Bab 6

31K 1.6K 24
                                    

Kezia turun dari atas motor ninja hitam milik Kevin. Motor itu, motor idaman Kevin sejak kecil, dan tahun kemarin dia dihadiahkan motor ini sebagai hadiah ulang tahunnya, sementara Kezia diberikan laptop dengan model terbaru.

Kevin melepas helmnya, dia menoleh kearah Kezia, "Belajar yang bener disekolah baru, awas aja kalo sampe nilai lo turun." Ceramah Kevin.

Kezia memutar bola matanya, gadis itu sudah cukup bosan mendengar ceramah Kevin yang itu-itu saja setiap pagi ketika dia mengantar Kezia sekolah.

"Bawel lo."

Kevin memperhatikan sekelilingnya, pemandangan yang sama setiap pagi. Dia akan selalu diperhatikan oleh siswi di SMA Kezia, mungkin itu karena wajah bulenya.

Kalvin, Kahfi, Kevin dan Kezia keturunan Bali dan di Bali sendiri banyak bule. Papa dan Mamanya saja terlihat seperti bule. Jadi wajar saja empat orang itu memiliki wajah bule.

"Yaudah, gue pen cabut."

Kezia mencium pipi kiri Kevin dan melambaikan tangan saat cowok itu menghidupkan mesinnya. Itulah rutinitas Kezia ketika ingin berpisah dengan kembarannya.

Kevin memakai helmnya, dia membunyikan klakson sekali dan menghilang dari pandangan Kezia. Kezia berbalik, berjalan masuk ke gerbang. Namun langkahnya terhenti saat melihat ke sekelilingnya. Bahkan satpam sekolahnya ikut melihat aneh kearah dirinya.

"Kenapa pak?"

"I-itu pacarnya neng?"

Pacar? Kevin maksudnya?

"Cowok tadi pak?" Kezia memastikan.

Satpam itu mengangguk dan seketika Kezia tertawa kencang, bahkan tawanya membuat Daffa dan Al yang sedang berjalan di parkiran terhenti dan menoleh kearahnya.

"Yaampun, dia kembaran saya pak, bukan pacar." Jawab Kezia, masih diselingi tawanya.

Tanpa sadar, Al dan Daffa menghela nafas lega. Tadi kedua cowok itu sempat melihat Kezia yang sedang mencium Kevin dan entah kenapa, mereka berdua tidak menyukai hal itu.

"Oh, mesra banget saya kira pacarnya eneng," Satpam itu ikut tertawa kecil.

Siswi-siswi yang tadi memperhatikan Kezia perlahan membuang nafas lega saat mendengar Kevin bukan pacarnya. Mereka berpikir peluang mereka untuk mendapatkan Kevin masih ada.

"Yaudah, saya masuk dulu ya, Pak." Satpam itu mengangguk dan Kezia berjalan masuk ke gerbang sekolahnya.

Senyumnya mengembang saat melihat Daffa dan Al diparkiran. Daffa membalas senyumnya sementara seperti biasa, Al memasang wajah datarnya.

"Pagi Kezia." Sapa Daffa.

"Pagi Kak, Pagi Al." Balas Kezia.

"Gelang yang gue kasih ke lo kok nggak dipake?Jelek ya?"

Diam-diam mata Al melirik kearah pergelangan tangan Kezia.

Kezia tersenyum sopan, "Bagus Kak, tapi gue nggak suka pake gelangnya. Gue kekelas duluan ya, bye!" Kezia berlari tanpa menunggu persetujuan Daffa dan Al.

Kezia terus berlari sampai menuju kekelasnya dan duduk di kursinya. Gadis itu sendiri tidak tahu mengapa dia berlari sampai kekelas, padahal dua kakak kelasnya tidak mengerjar dia. Dan akhirnya, Kezia lelah sendiri. Lelah berlari dan lelah menunggu. Apalagi menunggu satu hal yang tidak pasti.

Lah, jadi merembet ke sana.

Dhea datang, seperti biasa gadis itu mengucapkan 'Selamat pagi' diambang pintu, tak perduli ada yang mendengar atau tidak, ada yang membalas atau tidak, gadis itu berjalan menuju kursinya. Disebelah Kezia.

Alando (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang