Chapter 11

1.2K 88 0
                                    

   Fano memangku gitar favoritnya yang berwarna putih itu.
Memetik gitarnya sesekali,entah kenapa pikirannya memikirkan Mita.

  Tanpa sadar,seulas senyuman muncul diwajah Fano. Ia teringat saat Mita tersenyum padanya. Senyuman itu begitu menghipnotisnya. Pemandangan yang jarang orang lain dapatkan.
 
Kini Fano benar benar tertarik pada Mita. Tapi,ia juga tak mau Mita akan jatuh ketangan Devan.
 
  Fano bertekad akan mendapatkan Mita.ya,Mita akan ia dapatkan.

*

   Mita berdiri gugup. Jantungnya berdebar,memompa darah lebih cepat dari biasanya. Keringat mulai mengucur dari keningnya.

  Teman teman sekelasnya tengah memandangnya dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan.

Kini Mita berdiri dihadapan teman temannya,ia sedang melakukan presentasi seorang diri.

   Mita melirik ke arah Nabila,Nabila menyemangatinya dengan pelan.
Tapi tetap saja,Mita tak bisa mengucapkan satu kata pun.

    "Mita cepat bawakan presentasi kamu. Kenapa diem aja kayak patung?Kamu pikir yang maju cuman kamu doang?." kata Bu Tiwi.

  Mita melirik kearah Bu Tiwi dengan senyum kikuk. Ia tak tahu harus apa. Ia benar benar tak bisa mengendalikan introvertnya.

  "Biasa Bu,introvertnya keluar.." ucap Dinda. Sekelas pun tertawa membuat Mita merasa malu.

  Bu Tiwi berdiri dan menghampiri Mita yang tengah menunduk malu sambil memegang erat kertas untuk presentasinya.    "Yasudah. Duduk saja kamu. Selanjutnya Alisa maju." Mita mengangguk pelan dan berjalan ketempat duduknya.

  "Udah gapapa Mit,lain kalo lo pasti bisa." ucapan Nabila membuat Mita sedikit tenang.

Mita tak asing lagi dengan keadaan 'selalu gagal presentasi.' karna memang benar,setiap ada presentasi dia akan gagal.

   Bel istirahat berbunyi,Mita segera bergegas menuju kantin bersama Nabila.
"Mit dipanggil Devan.Dia nunggu depan kelas." kata Safira salah satu temannya.

Mita tertegun,diam mematung. Nabila begitu. "Ha?Devan?lo ada apa sama Devan?!"

  Mita tak tahu harus menceritakan dari mana dengan Nabila,akhir akhir ini lupa menceritakan apa saja yang sudah terjadi padanya kepada Nabila.

  Jangan salahkan Mita,tetapi memang Nabila lah yang sulit untuk bisa berkomunikasi seperti biasanya. Mita selalu mengajak Nabila bermain dirumahnya atau Mita yang kerumah Nabila,tapi akhir akhir ini Nabila selalu tidak bisa.

  "Hmm..nanti aja gue ceritain Nab. Panjang ceritanya.duluan." Mita bergegas menghampiri Devan.

  Mita mempercepat langkahnya dan keluar menemui Devan. Menatap sekeliling takut takut Dinda menangkap basah mereka.

  "Kenapa Dev?."
"Nanti pulang sama gue ya!."
  "Ga..gak bisa Dev gue.."
"Lo takut sama Dinda?." tanyanya dengan kernyitan di dahi.
Mita menggigit bibir bawahnya,sejujurnya ia ingin menjaga jarak dari Devan.
"Pokoknya nanti gue tunggu lo diparkiran."
    "Ta..ta..pi Dev.."
Devan melenggang pergi meninggalkan Mita.

   Devan bersama teman temannya kini sedang dikantin.

"Fan. Gue mau ngomong sebentar." Devan mengajak Fano berbicara sebentar. Hatinya tak tenang saat melihat kedekatan Fano dan juga Mita.

  Devan berjalan duluan,Fano mengekor. Kini mereka berada di ujung koridor yang begitu sepi.

"Kenapa?." Tanya Fano begitu penasaran.
  "Lo ada hubungan apaan sama Mita?kemarin malem maksudnya apaan ngajak dia pergi gitu aja?gue ga--"

  Fano memotong ucapan Devan."gue gasuka lo niat deketin dia buat main main." ucapan Fano kali ini begitu dingin.

   "Apa urusan lo?.sejak kapan lo ngurusin masalah gue.?" ucapan Devan tak kalah dinginnya.

"Tentu itu urusan gue. Gue gasuka. Jadi gue harap lo urungin niat busuk lo itu. Gue gamau gara gara cewek kita bertengkar Dev. Gue gamau kayak gini sama kayak gue sama Dio dulu."

  Fano kembali mengingat kejadian dia bersama Dio. Bertengkar hanya karna seorang Wanita. Dio dan Fano sahabat akrab sejak SD tetapi saat satu SMA,Dio memutuskan keluar dari sekolah yang sama dengan Fano. Alasannya,ia tak mau satu sekolah dengan Fano.
Karena Fano merebut cinta pertama Dio.

   Sejujurnya,Fano takpernah merebut . tapi memang wanita itu yang menyukai Fano.
Dio tahu soal itu. Dan menyalahkan Fano sepenuhnya.
Oleh karna itu,Dio selalu membenci Fano.

  "Gue harap lo gausah ikut campur." Devan melenggang pergi meninggalkan Fano begitu saja.
Fano kecewa dengan Devan. Devan memang tak akan mundur sebelum niatnya itu tercapai.

  Bel pulang sekolah berbunyi,Mita mengajak Nabila pulang bersama tapi lagi dan lagi Nabila selalu beralasan jika ia buru buru.

Mita teringat kalau Devan mengajak nya pulang bersama.Bagaimana ini?.

   "Eh Mit pulang bareng yuk!gue mau ngajak nonton. Ada pilem setan baru!!." Fanya menhampiri Mita,berniat mengajaknya ke bioskop.

"Ta..tapi gue..hari ini ga bisa dulu,maaf ya Fanya.." tolak Mita.

  "Yaudah deh..gue duluan ya!byee!."

Mita berjalan pulang,menutup tubuhnya dengan jaket hitam. Tak lupa menutup kepalanya dengan topi. Berharap Devan tak mengenalinya. Tapi?Devan ternyata tahu jika itu Mita.

   Alhasil kini Mita ada coffe shop bersama Devan.
"Lo mau pesen apa?." tanya Devan sambil melepas jaket nya.
   "Apa aja deh.."
Devan memesankan minuman yang sama dengannya.
 
  Pesanan pun datang. Devan menyedot minuman nya itu sambil menatap wajah Mita,yang membuat Mita tak nyaman.
"Ke..kenapa..?." akhirnya Mita memberanikan diri bertanya.

   "Gapapa.lo cantik kalo diliat liat."
Mita tertegun. Wajahnya bersemu merah.
  "Oiya.  Lo ada hubungan apaan sama Fano?." tanya Devan.

   Mita berpikir sejenak,"gak ada. Cuman temen. Kenapa emangnya?."
  "Oh syukur deh." kata Devan.
Mita mengernyit kebingungan. Devan dan Fano begitu membingungkan.

Seorang wanita memasuki coffe shop tempat Mita dan Devan berada.
Mita merasa kenal dengan wanita itu,rambutnya,tubuhnya. Tapi tak bisa melihat dengan jelas wajahnya.

   Wanita itu keluar membawa minumannya. Ternyata ia tak meminum ditempat itu.
Mata Mita menerawang,penasaran siapa wanita yang tak asing baginya itu.

   Mama...
Mata Mita melotot,mulutnya terbuka. Terkejut sekali dia. Ibunya kini ada dihadapannya.

**
Bintang kecil nya jangan lupa^^
Thank you❣❣❣

My Introvert girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang