"Hei, Corbyn! Mana skate ku!" Teriak Daniel kesal.
"Ah, aku lupa." Sahut Corbyn sibuk bermain PS.
"Kau harus menemukannya! Aku tak mau tahu!"
"Tenanglah, Dan, kau sudah kehilangan ratusan barang dan semua ditemukan didalam kamar kotormu." Ucap Jack duduk diatas sofa sambil membawa teh.
"Tapi skate sebesar itu mana mungkin tak terlihat saat aku mencarinya didalam kamarku!"
"Sebesar apapun benda yang hilang, jika itu benda milik Daniel, sudah pasti tak terlihat tertutup tumpukan baju kotornya." Ejek Jonah.
"Diamlah, Jonah!" Sambar Daniel makin kesal.
"Ada apa ini?" Tiba-tiba Rose, pimpinan management kami, datang dari arah luar ruangan "Kalian selalu seperti ini, seperti anak kecil!"
"Skate ku hilang, Rose!" Geger Daniel.
Rose memijat pelipisnya menyabarkan diri "Dikamarmu, Dan."
"Sudah kucari! Tapi tidak ada, kenapa kalian selalu menyuruhku mencarinya didalam kamar?!"
"Jika benda itu ada, beri aku lima belas dollar." Tantang Rose berjalan memasuki kamar Daniel.
Daniel berdecak "Silahkan saja, kalian tak pernah mempercayaiku dalam urusan mencari barang."
"Karena kamar kotormu itu menutupi seluruh barangmu." Timpal Zach yang baru saja unggul permainan dalam PS bersama Corbyn.
"Ini skate mu?" Tanya Rose yang kembali bersama sebuah skate milik Daniel digenggamannya.
Daniel menganga "Ta-Tapi tadi..."
Rose menarik nafas panjang "Kau butuh asisten."
"Untuk apa, aku bisa melakukan semuanya sendiri."
"Tapi tidak seteratur keempat temanmu, mereka lebih tertib, rapi, dan tepat waktu bersama asisten mereka." Ungkap Rose.
"Memang aku tak tertib?!" Sergah Daniel.
"Kau bahkan hampir setiap hari terlambat dengan meninggalkan kamar berantakanmu itu!" Pekik Rose nyaris frustasi.
"Band kalian baru berdiri satu tahun, jadi usahakan tak ada satupun yang melanggar aturan dan melakukan hal seenaknya!" Tambah Rose.
"Kau harus menyetujuinya, Daniel, setelah ini kuajukan proposal untuk siap diajukan, semakin cepat semakin baik." Rose bangkit membuka knop pintu setelah menjawab nyinyiran Daniel seperti: "Aku tak akan membayarnya."
Lalu Rose menjawabnya dengan: "Tenanglah Daniel, aku yang akan membayar."
Daniel makin merengek, wajahnya memerah "Aku mengancammu astaga!"
Dan lagi, sebelum Rose menghilang dari balik pintu, ia sempat menjawabnya "Itu bukanlah sebuah ancaman bagiku."
🎵🎵🎵
"Hei, aku menyukai lagunya!" Jerit Danila ketika mendengar sebuah lagu yang Grishca sarankan untuknya.
Dengan tersenyum bangga, Grishca mengesap tehnya dipinggiran kota New York "Sudah kubilang."
"Siapa penyanyinya? Apa judulnya?" Tanya Danila menggerakkan kepalanya menikmati lagu dari headset milik Grishca.
"Why Don't We dengan judul These Girl."
"Ah, aku harus mencarinya digoogle."
"Asal kau tahu, mereka semua tampan!" Ungkap Grishca histeria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Seavey!
FanfictionAku ingat jelas, saat Grischa menyuruhku untuk mendengarkan lagu mereka, untuk pertama kali, aku mengangguk menikmati, membuka Google mengetik kata "Why Don't We", dan sebuah kalimat tertulis jika mereka sedang mencari seorang asisstant. Aku fikir a...