Mita malam ini menghabiskan malam minggunya dengan mendengarkan lagu lagu mellow yang membuat ia tenang.
Ayahnya sedang beristirahat,Mita melihat ke kamar Ayahnya,Ayahnya sedang tertidur pulas.
Mita meneteskan air mata melihat kondisi ayahnya.
Disaat seperti ini,seharusnya Ibunya berada di sisi Ayahnya,mendukungnya agar terus bersemangat melawan penyakitnya itu.Tapi,?Ibunya malah pergi meninggalkan mereka,tidak mau menanggung beban itu.
Mita juga butuh Ibunya,sebagai tempat curhat Mita disaat teman temannya menyakitinya.
Sebagai sosok yang selalu menyayangi Mita.
Tapi,Ibunya tidak bisa menjadi seperti yang Mita harapkan.
Tangisannya semakin mengalir deras dari matanya,ia segera menutup rapat pintu kamar Ayahnya dan kembali ke kamarnya,duduk di bawah kasur sambil memeluk kakinya.
Fase fase menangis sebenarnya sudah berlalu,tetapi kali ini Mita tidak bisa menahan kerinduan pada Ibunya,ia rindu.
Ia ingin memeluk ibunya erat,
Berlari ke Ibunya ketika ia berminpi buruk.
Mencium pipi Ibunya ketika ia akan berangkat sekolah.Tapi,tidak akan terjadi hal itu.
Tak akan terjadi.
*
"Gilaaaa Mit,si Fano ganteng bangetttt! Barusan dia lewat disebelah gue Mit." kata Nabila disela sela makannya,mereka berada didalam kelas,yang sedang sepi karna anak anak sudah berada di kantin.
"Cie..." ledek Mita,Nabila tersipu malu.
"Eh cewe Introvert! sini lo!." Dinda menarik Mita keras untuk berdiri menghadapnya.
"Aw sakit Din.." kata Mita,Mita meringis kesakitan,pergelangan tangannya memerah,Dinda memegangnya terlalu kencang.
"Lo yang bilang kan ke guru mtk,kalo kemarin gue Tasya sama
Fanya madol pas di jam mtk.?!.""Enggak ko,bukan gue Din,serius."
"Alah lo ga usah ngelak deh!" kata Fanya.
"Mita emang ga ngelakuin hal itu Din,lo gausah konyol deh!." ucap Nabila,mencoba membela Nabila.
Mita menggeleng cepat,ia memang tak melakukan hal itu.
"Lo gausa ikut campur Nab,inget ya Mit,guue bakal bales perbuatan lo!liat nanti." Dinda dan gengnya pergi meninggalkan Mita yang masih meringis kesakitan,memegangi pergelangan tangannya yang memerah.
"Gila tuh si Dinda ama temen nya. Lo gapapa kan.?"
"Gue gapapa.." kata Mita pelan.
Jam olahraga sedang berlangsung,Mita sedang berlari memutar lapangan bersama teman sekelasnya yang lain.
Dinda yang masih kesal dengan Mita segera berlari menghampiri Mita,sengaja menyenggol Mita dengan keras agar terjatuh.
Brukkk
Mita terjatuh dengan luka di lututnya berdarah mengeluarkan darah segar yang menetes.
"Astagfirullah Mitaaa!." teriak Nabila saat tahu Mita terjatuh.
Dinda tersenyum jahat melihat Mita meringis kesakitan,Pak Eko membopong Mita ke uks dan segera diobati luka Mita.
"Gila tuh cewe,gila banget." Kata Devan.
Devan dan Fano tengah berdiri di balkon depan kelasnya yang terletak di lantai 2 sambil melihat anak anak yang sedang berolahraga.
"Siapa yang gila?." tanya Fano.
"Itu si Dinda,dia sengaja banget nabrak Mita biar dia jatoh. Gila."
Ternyata Devan memperhatikan kejadian itu.Fano pun juga melihat,sebenarnya ia kasihan melihat Mita diperlakukan seperti itu,tapi biarkan saja. Mita bukan siapa siapa nya. Teman saja bukan.
Untuk apa memperdulikannya.
"Mita kalo diliat liat cakep juga ya." kata Devan tiba tiba,Fano menoleh dengan cepat.
"Lo gila ya Van.?"
"Serius gue,waktu itu gue ga sengaja liat dia lagi asik dengerin lagu di perpus sambil ketiduran. Gue perhatiin mukanya,cantik juga. Sayang aja orang ga ada yang sadar."
Ucapan Devan membuat Fano berpikir,cowok seorang Devan bisa bisa nya memuji Mita seperti itu,secara Devan paling ahli dalam memilih wanita cantik.*
"Din jangan lupa ya tar clubbing!jemput gue." kata Tasya,sambil pergi meninggalkan Dinda diparkiran.
"Iya bawel."
"Ntar malem gue ga bisa ikut clubbing ya Din." kata Fanya.
"Ah ga asik lo. Kapan lagi kita happy happy?."
"Hari ini aja Din gue absen ga ikut,gue pengen habisin waktu dirumah."
Dinda terlihat bete,dan pergi meninggalkan Fanya begitu saja. Fanya hanya diam membisu,disaat seperti ini,teman temannya selalu tak pernah mengerti.
"Mah...Mah..Mamah.." Fanya mencoba membangunkan Ibunya yang tidak bangun dari tempat tidurnya,Ada apa?
"Biiii Mamah kenapa Biiiiiii..." Fanya memanggil Bibinya,Ibunya tidak sadarkan diri.
"Saya gatau Non,Ibu bilang tadi mau tidur doang Non.." Pembantu rumah tangga Fanya tidak kalah panik.
Fanya menangis saat tahu ibunya tak sadarkan diri,Ayahnya sudah lama meninggal,ia tak mau kehilangan Ibunya.
Ibunya pun dibawa ke rumah sakit,masuk ke ruang ICU.
Fanya mencoba menghubungi teman temannya,tapi tak satupun dari mereka yang mengangkat.Disaat seperti ini,Fanya membutuhkan seseorang untuk menemaninya.
Fanya panik ,perasaannya tak karuan,Dokter belum keluar dari ruangan Ibunya,Ada apa?
Mita sedang dibagian resepsionis,ia sudah biasa datang kerumah sakit,membeli obat untuk Ayahnya.
Mita melihat Fanya yang sedang kebingungan di depan ruang ICU sendirian,memastikan apa benar itu Fanya,Mita menghampirinya.
"Fa..Fanya?Lo ngapain disini." Fanya menoleh cepat dan terkejut Mita ada dirumah sakit.
"Ibu gue Mit..Ibu gue ga sadarkan diri...hiks..hiks.." Tangis nya pecah begitu saja,Mita tak enak melihat keadaan Fanya yang menangis tersedu sedu.
Mita memeluk Fanya sambil mengusap punggung Fanya pelan,mencoba menenangkan Fanya.
"Gimana kalo Ibu gue Mati Mit...gue gamau kehilangan Ibu gue Mit. ." kata Fanya.
"Hussh...ga bole gitu ngomongnya,kita tunggu aja dokter gimana keadaan Ibu lo..lo berdoa aja ya Fan.."
Fanya mengangguk pelan,masih dalam isak tangisnya.
Fanya awalnya canggung dengan keadaan itu,dimana ia menangis dipelukan orang yang bukan temannya,orang yang selalu ia sakiti. Tapi disaat seperti ini,Mita mampu menenangkannya."Thanks Mit.." kata Fanya pelan.
Mita pun membalas dengan senyuman kecilnya.
Tak lama dokter pun keluar dari ruangan ICU,Dan menghampiri Fanya.
**
Vote dan commentnya yaa;))
KAMU SEDANG MEMBACA
My Introvert girl
Storie d'amoreHanya Mita sebagai sosok yang memiliki kepribadian sebagai introvert,begitu tertutup dengan segala beban dan masalah yang ia punya. Hingga suatu ketika,ia bertemu dengan sosok pria yang mengubah dirinya dan membuat hidupnya lebih baik lagi.