CHAPTER 17

458 56 11
                                    


Pukul 18.45.

Berulang kali ku tatap jam di tangan kiriku dan berulang kali kulihat waktu belum bergerak melebihi pukul 7 malam.

Tapi mengapa suasananya sepi sekali?

Seharusnya aku menerima saja tawaran Taehyung tadi untuk diantarkan pulang ke rumah. Penyesalan memang selalu datangnya di akhir.

"Huh,"

Aku menghela napas pelan. Perasaanku terasa sedikit tidak enak. Jarang sekali jalan yang selalu kulewati setiap pulang sekolah ini sudah sesepi ini. Biasanya toko-toko di sepanjang jalan pun masih buka dan banyak orang yang masih berlalu lalang di jalan ini. Tapi sekarang hampir semua toko sudah tutup dan yang tersisa hanya satu dua toko yang tengah sibuk dibereskan untuk segera tutup. Bahkan kurasa saat ini hanya tinggal aku seorang yang melewati jalan ini.

Aneh.

Setelah berbelok ke arah kanan, perasaanku makin terasa tidak enak. Ku dengar langkah kaki seseorang yang berjalan dengan menggesek-gesekkan alas kakinya di atas aspal.

Kulirik sekilas tanpa menghentikan langkahku, seorang pria lengkap menggunakan hoodie, skinny jeans, dan topi serba hitam. Ditambah masker dengan warna serupa.

Sambil menahan rasa takut, ku remas jas almamater yang masih ku kenakan hingga buku-buku jariku memutih.

Perasaan aneh makin menyelimutiku apalagi dengan ia yang sama sekali tidak berjalan menyusulku. Langkahnya yang seakan konstan dengan langkahku makin membuat jantungku berdebar. Bahkan saat aku kembali berbelok, ia juga ikut berbelok.

Berfikir positif Jisoo, mungkin dia ingin pergi ke tempat yang se arah dengan rumahmu,

Berulang kali kuyakinkan diriku dengan menganggap bahwa orang di belakangku ini akan pergi ke suatu tempat dengan arah yang sama dengan arah rumahku, namun segera ku tepis saat langkahnya terdengar mendekat.

Karena panik, ku langkahkan kakiku semakin cepat. Tak peduli dengan tas di punggungku yang lumayan berat, ku paksakan untuk berlari. Aku hanya ingin cepat sampai rumah.

Sambil berlari ku pikirkan cara untuk menghindar dari orang itu yang ternyata mengejarku.

Kumohon tolong aku.

Dengan jantung yang berdebar, ku langkahkan kakiku ke gang-gang yang lebih kecil hanya untuk menghindar darinya. Dan untungnya suara langkah kakinya sedikit melemah. Semakin jauh ku berlari, suaranya semakin mengecil dan akhirnya lenyap dari pendengaranku.

Masih berlari, ku tengokkan kepalaku ke belakang dan sosok tadi sudah menghilang. Ku hentikan langkahku dan berjongkok sambil menetralkan deru napasku yang memburu. Keringat bahkan sudah membanjiri dahi dan leherku.

Setelah kurasa napasku sudah teratur, aku bangkit untuk segera melanjutkan perjalanan. Beruntung gang yang kulewati saat ini sudah ku hafal dan lumayan dekat ke rumah.

"Kurasa dia sudah pergi." Ujarku sambil mengarahkan pandangan ke setiap penjuru gang. Kakiku sudah siap melangkah sampai sebuah suara bariton mengintrupsi.

"Mencariku, hm?"

Dengan kaget, refleks langkahku terhenti. Kedua bola mataku membulat sempurna.

"Tak kusangka kau berhasil membuatku berkeringat juga, ya," Ucapnya dengan nada meremehkan.

Ku beranikan diri untuk berbalik. "S-siapa k-kau?" Tanyaku tergagap-gagap.

"Siapa aku? Kau tidak perlu tahu." Jawabnya enteng.

butterfly;「jungkook」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang