CHAPTER 20

442 63 22
                                    


"Sudah jam setengah enam sore, Jungkook. Aku harus pulang." Jisoo menjauh dari tempat ia berdiri semula menuju tasnya yang ia simpan di pojok ruangan.

Ia merogoh botol minum dari dalam tas dan meminumnya pelan. Jisoo menutup matanya saat air mengaliri kerongkongannya yang kering. Sejak latihan menari dengan Jungkook, gadis itu belum meminum apapun.

"Whoaam! Kau benar. Mari kita pulang." Jungkook mendesah sambil meregangkan tubuhnya. Jisoo melirik lelaki itu sebentar. Heran, dari mana Jungkook mendapatkan energi sebanyak itu? Baru saja selesai melakukan turnamen basket dengan jeda istirahat hanya 15 menitㅡitupun karena Jisoo memberikan makanan yang dititipkan Nanheeㅡkalau tidak, mungkin lelaki itu sudah langsung memaksanya menari. Kalau Jisoo pikir, ia yang seharian tidak melakukan sesuatu yang berarti di sekolah selalu saja merasa lelah. Energinya hilang saat matanya baru saja melihat gedung sekolah.

Jisoo membetulkan ikat rambutnya yang mulai longgar. Sebelum latihan tadi, ia memutuskan untuk mengikat rambutnya menjadi satu, antisipasi untuk mengurangi rasa panas setelah berlatih.

Gadis itu memakai tas lalu berjalan turun menuju pintu kaca tepat di samping tangga panggung. Langit sudah berwarna jingga, menandakan malam yang akan segera tiba.

Saat ia baru saja mendorong pintu sedikit, Jungkook berteriak meminta gadis itu untuk menungguinya. Mendengar hal itu, Jisoo seketika memutar kedua bola matanya jengah.

"Cepatlah, aku ingin pulang. Kakiku rasanya pegal sekali." Sahutnya sedikit kesal yang kemudian Jungkook balas dengan cengiran andalannya.

Jisoo akhirnya mendorong pintu agak lebar untuk dilewati mereka berdua saat Jungkook sudah berada di belakangnya. Tanpa konversasi apapun, mereka berjalan keluar area sekolah yang sudah sangat sepi. Menyisakan seorang pria paruh baya yang tengah menyapu lapangan yang dipenuhi daun-daun kering. Penjaga sekolah tentunya.

Sambil berjalan pulang, gadis itu membayangkan untuk segera merendam tubuhnya dengan air hangat saat ia tiba di rumah nanti. Tapi, bayangan itu segera terhapus begitu saja saat Jungkook tiba-tiba menarik ikat rambutnya hingga terlepas.

"Hei, kembalikan ikat rambutku!" Gadis itu berjinjit mencoba mengambil kembali ikat rambut miliknya dari tangan Jungkook. Lelaki itu mengangkat tangan tinggi-tinggi dan tentu saja Jisoo tidak bisa mengambilnya. Ayolah tinggi badan Jisoo hanya sebatas leher pemuda itu.

Jisoo akhirnya menyerah. Ia mengerutkan bibirnya kesal sementara Jungkook malah kembali tersenyum gemas.

Jungkook menunduk, "Jangan marah begitu, kau lebih cantik kalau rambutmu digerai."

Jisoo diam, memalingkan wajahnya dari Jungkook sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Gadis itu mencoba berlagak setenang mungkin meskipun hatinya tidak. Berdetak tidak karuan ditambah rasa menggelitik memenuhi perutnya.

"Akan ku kembalikan ini dengan satu syarat. Pilih ya atau tidak?"

"Apa?"

"Cepatlah jawab, kau mau ikat rambutmu kembali, kan?"

"Iya tapiㅡhei, beritahu dulu apa maksudnya itu!"

Jungkook tersenyum puas. Dengan segera ia menyimpan ikat rambut hitam milik Jisoo di dalam tas lalu menyambut tangan kiri Jisoo dengan semangat.

"Kuanggap itu sebuah jawaban. Ikut saja denganku, Jisoo-chan!"

Jungkook tersenyum sambil melirik Jisoo yang tengah duduk di salah satu kursi kayu di sebuah taman di tengah kota.

Ia masih tak percaya kalau hari ini ia berhasil mengajak gadis itu pergi bersamanya. Meskipun harus diawali ancaman, Jungkook tidak peduli.

butterfly;「jungkook」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang