FELLA mendesah berat terduduk di salah satu kursi dalam gerbong. Tangannya melirik jam, ini sudah siang.
Menyandarkan punggung pada sandaran, memegang dada lagi-lagi mencoba bernafas lega.
Fella membungkuk merasakan sesuatu yang aneh, dan?
Salah satu sepatunya terlepas dan tertinggal. Terlalu terburu-buru masuk ke dalam kereta.
Beberapa melirik Fella dengan penuh tanda tanya, tapi tak satu pun yang bertanya.
Hanya melirik dan saling berbisik.
Sungguh, gadis itu muak!
***
BUNYI bising terdengar, kereta bergoyang, pertanda mereka berada di perhentian.
Fella kini terbangun dari tidur, dari kaca jendela terlihat jika ini tempat yang di tuju.
Fella segera turun, berjalan keluar pergi dari tempat sialan ini. Sungguh, sudah bertahun-tahun ia tak menggunakan kereta saat mengunjungi orang tua.
Di depan pintu, Fella mengetuk pintu tak sabar.
Seseorang membukakan, orang yang sangat ia rindu.
"I-ibu," sapa Fella ragu.
Wanita paruh baya itu segera memeluk putri tunggalnya "Mengapa kau kemari tanpa mengabari? Aku akan menyiapkan makanan dan kamar!"
Fella menarik tangan Ibu yang hendak berbalik "T-tidak bu,"
Kerutan alis terlihat di dahi ibu Fella, gadis itu mulai menjelaskan "A-apakah ada pria yang datang kemari?"
Ibu menggeleng "Apa ada sesuatu yang terjadi?"
Fella merasa bersalah telah membuat ibunya khawatir tiba-tiba, ia pun membalas "Tidak, tidak ada, aku... aku akan pergi... kembali bekerja... kalau begitu."
"Apa ini bukan hari liburmu?" Fella menggeleng tersenyum "Aku sedang mendapat tugas dari kantor di sekitar sini, aku berniat untuk datang mengunjungi ibu dan ayah sebentar."
Ibu Fella mengangguk masih khawatir "Wajahmu... terlihat meragukan, apa benar-benar tak ada masalah? Kau bisa menginap setidaknya semalam."
Fella menggenggam tangan ibu erat, meyakinkan "Sungguh, aku harap pimpinanku memperbolehkan, tapi sayangnya mereka begitu disiplin!" Ucapnya menutup sisi lain bibir dengan tangan seolah sedang bergosip, Ibu terkekeh "Baiklah, telefon ibumu jika telah tiba."
Fella mengangguk dan menggigit bibir mengingat ia belum menelefon Steven tadi.
Lekas Fella berbalik berniat untuk mendatangi apartment keparat itu.
"Astaga! Dimana sepatumu? Apa sesuatu terjadi saat perjalanan kemari?"
Fella tergelak menoleh "Tidak, salah satu sepatuku sol-nya terlepas, jadi kutinggalkan."
"Tunggu disana, biar aku ambilkan sepatu lain!"
"Tidak perlu, Bu! Pimpinanku sudah menelefon dari tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Seavey!
FanfictionAku ingat jelas, saat Grischa menyuruhku untuk mendengarkan lagu mereka, untuk pertama kali, aku mengangguk menikmati, membuka Google mengetik kata "Why Don't We", dan sebuah kalimat tertulis jika mereka sedang mencari seorang asisstant. Aku fikir a...