CHAPTER 22

394 52 5
                                    


"Ah, hyung sudah pulang?"  

Jungkook yang tengah mengiris tipis mentimun di dapur segera menolehkan kepalanya saat melihat Taehyung memasuki dapur sambil membawa paper bag kecil.

Taehyung diam. Lelaki itu menaruh paper bag tadi di atas meja makan lalu berjalan menuju dispenser tanpa menjawab ucapan Jungkook. Lelaki itu kemudian menekan keran dispenser hingga air dari dalam benda itu keluar memenuhi gelasnya, menimbulkan bunyi di antara keheningan mereka. Dan Jungkook benci keheningan.  

Jungkook memiringkan kepala. Aneh sekali. "Taehyung hyung yang biasanya cerita begitu kenapa tiba-tiba berubah jadi pendiam?" Jungkook membatin dalam hati sambil kembali mengiris sisa timun di atas talenan. Tapi, bukan Jeon Jungkook namanya yang mudah menyerah dan diam membiarkan rasa penasarannya hilang begitu saja.

Disela suara pisau yang membentur permukaan talenan, Jungkook kembali membuka suara,  "Jadi apa yang hyung beli?"

Lelaki itu mengumpulkan beberapa potong mentimun yang sudah diirisnya tipis ke dalam sebuah wadah. Lalu setelahnya ia mengambil teflon, menyalakan kompor, mengoleskan mentega di atasnya, dan membiarkannya meleleh.  

Sambil mengoleskan mentega pada roti tawar, Jungkook melirik Taehyung yang masih mematung di depan dispenser. Bahkan ia belum meminum air di gelasnya.

Jungkook yang merasa bingung sekaligus cemas pada sepupunya itu membalikkan badan lalu berjalan mendekati Taehyung.

"Hyung, ada ap—"

"Kurasa kita harus pindah dari sini, Jungkook-ie,"  

Jisoo melangkahkan kakinya saat pintu bus terbuka. Setelah mengantre dan menekankan kartu, ia berjalan masuk mencari tempat duduk yang kosong.  

Bus yang cukup ramai pagi itu membuatnya harus kembali berbaris dengan penumpang lain untuk mendapatkan tempat duduk. Setelah beberapa orang di depannya telah mendapatkan tempat, pandangannya lansung tertuju pada sebuah kursi kosong di bagian belakang dan berada di dekat jendela. Setelah bersusah payah melewati beberapa penumpang yang duduk di di dekat kursinya, mengucapka kata ‘permisi’ dan ‘maaf’ berulang kali, Jisoo berhasil duduk di tempatnya walaupun harus kembali berhimpitan dengan penumpang lain. Ia menghembuslan napas, setidaknya aku tidak harus berdiri.   

Jisoo kemudian menyumpal kedua telinganya dengan earphone yang sudah terpasang pada ponselnya. Sengaja ia lakukan hal itu untuk memudahkannya menggunakan benda itu di saat seperti ini.  

Alunan sebuah lagu mengalun indah memenuhi indera pendengarannya. Selama beberapa saat, gadis itu terhanyut ke dalam lagu sambil memperhatikan jalanan yang cukup ramai.   

Beberapa menit kemudian, bus berhenti di sebuah halte di depan sebuah gedung perkantoran. Beberapa penumpang turun karena telah sampai di tujuannya termasuk penumpang yang duduk di sebelah Jisoo. Tak berselang lama, kursi kosong itu segera terisi kembali oleh penumpang lain yang naik dari halte tersebut. Jisoo itu tidak turun, masih ada satu halte lagi dan ia akan sampai di sekolah.  

Jisoo masih memandang ke arah luar jendela. Saat lagu yang ia putar hampir mencapai reff, seseorang mencabut earphone sebelah kiri dan memakainya secara tiba-tiba.

Ia menoleh dan hendak mengomel, namun ia urungkan saat melihat siapa yang melakukan perbuatan itu.  

"Apa yang kauㅡ  

"You Are The Reasonnya Calum Scott, ya?" Ucapnya setelah menggigit roti isi yang ia pegang.  

ㅡJungkook?" Jisoo menatap lelaki itu kaget. Lelaki itu mengedipkan mata kanannya sesaat lalu melanjutkan makannya.  

"Tak kusangka ternyata kau tahu lagu favoritku. Mau ku buatkan covernya?"   

Jisoo menggeleng cepat setelah merotasikan kedua bola matanya, "Aku tidak butuh lelucon garingmu di pagi hari."  

Jungkook mengunyah makanannya cepat lalu membalas ucapan Jisoo dengan nada yang sedikit tidak terima.

"Aku serius! Kau tidak ingat kalau aku pernah memutar cover dari lagu 2U milik Justin Bieber waktu? Dan kau mendengarnya di atap!"  

Jisoo terdiam sesaat. Pikirannya kembali terputar saat Jungkook menyambungkan earphone miliknya pada ponsel lelaki itu dan memutarkan sebuah lagu yang dinyanyikan seseorang bersuara manis yang ternyata adalah suara milik Jungkook.  

Gadis itu menghela napas. "Oke, lain kali."  

Jungkook tertawa senang. "Oh ya, apa kau sudah sarapan?"   

Jisoo menggeleng lalu memalingkan wajahnya ke arah jendela.

"Aku tidak lapar."  

"Bagus kalau begitu,"  

Lelaki bermata bulat itu segera membuka tasnya dan merogoh sebuah kotak makan dan menyodorkannya pada Jisoo.  

"Ini, makanlah. Roti isi buatanku sendiri."  

Jisoo hanya meliriknya sekilas lalu kembali mengarahkan pandangannya pada jendela.  

"Kau jahat sekali, Jisoo-ya. Hanya melirik makananku tanpa menerimanya. Kau membuat hatiku sakit."  

"Ya! Sejak kapan kau jadi menggelikan seperti ini, Jungkook?"  

Jungkook terkekeh geli. "Aku ini menggemaskan bukan menggelikan. Jadi makanlah. Kumohon, satu saja,"  

Mau tak mau gadis itu mengambil satu potong, “Ada racunnya tidak?”

“Tenang saja sudah ku taruh sianida di dalamnya,” Jawab Jungkook bergurau.

Jisoo mendengus kemudian memakannya hingga membuat Jungkook berseru senang. Gadis itu sempat mengancam Jungkook bahwa ia akan berhenti memakannya kalau lelaki itu masih tidak bisa diam dan kembali melakukan hal menggelikan.   
Jungkook hanya tertawa tanpa mempedulikan tatapan sebal Jisoo dan penumpang lain di dalam bus. Mendengar tawa Jungkook yang sedikit lucu dan hangat itu, menimbulkan perasaan aneh pada diri Jisoo. Dadanya yang berdebar bukan karena perasaan takut yang selama ini menghantuinya, juga rasa menggelitik yang memenuhi perutnya. Untuk pertama kalinya ia merasa nyaman dengan kehadiran Jungkook di sisinya. Refleks, gadis itu tersenyum.  

"Eh, tumben sekali kau tersenyum begitu," Ujar Jungkook tiba-tiba di sela tawanya.

"T-tidak! Siapa yang tersenyum!" Jisoo mengelak cepat. Tanpa sadar suaranya jadi terdengar seperti orang gugup.

"Wah, kau jadi gugup seperti itu. Tidak usah berbohong,"  

"Siapa yang gugup!"  

"Lihat wajahmu jadi merah begitu Jisoo-ya, hahaha,"  

"Diam kau menyebalkan!" Merasa malu gadis itu segera mengalihkan pandangannya. Sambil mengunyah sisa roti isi pemberian Jungkook yang Jisoo akui rasanya tidak terlalu buruk, ia melihat gedung sekolah yang sudah dekat dari balik kaca. Setelah bus berhenti sempurna di depan halte, gadis itu segera menarik earphone yang masih terpasang pada telinga mereka, memasukkannya ke dalam tas dan meninggalkan Jungkook yang kaget dan sibuk membereskan kotak bekalnya.

"Hei jangan tinggalkan aku, Jisoo-ya!” []      

_________

To be continue

°Author's Note°

Always say thank you and sorry for my beloved readers:)
Terima kasih untuk kalian yang udah meluangkan waktu untuk baca dan memberikan apresianya:)
Dan maaf karena cerita ini sangat-sangat slow update:"

ILY GUYS<3

Regards,
F-ryblxxsugxr

butterfly;「jungkook」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang