Bab 11

25.5K 1.4K 37
                                    

Kezia turun dari motor besar Kevin. Gadis itu sempoyongan, Kevin membawa motornya sangat kencang dan ugal-ugalan, membuat Kezia beberapakali memukul kepala Kevin yang tertutup helm itu.

"Sumpah ya, lo gila! Kalo tadi kita mati gimana?"

"Yang penting nyampe dengan selamat si elah."

Kezia mendengus, kalau bukan kembaran mungkin sudah dari tadi Kezia hempas Kevin ke planet mars.

"Gece masuk, gue pergi dulu."

Kezia tampak acuh, masih kesal dengan sikap Kevin tadi.

"Nanti gue beliin coklat kesukaan lo deh."

Baru ketika mendengar kata 'coklat' senyum Kezia terbit, "Lima ya?"

"Yeh gila! Bangkrut gue."

Kezia kembali mengerucutkan bibirnya, membuat Kevin menghela nafas.

"Yaudah, nanti gue beliin lima. Sekarang lo masuk sana."

Kezia memeluk singkat kembarannya. Gadis itu menyengir.

"Ternyata si rese Kevin bisa baik juga."

"Gue nggak rese pantat panci!"

Baru saja Kezia ingin mengeplak kepala Kevin yang tertutup helm, satpam sekolahnya, malah memanggil. Kezia menoleh, begitupun Kevin.

"Udah bel, Neng. Gerbang mau bapak tutup, ayo masuk."

"Eh iya pak--" Kezia beralih menatap Kevin, "--gue duluan, tiati yaa." Setelahnya, Kezia berlari meninggalkan Kevin.

Kevin kembali memakai helmnya, kemudian melajukan motornya menuju SMA Garuda.

Sepuluh menit berikutnya, Kevin sampai disekolahnya. Gerbang sudah ditutup mengingat hari sudah menunjukkan pukul 07.05. Biasanya gerbang sekolah ditutup jam 07.00

Kevin memarkirkan motornya didepan minimarket. Kemudian berjalan menuju sisi barat sekolahnya, kebetulan pagar disana pendek, jadi mudah untuk dipanjat. Dan jam segini biasanya belum ada yang menjaga.

Dengan gerakan semulus kucing Kevin memanjat, kemudian melempar tasnya kebawah. Bersamaan dengan Kevin melompat kebawah. Terdengar pekikan seorang gadis.

"Aw!"

Kevin yang melihat tasnya ternyata menimpa kepala gadis itu langsung terkekeh. Kevin tau, dia pasti anak osis.

"Siapa si yang lempar? WOI! KE– Mpphhh!"

Gadis itu meronta saat Kevin memekap mulut cemprengnya. Satu detik kemudian, Kevin sudah berada dihadapan gadis itu. Kevin terkejut begitupun dengan gadis didepannya.

"Sherin?"

Tangan mungil Sherin mulai memukul-mukul tangan Kevin yang masih memekap mulutnya.

"Sakit bege!"

"Lo telat?"

Kevin mengangguk.

"Gue aduin guru bk, bodo!"

Sherin yang baru saja ingin melangkah langsung ditarik tangannya oleh Kevin, dan disudutkan ditembok. Membuat Sherin meneguk ludah karena jarak mereka yang bisa dibilang cukup dekat.

"Jangan gitu sama temen."

Tangan Sherin mendorong Kevin sekuat tenaga, membuat Kevin mundur kebelakang. "Jangan deket-deket!"

"Ya makanya jangan aduin gue!"

Sherin tak menjawab, gadis itu memegangi kepalanya, peluh bercucuran mulai memenuhi keningnya. Hari ini sungguh panas.

Alando (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang