"BAIKLAH, sampai bertemu distadion semua!" Rose mengakhiri rapat tak terencana ini dan semua crew mulai berpencar. Fella meregangkan ototnya.
Jetlag.
Ia menghembuskan napas berat, bahkan setelah bertemu dengan ranjang seksi dihotel nanti, Fella masih belum diijinkan untuk menyentuhnya. Ia harus berbelok kekamar Daniel yang tepat diseberang untuk mengeluarkan segala macam barang dari dalam koper juga menyiapkan untuk Reherseal nanti.
Ah, begitu rindu ingin segera merebahkan tubuh diatas kasur seksi itu.
"Dimana kopermu?" Sambil menarik koper miliknya, Fella mendekati Daniel yang tengah sibuk bermain ponsel diujung lobby hotel ini.
Dagu Daniel bergerak menunjuk. Wow, ada tiga buah koper disana, Fella tertawa hambar membuat Daniel menoleh sekilas "Kau assistantku, ingat?"
Fella mendesah berjalan gontai mendekati koper "Ya tuhan!" Desisnya ketika dua koper terjatuh saat akan digenggam. Tiga koper milik Daniel dan satu koper miliknya. Wow, Fella bukan pengangkat besi, by the way.
"Biar kubantu!" Seseorang berlari kecil mendekat. Sekilas Fella tersenyum melirik tak enak hati atas bantuannya tapi bagaimanapun ia tak bisa menutupi wajah bodohnya saat membawa empat koper yang tentu saja mustahil untuk dilakukan.
Fella menegakkan tubuh, bergeming melihat rahang kokoh itu, dimples samar diujung bibir, kulit kecokelatan, tubuh yang tegap menjulang tinggi mungkin Fella hanya sebatas dagunya, mata biru gelap serta keringat dipelipis. Tuhan, jika ini mimpi tolong biarkan aku tertidur hanya untuk delapan bulan ini selama Why Dont We tour.
"Kemana akan kubawa?"
Fella tergelak "D-disana." Matanya tak lepas dari wajah mengagumkan itu.
Melihat arah telunjuk Fella yang hanya menunjuk sembarang arah membuat pria itu mengerutkan kening kembali bertanya. Astaga, bahkan ketika kerutan itu muncul dikening membuat ia semakin terlihat seperti badboy dalam novel.
"I-ikut aku." Ucap Fella memberi arah, pria itu mengangguk, mereka masuk kedalam lift membawa keempat koper.
Tak disangka sepasang mata terus memicing kearah mereka, terlalu mencurigai.
"Dia Steven, salah satu crew dari tim inti Management, Rose memberinya tugas dalam tour ini." Ucap Jonah mendekat menyimpan kedua tangan kedalam saku.
Corbyn memainkan kacamata hitamnya yang menggantung dihidung "Perhatikan langkahmu, kali ini satu persatu saingan mulai muncul."
Daniel menoleh bingung, Corbyn memutar mata "Tentu saja aku, kau mendengar percakapanku dengan Christina beberapa waktu lalu lewat telepon, bukan?"
Tangan Zach menyambar ponsel Daniel "Biar aku yang melanjutkan." Kata Zach menekan kembali tombol pause pada layar ponsel.
🎶🎶🎶
"TERIMA kasih telah membantuku."
Steven mengangguk tersenyum "Aku Steven, pekerja lepas yang baru saja menjabat menjadi pekerja tetap," katanya tertawa, Fella tersenyum, meski dalam ucapannya sama sekali tak ditemukan hal lucu, tapi melihatnya tertawa membuat bibir Fella merespon dengan senyuman "aku semacam assistant Rose, entahlah status jabatanku sebenarnya apa, terkadang aku merasa berada satu posisi bersama Rose dan terkadang suatu hari waktu kerjaku habiskan untuk mengangkat barang." Lagi-lagi tawa itu ikut buat bibir Fella bergetar, tertawa.
Mereka berjalan disepanjang lorong dan berhenti tepat didepan kamar "Sekali lagi terima kasih."
Steven mengangguk "Datanglah padaku jika butuh bantuan, aku siap membantu teman baruku ini."
Fella mengangguk "Tentu saja," katanya mendesah lelah "aku senang setidaknya delapan bulan kedepan ada seseorang yang mau kutemani membeli kopi atau sarapan bersama."
Steven tertawa, menyodorkan ponselnya "Berikan nomormu,"
"jika kau memperbolehkan." Steven sedikit menunduk tersenyum, ah, pria ini bahkan meninggalkan kesan manis diawal pertemuan kami.
Fella mengembalikan ponsel setelag selesai mengetik nomornya.
"Terima kasih! Kupastikan tak ada harimu yang terlewatkan dengan sia-sia!"
Lagi-lagi tingkah manis itu membuatnya tertawa, ingin rasanya memasukkan Steven kedalam trashbag dan segera memesan tiket pulang, menyuruh ibu memesan gaun pengantin.
"Baiklah, kau harus istirahat, maaf mengganggumu." Pamit Steven kemudian. Fella berkata tidak masalah dan Steven memberikan senyum perpisahan lalu menghilang dari balik lift.
***
Ini pukul satu siang dan Fella baru saja menghela napas lega merentangkan tubuhnya pada lantai, koper Daniel sudah selesai. Selanjutnya mengatur jadwal Daniel hari ini. Reherseal pukul tiga. Tapi pria mesum itu belum juga kembali.
Tiba-tiba pintu terbuka menampakkan orang yang detik sebelumnya sedang Fella cari.
Mengerutkan kening bingung "Apa yang kau lakukan disitu?"
Fella bangkit duduk menyambar roti isi dari tangan Daniel "Menurutmu?" Tak tanggung-tanggung mengunyah habis membuat Daniel menatap ngeri "Kau harus mengurangi makanmu, Fella."
"Apa pedulimu?" Tangannya berlanjut menyambar Strawberry Float dari Daniel, menyesapnya hingga tersisa seperempat.
Daniel menggeleng kepala takjub "Bagaimana bisa aku membawamu menaiki tangga dihari pernikahan kita jika kau seberat anak kerbau?"
Fella bergidik ngeri "Kau tahu, ka--CUP" Daniel menciumnya.
Wajah Daniel menjauh kemudian tertawa geli melihat reaksi Fella yang terpaku "Apa yang kau lakukan?!"
Daniel berdecak menatap bibir Fella heran "Bagaimana bisa kau makan seperti itu diusiamu saat ini." Menghiraukan protes Fella.
"KAU ME-MENCIUMKU, SEAVEY!!"
Daniel mengedik bahu "Aku hanya membantu membersihkan sisa makananmu, kau tak malu jika turun dengan bibir seperti itu? Dan... rambutmu," Ucapnya mengacak rambut Fella "berapa tahun tidak kau cuci?"
"Hei!!"
Daniel tersenyum menjepit pipi Fella dengan jemari "Tak apa, kau tetap cantik."
"DASAR PRIA MESUM BEROTAK UDANG!!"
Daniel tertawa "Mau kubantu mempersingkatnya? Setahuku panggilan spesial tak ada yang sepanjang itu."
Kemudian mengangguk setuju "tapi aku menyukainya." Tubuhnya semakin menunduk menatap Fella lebih lekat, meringis "Bahkan kau begitu seksi meski seperti ini, bagaimana bisa kau masih sendiri?" Berlari keluar kamar ketika tangan Fella spontan hampir nenggapai kakinya.
"SEAVEEYY!!!" Pekik Fella.
Dari sana, Daniel mengurangi kecepatan tepat disebelah Jonah yang hendak menaiki lift, dilorong "Apa yang telah kau perbuat?"
Daniel tersenyum geli mendengar jeritan Fella "Tak ada." Katanya menyimpan kedua tangan didalam saku.
Ah, belum ada sehari mereka tiba disini, tapi rasana lebih berwarna ketika Fella bersamanya.
Ia harap delapan bulan ini terasa lebih lama. Apa ia harus membakar semua bandara disini?
***
Alo semuah, sama seperti yg arifa janjikan, arifa bakal publish seminggu dua kali, KAMIS dan MINGGU.
Terima kasih buat semua yg udh ngevote, dan buat yg belom pliss votenya yahh, karena itu yg paling buat arifa semangat buat KEJAR KEJARIN nulis next bab ini.
Sekali lagi, MAKASI❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Seavey!
FanfictionAku ingat jelas, saat Grischa menyuruhku untuk mendengarkan lagu mereka, untuk pertama kali, aku mengangguk menikmati, membuka Google mengetik kata "Why Don't We", dan sebuah kalimat tertulis jika mereka sedang mencari seorang asisstant. Aku fikir a...