🍀🍀🍀🍀
"Pagi yang cerah." gumam Risya dramatis.Ya,
Risya menyusuri jalan komplek rumahnya dengan tenang. Hari ini adalah hari ke-2 Risya disekolah barunya. Ia lebih memilih menaik angkutan umum, ketimbang diantar ayahnya. Lagipula Risya sudah tau jawaban ayahnya kalau ia meminta untuk mengantarkannya ke sekolah. Jawabannya adalah 'ada angkutan umum Sya, jangan manja deh' hanya itu dan selalu itu. Tetapi, Risya menganggap hal itu seperti kemauan seorang ayah yang ingin anaknya mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Ayah Risya memang seperti itu, tidak suka merepotkan orang lain, kecuali benar- benar terdesak.Waktu menunjukan pukul 06.30 WIB, yang artinya Risya mempunyai waktu 15 menit lagi untuk sampai ke sekolah.
"Duh, lama nih angkotnya." gumam Risya sambil mengetuk-ngetuk kakinya ke aspal.
Tak lama kemudian angkot yang ditunggunya pun datang, Risya memberhentikan angkutan itu lalu segera masuk kedalamnya.
10 menit.
Hanya butuh waktu 10 menit untuk Risya sampai disekolah dengan selamat."Ini pak, makasih ya!'' ucap Risya membayar angkutan itu lalu bergegas masuk kedalam sekolah.
'Lumayan lah, gue masih punya waktu beberapa menit lagi buat jalan kearah kelas, lagian sih nih sekolah gede banget.' batin Risya sambil melangkahkan kaki nya masuk kedalam dan melirik jam tangan ungu-nya itu sebentar.
"Sya!"
"Woyy Syaa!"
Risya yang merasa namanya dipanggil pun berhenti dan mencari cari sumber suara tersebut,
Si pemilik suara pun melambai lambaikan tangannya memberi pertanda bahwa dia lah yang memanggil Risya saat ini,
"Ohh Rein,'' Risya pun melihatnya, lalu ia segera menghampiri dan bertanya,
"Kenapa Rein?"
"Duh elo, gue panggil panggil juga, kuping lo dua?" ucap Rein kesal kemudian terkekeh.
"Ah Rein maaf hehe abisnya ini sekolah gede banget, banyak muridnya pula, gue jadi bingung, lo kenapa manggil gue?" tanya Risya.
Rein terkekeh, "Itu Sya, gue dipanggil sama pak Herman, katanya lo disuruh ke ruangannya buat ngambil buku yang belom lengkap." jelas Rein.
"Aduh tapi bel bentar lagi bunyi Rein."
"Gue titip tas gue ke lo deh,ya?" lanjut Risya.
"Nah yaudah iya tuh, sini tas lo biar gue yang bawa, lo ke ruang kepsek aja sekarang takutnya dia nungguin, kan nunggu itu gak enak." ucap Rein sambil terkekeh.
"Najis curcol segala, yaudah nih tas gue, jangan dipegang ya bawanya!" ujar Risya sambil memberikan tas nya ke Rein kemudian berlari kecil menuju ruang kepsek.
"Yeh si oon gimana si, masa gaboleh dipegang, gila ya lo?!" ucap Rein agak sedikit teriak dan memandangi temannya yang sedang menoleh tertawa kearahnya.
"Nih anak tasnya berat amat ya,kaya rindu." gumam Rein lalu ia pergi membawa tas Risya menuju ruang kelasnya.
Risya pun sudah sampai didepan pintu ruang kepsek. Ketika ia ingin membuka knop pintu, Tiba-tiba knop pintu nya bergerak dari dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Happiness
Teen Fiction▪▪▪ Lo bisa banggain dia?gue juga bisa, lo tau?bagi gue, dia istimewa sekarang. Dia masih rela nunggu gue kembali, setelah gue sama dia udah gak ada hubungan apa-apa lagi setahun yang lalu. Perlu gue tekanin disini, dia tetap setia sama gue. -Kemal...