She is Elana [4]

9K 1K 45
                                        

            Dihadapkan pada cewek nangis kejer di tempat umum jelas tak pernah ada dalam bayangannya. Tapi sekarang Elana sedang menangis di depannya seolah Elrach lah yang jadi tersangka utama. Saking bingungnya Elrach melepas jaketnya dan menutup wajah Elana dengan jaketnya.

"Jangan nangis kenceng-keceng, tenggorokan lo bisa sakit. Orang juga jadi ngira gue udah ngapa-ngapain lo."

Bukannya diam Elana malah menangis semakin keras dan membuka jaket Elrach. Memperlihatkan wajah menangisnya. Mata sembab, hidung merah, dan bibir mencebik.

"Lo kenapa? Ada yang sakit?"

"Hati gue yang sakit."

"Hah?"

"Iya hati gue yang sakit," seru Elana seraya memukul dada Elrach.

"Respon nangis lo telat amat," ucap Elrach lalu terkekeh melihat tingkah Elana yang ajaib. "Lo nangis karena mantan lo tadi?"

Elana mengambil napas panjang, mencoba menghentikan tangisnya.

"Lo sama motor lo yang bikin gue nangis. Habis sudah kesabaran gue."

"Kok jadi gue? Gue salah apa? Motor gue salah apa?"

"Nggak tahu, singkirin motor lo. Gue mau pulang," seru Elana lalu mengusap pipinya asal.

"Sini gue keluarin motor lo. Lo tunggu di situ aja," ucap Elrach, mendorong Elana agar menjauh.

"Nih motor lo. Jangan nangis lagi. Gue duluan ya? Gue tinggal nggak nangis kan?"

"Gue duluan yang pergi. Awas lo! Minggir." Elana mendorong Elrach.

"Kunci dulu helmnya," ucap Elrach, mengunci helm Elana. "Nggak usah geer."

"Siapa yang geer. Gue biasa aja."

"Biasa aja tapi pipi lo merah tuh."

"Ini merah karena gue habis nangis. Bye!"

"Nggak bilang makasih nih?" seru Elrach.

"Ogah!" seru Elana, melaju pergi meninggalkan Elrach yang mengulum senyum.

***

Kamar besar dengan warna dasar putih dengan segala perabotan dengan warna yang senada jadi tempat yang dituju Elrach sesampainya di rumah barunya. Dia merebahkan badan di atas kasur, merelaksasikan badannya yang terasa kaku di hari pertama sekolah.

Lagu Home milik Michael Buble mengalun. Elrach mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Nama Popi tertera di layar.

"Halo," sapa Elrach.

"Halo. Gimana hari pertama sekolah lo? Nggak ada kabar."

"Lumayan."

"Pasti nggak ada yang seasyik gue kan?" tanya Popi.

"Kan lo makhluk langka."

"Sial gue dikata makhluk langka. Jadi ada yang cantik nggak di sekolah baru lo?" tanya Popi.

"Banyak tapi yang aneh cuma satu."

"Aneh gimana maksud lo? Nggak biasanya lo muji orang."

"Gue bilang dia aneh bukan muji."

"Aneh dalam kamus lo itu muji. Biasanya lo kan nggak peduli sama cewek manapun kecuali gue," balas Popi lalu terkekeh sendiri.

"Dasar lo! Ah, dia tuh aneh dalam segala hal. Dari penampilannya, kelakuannya. Aneh pokoknya. Rambutnya aja pakai bando kelinci. Lo bayangin aja cewek kelas XI masih pakai bando kelinci anehnya kayak apa."

Double ElTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang