Bab 3

31.9K 2.1K 17
                                    

Teeeeeeeeettttttttt...

Sebuah lekungan seperti bulan sabit terbentuk indah di bibir mungil Kezia saat telinganya mendengar bunyi bel tanda istirahat tiba. Dengan cepat dan semangat empat lima gadis itu memasukan buku pelajarannya kedalam tas dan mengeluarkan kotak makan berwarna biru muda dari tasnya.

"Sejak kapan lo suka bawa bekel?" Tanya Dhea sambil melirik kotak makan Kezia lantas mengalihkan pandangannya kearah Kezia yang kini tersenyum lebar. Bahkan matanya ikut tersenyum.

"Bukan buat gue." Kata Kezia

"Terus?"

"Buat Al." Kata Kezia, senyuman masih tak luput dari wajah cantiknya.

"Buat kak Al?" Tanya Dhea mengulang. Kezia mengangguk.

"Lo tau Dhe?" Kezia mendekatkan mulutnya ke telinga Dhea, "Temen doi lo itu berhasil narik perhatian gue." Setelahnya Kezia tertawa kecil dan pergi meninggalkan kelas.

Dhea menatap pintu kelasnya yang beberapa detik lalu baru dilewati oleh Kezia, "Gue rasa tu anak udah nggak beres."

Dhea mengedikkan bahunya tak peduli dan melanjutkan aktivitas memasukkan bukunya, selanjutnya ya dia akan pergi bertemu doinya...

Iya doi, yang jomblo ma bisa apa:)

Kezia berhenti didepan kelas XII-IPA-1, kelas yang dia tahu ada cowok bernama Alando didalamnya. Dhea yang memberitahunya. Saat Kezia ingin mengintip kedalam kelas, saat itu juga, Daffa, Anna dan Queen keluar dari kelasnya. Mata mereka bertiga menatap kearah Kezia yang kini tersenyum canggung sambil memperhatikan mereka.

Anna melirik kearah kotak makan berwarna biru muda ditangan Kezia, detik berikutnya cewek berparas manis itu tersenyum menatap Kezia.

"Kenapa Zi?" Tanyanya lembut.

"Em..." Kezia menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Al-nya ada, Ka?" Suara Kezia terdengar hati-hati.

Queen melirik kearah Kezia "Nggak sopan banget lo manggil senior tanpa sebutan 'Ka'."

"Tapi kan, Al sendiri yang minta gue manggil namanya aja."

"Bukannya minta maaf malah cari alesan, junior jaman now." Tatapan Queen terlihat sinis.

"Queen, udah deh."

"Al lagi dilapangan, main basket." Suara Daffa mengintrupsi, "Kenapa emang?"

Kezia menatap Anna, "Tolong kasih Al, ya Kak, ini dari abang sebagai ucapkan terimakasih karena udah nolong malem itu." Kezia tersenyum canggung, tentu saja dia sedikit berbohong.

Padahal yang ngasih tau gue, yang ngomong gue, tapi matanya malah ngeliat kearah Anna, emang bener junior jaman now. Batin Daffa.

Anna mengambil kotak makan yang Kezia sodorkan.

"Yaudah, gue pergi dulu, permisi Kak." Kezia buru-buru turun menuju lantai bawah dan menghilang dari pandangan Anna, Daffa dan Queen.

Kezia mengepalkan tangannya, ucapan dan tatapan Queen tadi masih terekam diotaknya. Queen menatap dirinya hanya sebagai sampah. Sumpah Kezia benci banget sama Queen.

"Mentang-mentang cantik, deket sama Al, dia pikir pantes bersikap kek Ratu." Kezia mengomel sendiri, "Ishhh... Sumpah gue kesel banget sama tu nenek lampir. Cara dia mandang gue kesannya tu gue sampah, menjijikkan. Padahal dia gatau aja, gini-gini gue juga cantik." Nafas Kezia memburu, "Awas aja si ka--"

Omelan Kezia terhenti bersamaan dengan dirinya yang terdorong dan nyaris jatuh kebelakang kalau saja tidak ada dua tangan kokoh yang kini memegang bahunya. Kezia menaikkan tatapannya kearah wajah cowok yang telah menyelamatkannya. Berniat mengucapkan terima kasih namun lidahnya kelu.Karena cowok itu adalah...

Al.

Ya, itu Alando. Cowok itu terlihat kelelahan dengan keringat mengucur dileher dan juga pelipisnya. Namun disisi lain Kezia melihat cowok itu semakin tampan dengan setelan baju basket berwarna biru yang sedang dikenakannya.

Blush...

Kezia merasakan kini pipinya mulai memanas, cepat-cepat gadis itu membenarkan posisinya dan menunduk. "Ma-maaf Al," Suaranya terdengar gugup. "Permisi Al, Kak." Kezia tersenyum canggung dan segera berlari secepat yang dia bisa. Rasanya Kezia ingin menghilang dari Jakarta sekarang juga. Pindahkan saja Kezia ke Meikarta sekarang.

~Alando~

Senyuman tipis terlihat dari bibir cowok berdarah dingin itu. Senyuman sangat tipis, namun Reza masih bisa melihatnya. Cowok itu ikut tersenyum saat melihat sahabatnya tersenyum tipis.

Bukan apa-apa, hanya saja Reza sangat jarang melihat Alando tersenyum, bahkan tersenyum tipispun cowok itu jarang melihatnya.

"Ehem!" Reza berdeham, "Jatuh itu sakit, tapi cinta membuatnya indah."

Seketika senyuman tipis diwajah Alando menghilang. Cowok itu menolehkan sedikit kepalanya kearah Reza, satu alisnya terangkat, meminta penjelasan.

Alando yang sedang dipose seperti itu justru menimbulkan pekikkan-pekikkan kecil dari siswi-siswi yang mereka berdua lewati. Dan seperti yang sudah-sudah, Alando selalu mengabaikannya.

Reza tertawa kecil, cowok itu ikut menoleh kearah Alando, "Lo pikir gue gatau kalo lo suka sama Kezia?" Tawa kecilnya berubah jadi senyum sinis yang terlihat menyeramkan. Tapi mau sesinis atau seseram apapun, yang namanya cogan ya tetap aja cogan.

"Nggak jelas lo."

"Kalo suka ya bilang aja, nggak usah gengsi juga. Kezia itu cantik, kek Putri dikerajaan, banyak yang mau sama di--"

"Gue nggak suka sama dia." Potong Alando cepat sebelum pembicaraan Reza merembet kemana-mana.

"Iya nggak suka, tapi cinta." Senyuman sinis Reza berganti menjadi senyuman lebar. "Gue ingetin bro, jangan sampe lo nyesel kalo tuan Putri lo direbut pangeran lain." Setelahnya Reza tertawa jahat saat melihat ekspresi sesaat yang Alando tunjukkan.

Memang hanya sesaat, tapi Reza dapat mengerti arti dari perubahan sesaat raut wajah sahabatnya itu.

~Alando~

Jangan lupa Voment  genks!!

Alando (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang