CHAPTER 15

435 59 24
                                    


Aku mengerjapkan kedua mataku pelan saat mendengar suara ponselku yang bergetar.

Suara alarm rupanya.

Sambil mengumpulkan energi aku duduk di pinggir ranjang.

Seingatku semalam aku tertidur dipelukan Jimin dan pagi ini aku terbangun di kamarku sendiri. Mungkin Jimin menggendongku semalam, entahlah aku tak ingat.

Sejenak, bayangan aku yang sedang menangis dipelukan Jimin membuatku merasa malu sendiri. Ya, aku yang awalnya sudah mati-matian bersikap berani dihadapan Jimin gagal seketika hanya karena lelaki itu mengajakku makan malam.

Aku tak mengerti dengan jalan pikiran Jimin. Beberapa hari yang lalu dia datang mengagetkan ku dengan datang ke rumah secara tiba-tiba yang jelas membuatku terganggu dan semalam dia berkata bahwa dia merindukan adiknya. Sulit dipercaya.

Ponselku kembali bergetar membuat lamunanku buyar. Sambil bangkit kuraih ponselku sejenak hanya untuk mengetahui pukul berapa sekarang.

05:43 am.

Lalu kulangkahkan kakiku menuju pintu tempat kugantungkan handuk dan segera menuju kamar mandi

Seperti biasa, aku memasuki kelas dengan wajah datar. Lewat pintu bagian belakang kelasㅡdi sekolahku pintu kelas ada 2, satu di depan untuk guru masuk dan satu lagi di belakang untuk siswa ㅡdan langsung menuju kursiku di ujung kelas.

Hanya satu dua orang saja yang cukup ku kenali melemparkan senyum dan sapanya padaku dan sisanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Aku tidak terlalu peduli sih, toh saat nanti ujian kelulusan mereka semua tidak akan membantuku.

Sambil menunggu bel yang masih lumayan lama, ku keluarkan buku tulis beserta paket fisika. Pr kemarin belum sempat ku kerjakan karena kejadian semalam.

Selama 10 menit kertas yang kugunakan untuk menghitung sudah penuh dengan coretan hanya untuk mengerjakan 5 soal dan baru 3 soal yang sudah terisi. Sungguh ini benar-benar sulit.

Tanpa kusadari, bel pelajaran pertama sudah berbunyi dan beberapa sekon setelahnya, Kim-ssaem datang ke dalam kelas.

Pria yang kira-kira masih berusia 30 tahun ini mulai mengabsen setiap nama siswa di kelas. Sampai tiba nama Jeon Jungkook terpanggil, tidak ada satu orang pun yang menyahutinya. Karena saat ini kursi di sebelahku kosong.

Kenapa Jungkook belum datang?

Entah aku yang tidak menikmati hari atau memang waktu berjalan lambat hari ini? Ku kira waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore karena hari ini langit tertutupi awan mendung. Angin bertiup sangat kencang sampai bisa kulihat batang pohon yang cukup membengkok tertiup angin. Namun nyatanya, saat kulihat jam masih menunjukkan pukul 11 siang. Bel istirahat pun baru akan berbunyi 5 menit lagi.

Untuk menunggu waktu istirahat aku hanya mencatat sedikit materi yang sedang Nam-ssaem tulis di papan tulis dan sisanya kugunakan untuk menggambar random.

"Oke anak-anak karena waktunya sudah hampir habis, Bapak cukupkan materinya sampai sini. Jangan lupa belajar karena minggu depan akan diadakan kuis. Silahkan beristirahat, selamat siang." Ujar Nam-saaem lalu beranjak meninggalkan kelas setelah mendengar murid-murid menyahuti ucapannya.

butterfly;「jungkook」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang