Jangan caper! [1]

24.7K 1.4K 84
                                    

Musim baru menyapa. Tak ada yang menarik setelah libur panjang yang dihabiskan hanya dengan menangis. Hari pertama masuk sekolah setelah libur kenaikan kelas terasa hampa. Putus cinta memang tak ada yang menyenangkan.

Elana melangkah pelan tanpa semangat memasuki sekolahnya. Dipandanginya seluruh penjuru sekolah dengan ekor matanya. Semua titik seolah mengajaknya untuk belajar sejarah. Semua penuh kenangan bersama Geo. Elana mengembuskan napas berat, seberat patah hatinya.

"Sorry," ucap Elrach saat tak sengaja menabrak Elana yang berhenti tiba-tiba.

"Hmm..." balas Elana tanpa menoleh saat ada yang menabrak bahunya.

"Boleh tanya?"

"Enggak," jawab Elana yang masih menatap sudut di mana Geo pernah menembaknya saat acara festival sekolah.

"Halo..."

"Apa sih?" seru Elana seraya menoleh merasa terganggu.

Sempat terpana, Elana lalu memalingkan wajahnya.

"Apa?" tanya Elana ulang.

"Kelas XI IA3 di mana ya?"

Elana melirik cowok tinggi di depannya. Lehernya pegal saat mencoba melihat lagi wajah Elrach. Alis tebal, mata sipit, hidung super mancung, dan bibir tipis.

"Di mana?" tanya ulang Elrach.

Bukannya menjawab Elana kembali memperhatikan cowok itu dari atas sampai bawah lalu naik ke atas lagi.

"Hei, gue tanya baik-baik. Di mana letak kelasnya?"

"Sorry, lurus aja ke sana. Tuh ada tulisannya gede banget," jawab Elana lalu melenggang pergi begitu saja meninggalkan Elrach yang mengerutkan kening.

Sebenarnya Elana juga akan menuju kelas XI IA3, tapi dia tak berniat berbaik hati mengajak masuk ke kelas bersama. Dia melenggang santai menuju kelas dan melihat papan pengumuman siapa saja anak-anak yang akan sekelas dengannya.

Sedikit berdesakan akhirnya Elana bisa melihat nama Fiona ada di daftar. Dia berseru girang, bahagia sahabat dekatnya satu kelas lagi dengannya.

"Yeaaaa..." seru Elana. "Ups... sorry," ucapnya, tak sengaja menubruk dan menginjak kaki Elrach yang berdiri di belakangnya.

"Ternyata lo di kelas ini juga?" tanya Elrach.

"Ya," jawab Elana cuek lalu masuk ke dalam kelas mencari sosok sahabatnya.

"Pio sayang..." seru Elana. "Yeaaa... kita sekelas lagi. Lo kok nggak kasih tahu kalau kita sekelas."

"Gimana gue bisa kasih tahu kalau lo aja sibuk nangis tiap hari. Sampai bosen gue dengerinnya," balas Fiona dengan senyuman. "Gimana patah hati lo? Masih? Gue sikut lu kalau jawab masih."

"Ah, Pio..."

"Geo itu udah selingkuh, ngapain cowok nggak setia ditangisin?"

"Iya, iya. Tapi gimana lagi, namanya juga cinta."

"Mamam tuh cinta."

"Eh, gue duduk sini deh biar kita deketan."

Elana meletakkan tasnya bersamaan dengan Elrach di tempat yang sama.

"Gue duluan," ucap Elana tak mau kalah.

"Silakan," balas Elrach, cuek memindah tasnya ke samping.

"Eh siapa dia?" bisik Fiona.

"Nggak tahu, nggak penting. Anak baru kali."

"Cakep."

"Cakepan juga Geo."

Double ElTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang