CHAPTER 19

427 59 10
                                    


Jisoo POV

Aku duduk di meja paling ujung di kantin. Kalau saja aku tidak lupa membawa dompet atau setidaknya membawa beberapa lembar uang yang ku letakkan di atas rak buku, aku tidak akan makan sambil diselimuti keheningan seperti ini.

Jika Jungkook tidak mendadak dipanggil keluar kelas untuk melakukan dispensasi dengan ekstrakulikulernya, mungkin aku tidak akan menyantap makan siang sendirian.

Tapi tunggu, aku memang sudah terbiasa sendirian jadi kenapa aku tiba-tiba mengharapkan kehadiran Jungkook di sini?

Kugelengkan kepalaku mencoba menghapus bayang-bayang Jungkook yang tiba-tiba memenuhi isi kepalaku.

Tiba-tiba seorang gadis cantik berdiri tepat di depan mejaku. Ia tersenyum manis. Rambutnya yang pajang dan berwarna cokelat gelap itu terlihat sangat indah apalagi ujungnya yang sedikit bergelombang alami.

"Apa aku boleh duduk di sini?" Tanyanya sambil menunjuk mejaku. Suaranya terdengar lembut.

Ku tatap wajahnya sebentar sambil mengunyah nasi kemudian menatap ke penjuru kantin dan mejaku satu-satunya tempat yang masih kosong.

"Apa tidak boleh, ya?" Ia kembali bertanya dan aku sedikit gelagapan saat ia tiba-tiba bertanya seperti itu.

"T-tidak, kau boleh duduk di sini." Aku melambaikan tanganku lalu menyuruhnya untuk duduk di hadapanku. Dengan ragu ku ulaskan senyum. Ugh, ini bukan gayaku sekali.

Gadis itu kemudian duduk dengan sangat anggun. Senyumnya bahkan belum luntur dari wajahnya seakan-akan gadis di hadapanku ini sudah ditakdirkan untuk selalu tersenyum sepanjang waktu. Dan yang membuatku tetegun adalah matanya. Tak ada tatapan tidak suka atau menyesal karena harus duduk satu meja denganku. Tidak seperti gadis-gadis lain yang tidak suka aku ada di tempat yang sedang mereka tempati. Dan itu semua karena kedekatanku dengan Jungkook.

Saat aku tengah menyumpitkan telur gulung, tiba-tiba gadis itu kembali bersuara.

"Namamu Park Jisoo, kan?" Tanya gadis itu lembut. Tunggu darimana ia tahu namaku?

Aku menggangguk sebentar lalu gadis itu mengulurkan tangannya ke arahku.

"Namaku Yoo Nanhee, salam kenal." Katanya kembali tersenyum. Namun, kali ini senyumannya cukup lebar sampai matanya tinggal segaris.

Mata itu.

Seperti milik Jimin.

Aku kembali menggelengkan kepalaku lalu menyambut tangannya yang sepertinya menunggu. Heol, bagaimana bisa aku memikirkan Jimin disaat seperti ini?

Nanhee kemudian menyendokkan sesuap nasi ke dalam mulutnya. Gadis itu terlihat tenang menghabiskan makan siangnya sedangkan aku, seperti biasa merasa tidak enak. Apalagi saat ia tiba-tiba memperkenalkan dirinya dan itu benar-benar canggung. Bahkan beberapa siswa yang mengamati kami berdua mulai berbisik-bisik.

Tak mau ambil pusing, aku kembali menyumpitkan telur gulung dan beberapa sayuran.

"Kau berteman dengan Jeon Jungkook?" Tanya Nanhee tiba-tiba. Aku mengerutkan dahi.

"Tenang saja, aku hanya bertanya. Kemarin aku tidak sengaja melihat kalian berdua di aula. Kalian sedang berlatih drama, ya?"

Aku menelan makanku cepat lalu balik bertanya, "Drama?"

Nanhee mengangguk. "Kulihat kalian sedang menari lalu saling berpelukan."

Mataku seketika membulat kaget. Aku sama sekali tidak menyangka bahwa ada orang lain selain kami berdua di aula kemarin. Kalau saja aku masih bisa menahan emosi, aku tidak akan memeluk Jungkook kemarin. Dasar ceroboh!

butterfly;「jungkook」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang