Bab 17

25.1K 1.3K 7
                                    

Sherin menggerutu sebal, gadis itu berjalan dengan mulut yang terus mengoceh. Bahkan diramainya jalanan pada malam ini, Sherin terus mengoceh, tanpa peduli pada orang yang memandanginya dengan pandangan aneh. Sungguh, Sherin tak peduli sama sekali.

Dalam jalannya, Sherin menyentakkan kaki. Merasa kesal dengan kakak tirinya, Al.

Setelah tadi Sherin sampai dipasar malam bersama Al dan motor besarnya yang berwarna merah itu. Cowok itu tiba-tiba berkata ingin pulang. Tentu saja Sherin kesal. Padahal malam ini dia ingin menghabiskan waktu dengan kakak tirinya. Yasudah, karena kesal, Sherin mengusir cowok itu pulang. Dan berjalan sendiri menuju pasar malam.

Setelah setengah jam dipasar malam, Sherin bosan dan memilih untuk berjalan mengitari taman. Dan sekarang disinilah Sherin. Berjalan sendiri seperti jomblo ditengah para muda-mudi yang berpasangan.

Sherin menunduk, memperhatikan kakinya yang terus menyentak. Sampai tiba-tiba, seseorang menabrak bahunya dan Sherin tersungkur jatuh.

"Aduh!"

Bokong Sherin perih beserta kedua telapak tangannya. Cewek itu terus meringis sembari membersihkan telapak tangan.

"Eh, Sorry, Rin. Gue sengaja."

Sherin mendongak, dia mengenal suara familiar itu. Dan didepannya kini terjulur tangan seseorang. Sherin menyambutnya, kemudian berdiri. Dia membersihkan celana jeans-nya. Kemudian melotot menatap Kevin didepannya.

Kevin yang dipelototi malah terkekeh.

"Gila lo ya! Nabrak orang sih sengaja, sakit tau!"

"Ya maaf, Rin. Abis lo jalan sambil nunduk. Padahal gue nabrak pelan. Gue kira gak bakal jatoh, eh jatoh... Hahaha."

Kevin tertawa kencang mengingat bagaimana ekspresi Sherin. Dalam selingan tawanya, cowok itu berkata, "Biasanya lo kuat, Rin. Kemana kekuatan lo?" dan tawa menyebalkannya kembali terdengar.

Sherin memukul-mukul bahu Kevin. Gadis itu mengomel, namun omelannya terhenti saat tangan Kevin menahan tangannya. Dan saat itu juga kerja jantungnya tak normal.

Yaelah, masa gini doang lo deg-deg-an sih, Rin?  Batin Sherin.

Sherin melepaskan pegangan tangan Kevin dari tangannya. Gadis itu cemberut. Sementara didalam hatinya, sedang berbunga-bunga.

Sherin duduk dibangku panjang taman pada malam itu. Dan Kevin mengikuti sambil terkekeh.

"Ntar cantiknya ilang kalau lo cemberut." Kata Kevin.

"Bodo!"

Kevin tertawa pelan, dia mengusap-usap kepala Sherin, sementara yang diusap terdiam bak patung.

"Lucu banget si temen gue ini." katanya, gemas.

Sherin tersenyum kecut. Perkataan Kevin membuat Sherin tersadar, bahwa hubungan mereka hanya sebatas teman dan mustahil lebih. Karena kini Kevin telah bersama Salma dan Sherin tak ingin hadir sebagai perusak.

Karena Sherin percaya, cinta itu tak selalu memiliki. Cinta juga berarti mengikhlaskan. Mengikhlaskan orang yang dicinta bahagia dengan yang lain. Tapi nyatanya, hal itu sulit.

Kata-kata 'gue bahagia liat lo bahagia sama yang lain' itu hanyalah kebohongan belaka. Kebohongan yang diciptakan untuk
menenangkan hati, nyatanya tidak.

"Eh, Sherin?"

Suara itu membuat tangan Kevin berhenti mengacak rambut Sherin. Mereka berdua mendongak, lantas Sherin tersenyum saat melihat siapa orang didepannya.

Alando (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang