Bab 21

22.6K 1.3K 8
                                    

"Kezia lo kemana aja tadi? Sejak izin ke toilet, lo nggak keliatan. Gue tungguin sampe bel bunyi, gue kira lo udah dikelas. Tapi nggak ada! Pengen gue susulin ke toilet, tapi bu Mia udah keburu masuk. Bahkan sampe bel pulang bunyi pun lo nggak keliatan, lo kemana? Sekarang lo dimana? Lo kenapa? Ada masalah? Cerita sama gue!"

Kezia menjauhkan ponselnya dari telinga, suara nyaring omelan Dhea ditelepon membuat kuping gadis itu terasa sakit.

"Kezia! Lo dengerin gue nggak sih?!"

Kezia kembali mendekatkan ujung ponsel pada telinganya. "Iya denger, bawel banget sih, lo!"

"Gimana nggak bawel. Gue khawatir lo nggak masuk kelas, kenapa lo bolos? Ada masalah? Cerita, bukannya malah kayak gini!"

Kezia menghela nafasnya, "Gimana gue mau cerita kalau lo ngoceh terus dari tadi?"

Diujung telepon sana, Dhea tertawa. "Eh iya maaf, yaudah gece cerita!"

"Gue nggak papa kok."

"Nah kan, kebiasaan jawab nggak apa apa pas lagi ada apa apa, dasar cewek!" Dhea memaki.

Kezia mendengus pelan, "Ngaca coba, Dhe."

Lagi dan lagi, diseberang sana Dhea tertawa, "Yaudah lah ya, gue nggak bisa maksa lo buat cerita sama gue. Tapi, kalau emang lo punya masalah, lo bisa cerita ke gue, jangan di pendem sendiri."Dhea terdiam, terdengar helaan nafasnya disana. "Kita emang baru kenal beberapa bulan, Zi. Tapi, asal lo tahu, gue udah nganggep lo kayak keluarga gue sendiri."

Kezia tersenyum miris saat mendengar ocehan panjang dan serius Dhea, "Lo nggak cocok, Dhe, kalau serius." Kezia terkekeh diakhir kalimatnya.

"Ye, kambing lo!"

"Gue tutup ya, Dhe. Bye! "

Kezia memutus sepihak panggilan telepon itu. Kezia melempar ponselnya keatas kasur, membaringkan tubuhnya membentuk bintang besar.

Sorry, Dhe. Gue belajar buat nggak selalu percaya orang yang deket sama gue. Karena orang yang deket itulah yang berpeluang untuk menusuk dari belakang. Gue butuh lebih dari kepercayaan buat bisa cerita masalah gue sama lo. Karena nggak semua hal tentang gue harus lo tahu, Dhe.

Kezia memejamkan matanya, berharap dirinya bisa merasa lebih tenang. Kezia ingin mengadu, berkeluh kesah tentang semua masalahnya. Namun, Kezia bingung harus mengadu pada siapa.

Kezia kembali membuka matanya, gadis itu melirik jam yang terletak diatas nakas. 01.37 AM. Waktu yang pas untuk sholat tahajud. Kezia bangkit berdiri, cewek itu membuka pintu kamarnya. Kamar Kahfi yang pertama dilihatnya, karena kamar itu tepat berada didepannya. Kezia tersenyum menatap kamar dengan pintu berwana abu-abu itu. Kemudian melangkah riang menuju kamar mandi dilantai satu.

~Alando~

Kezia mengayunkan pelan ayunan yang di dudukinya, mulutnya bersenandung ria menyanyikan lagu kesukaannya. Dipangkuannya, boneka besar panda terletak. Kezia memeluk boneka kesayangannya. Hadiah dari Kahfi tepatnya.

"Kezia!"

Kezia menoleh ke sumber suara, tepatnya dari arah pintu belakang rumah Kezia, yang menghubungkannya langsung ke taman belakang. Senyum Kezia mengembang saat melihat siapa orang yang memanggilnya. Kezia meletakkan boneka panda-nya di kursi panjang taman belakang rumahnya.

"Salma!"

Salma berlari ke arah Kezia, mereka berpelukan, macam teletubbies. Kezia yang terlebih dulu melepaskan pelukan mereka.

Alando (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang