CHAPTER 21

406 55 16
                                    


'Apa yang sebenarnya terjadi di sini?'

Jisoo duduk di meja makan dengan tatapan datar sekaligus bingung. Hari ini adalah hari minggu dan waktu masih menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, tetapi ia telah duduk di meja makan dan telah selesai mandi. Sebuah rekor baru di hari minggu selama 17 tahun hidupnya.

"Selamat pagi, Jisoo!"

Jisoo melirik Jimin yang menyapanya barusan. Memperhatikan Jimin yang tengah sibuk memasak sarapanㅡyang tidak Jisoo ketahuiㅡ sambil memakai celemek berwarna abu yang ia sendiri lupa apakah ia pernah memiliki benda itu. Lagipula, memasak mie tidak perlu menggunakan celemek bagi gadis itu.

Beberapa menit kemudian, Jimin menghampiri meja makan sambil membawa dua piring nasi goreng yang masih mengepul. Tak lupa Jimin menambahkan telur setengah matang, timun, wortel juga sosis sebagai topping.

"Ayo dimakan," Ucapnya ramah. Ia melepas celemek lalu menggantungnya di sandaran kursi.

Mengangguk, Jisoo lantas menarik piringnya lebih dekat lalu menyendokkan satu suap nasi yang telah ia tiup sebelumnya ke dalam mulut. Matanya sedikit melebar tatkala merasakan enaknya masakan Jimin.

"Enak."

Satu kata yang keluar dari mulut Jisoo barusan berhasil membuat Jimin tersenyum. Ia bahkan terkekeh kecil setelah mengucapkan terima kasih.

Saat mereka tengah menyantap makanan mereka masing-masing, terdengar suara dentingan kecil yang berhasil membuat Jimin bangkit dari kursinya.

"Ah, sudah matang! Tunggu sebentar."

Lelaki itu berjalan ke belakang menuju microwave yang terletak di dekat kompor. Ia mengenakan sarung tangan berwarna merah muda yang lagi-lagi tak Jisoo ingat pernah dimilikinya. Sambil memperhatikan Jimin, gadis itu masih terus menyendokkan nasi hingga kini miliknya sudah hampir habis.

Tak berselang lama, Jimin kembali ke meja makan sambil membawa piring yang di atasnya terdapat sebuah kue berukuran sedang berwarna merah yang di atasnya terdapat krim putih yang ditaburi coklat kecil berwarna warni.

"Kubuatkan ini spesial untukmu. Jadi, sebelum kita pergi tolong makan satu potong untukku, Jisoo." Pinta Jimin halus.

Jisoo yang masih mengunyah suapan nasinya yang terakhir sedikit mengerutkan kening.

"Kita mau kemana?"

"Hari ini, aku ingin menghabiskan hariku bersama adikku yang paling aku sayangi." Jelas Jimin seraya tersenyum lebar. Bukan hanya bibirnya saja yang membentuk kurva indah, kedua matanya juga. Membuat hati Jisoo mulai berdegup tidak karuan. Gadis itu ikut tersenyum walaupun hanya sedikit. Hari ini, Jimin berhasil membuat hatinya luluh kembali walaupun hanya sedikit.

"Aku lupa kalau aku hanya memiliki satu sepeda," Ucap Jisoo saat ia baru saja mengeluarkan sepeda miliknya dari dalam gudang. Setelah sarapan dan menyantap sepotong kue, Jimin mengajak gadis itu untuk bersepeda mengelilingi Kota Seoul.

Lelaki itu tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya membuka suara.

"Bagaimana kalau aku memboncengmu saja?" Tanya Jimin menyarankan. Jisoo terdiam sejenak lalu melirik ke arah boncengan kecil di bagian belakang lalu mengangguk ragu.

"Oke,"

Jimin berseru senang. Segera ia suruh adiknya untuk mengunci pintu rumah selagi ia mengeluarkan sepeda keluar rumah.

butterfly;「jungkook」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang