01

20.5K 1.6K 69
                                    

( Mulai dari chapter ini, ceritanya pake sudut pandang orang ketiga. Jadi, bukan Namira yang ceritain dirinya sendiri kayak Chapter 00. Tapi Author yang bakal ceritain )

~~~ ~~~

Nami benar-benar takjub saat ia menginjakkan kakinya di Bandara Incheon- Seoul, Korea Selatan. Tak henti-hentinya ia berdecak kagum memuji Bandara yang seindah ini. Bahkan, Bandara di Indonesia pun kalah indah dan ramai.

Jujur, Nami tak tahu apapun sekarang. Ia bagaikan orang bodoh yang tersesat di dunia Magic orang berkulit putih dan bermata sipit. Bahkan, jika saja Nami tak tahu bahasa Korea, bisa ia jamin jika dirinya akan tersesat disini.

Nami merasa kecil diantara ribuan orang disini. Nami akui, dirinya tak begitu cantik. Bahkan di Indonesia saja tak ada yang tertarik dengannya. Kulitnya juga tak seputih orang-orang Korea namun tak se-coklat orang Indonesia. Ia juga memiliki masalah pada penglihatannya dan harus menggunakan kacamata Minus untuk melihat.

Kadang Nami merasa sedih dan bertanya-tanya "kenapa ia dilahirkan seperti ini?"

Namun lagi-lagi dirinya tak bisa menyalahkan siapapun apalagi Tuhan. Sudah diberikan hidup saja ia harusnya sudah bersyukur.

Oh- ia sudah menghabiskan waktu 1 jam seperti orang idiot disini. Daritadi, ia hanya memandangi orang-orang yang berlalu lalang kesana kemari. Nami suka Manusia, karena baginya manusia adalah objek yang menarik.

Namun satu hal yang Nami tak suka dari manusia. Mereka itu adalah objek yang sombong dan terlalu pemilih. Benar bukan?

Buktinya, di universitasnya dulu ia tak punya teman dekat. Kalaupun teman, ya paling hanya untuk mengerjakan tugas kelompok. Itupun, ia lebih memilih diam disana. Bukan kemauannya untuk diam, namun mereka lah yang hanya berbicara pada orang-orang tertentu saja.

Mereka jahat?

Ah, tidak. Nami tak bisa berkata jika mereka jahat. Bisa saja karena dirinyalah yang pendiam dan tak mau bicara banyak membuat dirinya merasa kecil dan berpikir seperti itu.

Nami melangkahkan kakinya menuju halte bus yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri. Hanya berjarak beberapa meter saja. Nami tertawa pelan saat ia berjalan menuju halte bus. Harusnya ia memesan taksi saja bukan? Jadi ia tak perlu berdesak-desakan di dalam bus. Apalagi ia membawa koper besar sekarang.

Tapi, lagi-lagi ia tak punya pilihan. Jika ia memesan taksi, bisa dijamin jika uang sakunya tak akan cukup untuk membiayai hidupnya selama 1 bulan.

Ia bukan berasal dari keluarga kaya raya. Jadi, dirinya harus menghemat uang pemberian Ayahnya. Setidaknya, ia bisa menyisihkan sedikit uang untuk membeli album BTS.

Nami tersenyum geli saat nama 7 Pria itu hinggap di otaknya. Bagaimana nantinya jika mereka bertemu dengan tidak sengaja di jalan? Apalagi jika Nami bertemu dengan Kim Taehyung, biasnya sendiri? Nami menjamin jika jantungnya akan berdegup kencang saat melihat Taehyung.

~~~ ~~~

Nami cukup puas dengan Flat mahasiswa yang akan ia tempati sekarang. Bisa dibilang sangat kecil namun sangat minimalis.

Nami menepuk jidatnya pelan kemudian ia segera membongkar isi kopernya, mencari objek yang ia cari. Jangan sampai itu hancur atau hatinya akan terluka.

Dan untungnya objek tersebut tak lecet sedikit pun. Photocard BTS nya tak rusak karena tertindih barang-barang lain. Jika itu sampai rusak, ia tak bisa memaafkan kecerobohannya sendiri.

Dengan cepat, Nami segera memasukkan photocard tersebut kedalam laci meja belajarnya.

Nami berpikir sejenak. Semoga di Korea ini ia diberkati oleh Tuhan. Ia sudah membuang masa kuliahnya di Universitas yang sudah ia masuki. Ia rela meninggalkan kuliahnya hanya demi mengincar beasiswa kuliah di Korea. Persetan dengan umurnya yang sudah 19 tahun dan harus mengulang materi dari awal. Ia tak peduli lagi sekarang.

Ia harus menjaga stabilitas nilainya saat kuliah disini. Jangan sampai beasiswa nya dicabut dan ia harus kembali lagi ke Indonesia sebagai orang yang tak berguna. Ia tak mau menjadi sampah masyarakat, baik di Korea maupun di Indonesia.

Nami membaringkan tubuhnya diatas kasur yang tak begitu empuk baginya. Kasur diatasnya kosong, menandakan kali ini ia tak punya teman sekamar. Sangat disayangkan jika ia harus sendirian disini. Setidaknya, ia butuh teman untuk bercakap-cakap atau sekedar menemaninya tidur bukan?

Perlahan, Nami mulai memasukkan 7 pria itu kedalam khayalannya, khususnya Taehyung. Ia tak henti-hentinya tersenyum sendiri. Kenapa berkhayal sangat menyenangkan? Jika saja khayalannya bisa menjadi kenyataan, sudah pasti dirinya akan menjerit kegirangan.

Namun sayang, khayalan tetaplah khayalan.

Nami tetap akan menerima kenyataan, bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa bagi mereka bertujuh. Bahkan, Nami yakin mereka bertujuh tak akan mengetahui dirinya.

Karena dirinya hanyalah sekedar seorang Fans yang berharap cintanya berbalas.

FANGIRL : Lovable Idol [ KTH ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang