| Let Me Go |

2.5K 175 48
                                    

Putar video dimulmed supaya kerasa inti ceritanya~

※※※

Langkahnya tergesa-gesa, tak ingin dicap terlambat atau lelet oleh teman semasa kecilnya. (Name). Ia segera masuk ke dalam cafè, irisnya bergerak cepat mencari sosok yang pasti telah menunggu lama.

"Hey! Di sini Mika-kun!"

Ia mendengar suara lembut yang pasti dari (Name). Mika berjalan mendekati (Name) yang tengah duduk di kursi.

"Maaf aku terlambat, tadi aku membantu Ferid dulu."

(Name) memutar bola matanya kesal. "Seharusnya Mika-kun memberitahuku dulu, supaya aku tidak bosan menunggumu."

Menunggu adalah sesuatu hal yang kubenci, karena aku tidak bisa mendapatkan sebuah kepastian.

Mika terkekeh dengan keluhan (Name). "Iya, sekali lagi maaf. Aku tidak sempat memberi tahumu." Mika lalu duduk dengan posisi berhadapan dengan (Name).

"Jadi, ada apa kau menyuruhku kemari?"

"Begini, kau tahu Mika-kun?" tampak mata (Name) memancarkan sirat rasa bahagia.

"Kau bahkan tak memberitahuku, bagaimana aku tahu?"

"Ish! Aku serius, Mika-kun!"

"Aku juga, (Name)-chan."

(Name) menghela nafas, ia tahu sifat Mika yang suka bercanda dan membolak-balikkan perkataanya.

"Aku sudah bertunangan dengan, Yuu-kun!"

Bola mata Mika membulat saat (Name) menunjuk jari manisnya yang kini terlingkari cincin berbandul permata emerald. (Name) mengukir senyuman.

"Sejak kapan.. Kalian berpacaran?"

"Uhm," jari-jari (Name) saling mengetuk tampak wajahnya tersipu malu. "sejak 6 bulan yang lalu."

"Kenapa kau tidak memberitahuku?"

"Aku malu."

Jawaban itu menjelaskan semuanya.

Mika menyuyingkan senyuman diparas tampannya. "Aku ikut senang jika kau senang dan lainkali jangan menyembunyikan rahasia dariku, setidaknya beritahu aku."

"Hahahaha, iya aku akan memberitahukan semuanya pada, Mika-kun!"

"Oh, ceritakan padaku apakah Yuu-chan gugup menyatakan perasaanya?"

"Eh? Uh, itu.."

(Name) menceritakan dari awal bagaimana Yuu menyatakan rasa cintanya dan bagaimana sulitnya menyembunyikan hubungan ini dari khalayak orang.

Mika mendengarnya antusias.

Jika kau tahu perasaanku sekarang, sakit. Sungguh sakit. Ternyata selama ini semua harapanku hanya bagai debu yang tertiup angin.

Suara dering telepon terdengar dari ponsel milik Mika. Mika yang tengah bergelut manja dengan selimut dan ranjang harus dengan terpaksa mengangkat telepon dari seseorang yang meneleponnya pagi buta seperti ini.

𝐎𝐰𝐚𝐫𝐢 𝐧𝐨 𝐒𝐞𝐫𝐚𝐩𝐡 𝐈𝐦𝐚𝐠𝐢𝐧𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang