LH-2 ▪Kemal Prasetya Winaga

390 67 22
                                    


Sinar matahari pagi menyeruak ke seluruh ruangan bernuansa putih-tosca ini. Kamar Risya. Tempat di mana Risya mencurahkan segala perasaannya, dan tempat ternikmat di dunia bagi si pemiliknya ini.

"Syaaaaa...bangun say-astaga ini anak masih aja tidur,"

"Sya, bunda udah 4 kali loh bolak-balik ke kamar kamu cuma buat bangunin kamu." oceh Arini--Bunda Risya-- sambil mengguncang-guncangkan punggung anaknya itu.

Risya pun yang merasa terganggu akhirnya membenarkan posisi nya yang tadinya tiduran sekarang menjadi duduk menghadap bundanya dengan mata yang masih rapat.

"Ah bundaaaa! Ica kan masih ngantuk, 5 menit lagi deh ya?" ucap Risya yang langsung tidur kembali tanpa menunggu jawaban dari bundanya.

"Engga apa sih kamu, Sya! ini jam berapa ayo bangun, apa mau ayah yang bangunin?"

Risya masih merapatkan matanya itu.

"Sya?bener bener nih anak, kamu nantangin bunda ya,"

"AYAHHHH INI ANAKNYA BELUM BANG-"

"Iya bundaaaaaa ini Ica bangunnnn!" sela Risya kesal dan langsung berlari ke arah kamar mandi.

Lagi-lagi, bunda nya tersenyum penuh kemenangan.

Bunda nya tahu betul kelemahan anak perempuannya itu kalau ia susah bangun dari tidur, yaitu ayahnya. entah mengapa Risya sangat takut kepada ayah nya itu. bagi Risya, marahnya ayah itu sangat sangat menyeramkan.

'11 12 sama muka mantan'  ujarnya.

Tak lama kemudian Risya pun sudah siap untuk sarapan, ia pun segera turun kebawah menghampiri ayah, bunda dan Rasya-abang gantengnya Risya- yang sedang berada diruang makan.

"Pagi ayah, Pagi bun," ucap Risya sambil menarik kursi,lalu duduk dan mengambil selembar roti dan selai.

"Najong! masa ayah sama bunda doang yang disapa, gue kaga. Adik macam apa lu?!" protes Rasya.

"Dih suka-suka gue lah, siapa lo siapa gue, hih jibang! lagian sensi amat! pms lo?!"  ejek Risya.

"Bun liat tuh bun anaknya, masa kaya gitu sih sama aku, aku kan abangnya dia." balas Rasya seraya mengadu ke bunda nya.

"Aduan!"

Desis Risya, yang mendapati sinisan dari Rasya.
Lalu bunda dan ayah nya terkekeh melihat dua orang anaknya yang selalu membuat keributan dipagi hari, entah mengapa itu sudah menjadi tradisi kedua anaknya yang mempunyai selisih umur 3 tahun.

"Udah-udah, dimakan dulu rotinya nanti kalian telat loh," ucap Bunda nya melerai.

"Tau tuh abang, huh!" ucap Risya pelan.

"Gue mulu lu, kambing!" ujar Rasya kesal dan ditanggapi wajah marah Risya.

"Bang, udah ah jangan godain adik nya terus, cepat makan, habis ini langsung berangkat." ucap Ayahnya.

Risya pun tersenyum kemenangan dan menjulurkan lidah seraya mengejek abangnya itu, kemudian menghabiskan sarapannya dan segera berangkat ke sekolah.

🍌🍌🍌🍌

Sudah hampir sebulan Risya menempati sekolah ini. semua berjalan normal seperti layaknya sekolah biasa, dengan teman teman yang luar biasa.

"Pagi Reinnn!" sapa Risya tersenyum riang.

"Ngapain lu kaya kambing cengar cengir begitu, tumben amat."  jawab Rein heran.

"Dih orang mah ikutan seneng kalo sahabatnya lagi seneng." ujar Risya seraya mencebikan bibirnya lalu duduk disamping Rein.

Lost HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang