"Hei, ayolah. Aku bosan dengan situasi ini," rengek Taehyung.
"Tae, aku harus belajar. Sebentar lagi ujian akhir. Kau mau melihatku mengulang semester depan?" Tanya Nami tanpa mengalihkan pandangannya dari buku tebal yang ia baca.
"Tak bisakah kau tak mengabaikanku?" Tanya Taehyung.
Taehyung jauh-jauh datang kesini karena ia merindukan sosok Nami. Dan lihatlah, gadis ini seperti tak merindukannya sama sekali. Bahkan buku tebal itu lebih menarik daripada dirinya.
"Beri aku waktu untuk belajar," jawab Nami.
"Coba kau hitung. Berapa hari lagi kontrak kita akan berakhir?" Tanya Taehyung dan tentu saja membuat Nami menghentikan aktifitas membaca bukunya.
"Tae, jangan bawa masalah itu," kesal Nami. Dirinya jadi tidak fokus belajar karena pertanyaan Taehyung.
"Setelah kontrak ini berakhir apa kau masih bisa melihatku?" Tanya Taehyung.
"Ya. Aku kan fans mu. Aku masih bisa melihatmu di televisi ataupun di acara-acara lainnya," balas Nami.
"Harusnya aku yang bertanya, apa kau masih bisa melihatku nantinya?" Lanjut Nami dan tentu saja langsung membuat Taehyung diam.
Ya.
Benar juga.
Akan sulit baginya untuk bisa melihat Nami lagi.
"Kau juga pastinya nanti akan merindukanku bukan?" Tanya Taehyung. Laki-laki itu berusaha agar Nami tidak mengabaikannya lagi. Ayolah, dirinya lebih penting daripada bujmku yang dibaca Nami.
Jika gadis yang bersamanya kini bukanlah Nami, pasti akan berpikiran sama dengan Taehyung.
"Aku sudah biasa hanya melihatmu lewat ponsel ataupun laptop Tae. Jadi aku memang selalu merindukanmu kapanpun itu," jawab Nami santai.
"Ck, menyebalkan? Argumen ku selalu saja kalah dengan punya mu," kesal Taehyung. Kemudian pria itu beralih menuju sofa dan memutar televisi. Entah acara apa yang ia tonton, Taehyung tidak tahu.
Nami berusaha mengulum senyumnya. Pria itu lucu saat marah, membuat Nami ingin terus menggodanya.
"Tentu saja kau lebih penting Tae," gumam Nami pada dirinya sendiri.
~~ ~~
Raemi menarik topinya terus menerus. Tak peduli jika matanya hampir tertutupi oleh topi yang selalu ia tarik. Setidaknya, wajahnya tak terlalu terlihat, apalagi ia berjalan menunduk sekarang.
Bahkan beberapa kali Raemi menabrak orang-orang di depannya, membuat orang-orang tersebut memaki kasar dirinya.
Raemi masuk kedalam kedai kopi dengan langkah yang sangat hati-hati. Kemudian, dengan tidak sengaja ia menabrak seseorang yang berdiri di depannya.
"Bisakah kau hati-hati? Kau masih punya mata kan?" Omel seorang wanita yang di tabrak Raemi tadi.
"A-aku minta maaf," kata Raemi pada wanita yang ditabrak nya tadi.
Wanita tersebut kemudian mengumpat Raemi sebelum kembali menghadap depan.
Raemi berniat untuk pergi, namun saat ia berbalik kearah belakang, sesuatu yang ia lihat membuat tubuh Raemi bergetar hebat.
Gadis itu mundur kearah belakang, merasa takut dengan apa yang ia lihat.
Sedangkan orang yang dilihat Raemi pun hanya memandang gadis itu heran.
Gadis di depannya bereaksi terlalu berlebihan.
Gadis di depannya ini terlihat sangat takut dengannya.
Tapi.. kenapa?
Raemi segera menarik topinya lagi, walaupun topi itu sudah sangat menutupi matanya, namun gadis itu segera menarik terus topinya. Kemudian, tanpa berlama-lama gadis itu segera melesat pergi meninggalkan kedai kopi.
Namun, saat Raemi hendak melangkah pergi, seseorang menahan kepergiannya dengan menahan lengannya.
"J-Jimin, kumohon lepaskan," gumam Raemi pelan dengan suara bergetar.
Ia ingin sekali menghindari Jimin kapanpun ia bisa, tapi kenapa seakan-akan dirinya tak bisa lepas dari Jimin?
"Kita bicara," ajak Jimin kemudian menarik Raemi keluar dari kedai kopi.
Raemi dan Jimin berdiri saling berhadapan dengan jarak yang cukup jauh. Membuat Jimin muak dengan semua ini.
Apa Raemi hendak bermain-main dengannya sekarang?
Bagaimana bisa mereka berbicara dengan jarak yang begitu jauh seperti ini?
Jimin mendekat, Raemi menjauh.
"Kau gila? Bagaimana bisa kita bicara dengan jarak yang begitu jauh seperti ini?" Kesal Jimin. Nada bicara Jimin meninggi dengan sendirinya.
"Jika kau ingin bicara, bicara saja dengan jarak seperti ini," pinta Raemi.
"Aish! apa otakmu sudah miring sekarang?" Sindir Jimin. Umpatan itu keluar dengan sendirinya dari mulut Jimin.
"Ya," jawab Raemi pelan.
Jimin memutar bola matanya. Kemudian terkekeh pelan.
"Membuatku tertabrak terus pergi begitu saja?" Sindir Jimin.
Raemi diam.
"Kau tak lebih dari seorang penjahat," lanjut Jimin.
Raemi tak berkutik. Biarkan Jimin berasumsi jika dirinyalah yang salah atas semua kejadian dimasa kini dan masa lalu.
"Kau tak bisa bicara?" Omel Jimin tak henti-hentinya.
"Untuk apa aku membela diriku sendiri jika ujungnya aku akan kalah denganmu?" Tanya Raemi. Nada bicaranya juga tak kalah tinggi dari Jimin.
"Jim, dengarkan aku baik-baik. Kau bebas sekarang. Aku tak akan meminta maaf padamu lagi, aku juga tak mengharapkan kata maaf darimu lagi. Jadi sekarang, kumohon jangan muncul lagi di depanku," ucap Raemi.
Kemudian, tanpa Jimin minta, gadis itu sudah melesat pergi terlebih dulu meninggalkan Jimin yang diam membeku ditempatnya.
~~ ~~
Nami dan Taehyung tengah berjalan-jalan di kawasan Myeongdong. Malam ini, jalanan benar-benar sangat ramai.
"Kau masih marah?" Tanya Nami.
Taehyung berusaha diam, berpura-pura mengacuhkan Nami yang tengah berbicara di sampingnya.
"Tae, aku minta maaf," kata Nami.
"Untuk apa minta maaf? Kau tidak salah," balas Taehyung. Akhirnya pria itu bersuara juga.
"Buku memang lebih penting bukan?" Sindir Taehyung.
Apa sekarang Taehyung sedang cemburu dengan sebuah buku?
"Ya," jawab Nami. Tentu saja jawaban Nami menbuat Taehyung merengut kesal.
"Kencan saja sana dengan bukumu!" Kesal Taehyung, kemudian berjalan cepat mendahului Nami.
Nami berlari kecil untuk menyusul Taehyung yang berjalan meninggalkannya.
Taehyung terperanjat kaget saat Nami mulai menyatukan jari-jari mungilnya dengan jari tangan dirinya.
"Buku itu benda mati. Tak bisa untuk dikencani," papar Nami.
"Jika kau tahu buku itu benda mati, kenapa kau malah mengacuhkanku tadi? Kau tahu betapa bosannya aku menunggumu belajar?" Tanya Taehyung.
"Tae, aku ini mahasiswa yang sebentar lagi akan melaksanakan ujian akhir-"
"Baiklah. Jadi bisakah kau berhenti mengomel?" Tanya Taehyung.
"Ck, menyebalkan," kesal Nami.
Nami dan Taehyung melanjutkan perjalanan mereka. Mereka berkeliling di area sekitar Myeongdong sambil berpegangan tangan.
Untuk saat ini, mereka melupakan kontrak kerja mereka yang tersisa 2 minggu lagi.
Bolehkan jika kubilang jika aku cemburu dengan buku tebal yang selalu dibawa Nami?
KAMU SEDANG MEMBACA
FANGIRL : Lovable Idol [ KTH ]
Fiksi Penggemar[ COMPLETED ] ✔ Jangan salahkan aku. Salahkan saja hatiku. Start : 27 September 2017 End : 24 January 2018