain di sini? Kenapa nggak bilang gue?" tanya Zain.

"Gue cuma nemenin Lana. Gue nggak ada niatan masuk kok."

"Masuk aja. Ayo! Acara rame lho, kayak biasanya."

"Enggak. Gue belum siap lihat tatapan temen-temen."

Mulut Zain yang hendak bicara mengatup. Raut wajahnya seolah berpikir keras.

"Lo kenapa?" tanya Elrach.

"Gimana ya gue ngomongnya? Jadi gini, masalah lo kemarin itu...."

"Kenapa?"

Zain mengambil napas panjang lalu menghembuskan keras. "Pokoknya kalau lo masuk sekarang, temen-temen nggak akan menghujat lo."

Double ElTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang