Gue mau es krim, El! [13]

7.9K 1K 32
                                    

Langit terasa terik siang ini walau jam sudah menunjukkan pukul dua siang. Elana menyipitkan matanya saat menatap langit di luar kelas.

Saat dia keluar kelas dia sudah disambut oleh Geo yang duduk di bangku depan kelasnya. Elana menoleh sekilas lalu pura-pura tak melihat tapi Geo menghadangnya.

"Lana..."

"Apa?"

"Soal...."

"Nanti gue balas WA lo. Gue tadi belum sempet baca semua."

"Ok. Oh ya, lo udah tahu kan alesan gue mutusin lo kemarin? Maaf ya gue nggak jujur sama lo."

"Apaan sih bahas hal basi?"

"Jangan-jangan lo belum tahu ya? Lo nggak tahu Kayla pindah sekolah?"

"Masa bodo. Pindah kek, apa kek. Bukan urusan gue. Udah ah gue mau pulang."

"Gue mutusin lo karena sayang sama lo. Sayang banget."

"Lo ngomong apa sih?" tanya Elana, bingung tak mengerti sama sekali omongan Geo.

"Kasih gue waktu sebentar aja buat jelasin," ucap Geo, meraih tangan Elana. "Semua gue lakuin biar Kayla nggak macem-macem sama lo. Semua demi lo."

Elana mengerutkan kening. Apanya yang demi gue?

"Lo masih lama nggak?" tanya Elrach dari arah belakang. "Lo berangkat sama gue jadi pulang juga harus sama gue. Gue nggak mau dicap jelek sama ayah lo."

"Nanti gue balas chat lo. Gue pulang dulu."

"Gue selalu sayang sama lo, Lana," ucap Geo lirih dan Elana merasa tersentil hatinya. Suara Geo yang bergetar mengusik hatinya.

Sampai di atas motor pun Elana masih terngiang-ngiang sementara Elrach resah di depannya.

"Seneng ya yang diajakin balikan."

"Lo ngomong apa?" seru Elana yang tak terlalu mendengar efek suara bising kendaraan.

"Seneng yang habis diajakin balikan," ulang Elrach lebih keras.

"Siapa yang diajakin balikan. Orang Geo ngajak baksos."

"Modus," seru Elrach.

"Mana gue tahu."

"Lo tahu tapi pura-pura nggak tahu. seneng kan lo?"

"Kalau gue pura-pura kenapa? Kalau gue seneng kenapa? Cemburu lo?" seru Elana saat motor berhenti di lampu merah.

Elrach menoleh melirik Elana yang mencondongkan wajah di sampingnya.

"Ngarep," balas Elrach lalu kembali melajukan motornya.

Di belakang Elrach, Elana geram bukan main. Elrach paling bisa membuatnya kesal hingga langit ke tujuh. Tapi Elrach juga yang selalu membantunya. Elana sadar akan hal itu.

"Gue pengen beli es krim," ucap Elana setelah menggerakkan tangannya yang memegang pinggul Elrach.

"Di mana? Swalayan?"

"Kedai Rainbow."

Seketika Elrach menepikan motornya, dia membalikkan badan, menatap Elana yang memeasang wajah bingung.

"Lo ngelindur apa mau ngerjain gue?"

"Emang kenapa?" tanya Elana tanpa rasa bersalah.

"Kenapa?" ulang Elrach.

"Iya."

"Itu pagar rumah lo udah kelihatan tapi lo minta ke kedai Rainbow. Kenapa nggak daritadi?"

Double ElTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang