Sequel dari Drabble weeks yang ke#3
__________
"Hah, akhirnya~" kamu meregangkan tubuhmu setelah selesai mengerjakan tugas dan proposal yang sudah kamu berikan pada Kureto kemarin. Setidaknya kamu tidak dibebankan dengan deadline lagi dan bisa fokus dengan satu pekerjaan.
Jam sudah menunjukan pukul lima sore, ini sudah waktunya pulang.
"Hey, kenapa melamun?"
Kamu terkejut dengan suara yang menyadarkanmu. Kamu memejamkan mata sesaat setelah tahu siapa yang memanggilmu.
"Diam, Guren. Aku ingin relax sebentar," jawabmu sambil tersenyum.
"Sebentar lagi kantornya ditutup, ayo pulang," ajak Guren padamu.
Kamu mengangguk untuk tidak memperpanjang pembicaraan dengan Guren. Segera, kamu membereskan laptop dan beberapa kertas ke dalam tasmu, setelah selesai. Kalian berdua berjalan keluar.
"Oh aku lupa!" Kamu memegang keningmu, kamu melupakan sesuatu.
"Ada yang tertinggal? Dasar bodoh."
"Bukan tertinggal! Hari ini aku harus belanja, aku lupa kalau di dalam kulkasku sudah kosong," jawabmu.
Guren diam sesaat lalu ia membuka mulutnya, "kalau begitu kita pergi ke supermarket, setelah itu ke rumahmu."
"Oh, hey. Tungg dulu!" kamu memegang tangan Guren. "Kau bilang begitu karena ingin numpang makan di rumah ku 'kan?"
"Ayolah, aku tidak ingin makan ramen."
"Pftt, dompetmu tipis, ya?" sindirmu lalu berjalan duluan.
"Cih, jangan mengejekku."
Kamu tertawa melihat wajahnya yang memerah malu, karena ia sekarang sedang terlihat miskin di depanmu. Harga dirinya hilang di depanmu.
~^~
Setelah sampai di rumahmu atau lebih tepatnya apartemenmu. Kamu mulai memasak di dapur sedangkan Guren berada di ruang tengah menonton tv.
Sebenarnya status kalian ini berteman. Kamu memang menyukai Guren, apalagi saat ia bilang kalau saat itu ia mengajakmu kencan walau ajakannya tidak normal.
Kamu.. takut kalau dia tidak merasakan apa yang kamu rasakan, karena saat kencan itu ia tidak bilang mencintaimu atau menyukaimu.
Setelah selesai memasak. Kamu menyimpan masakanmu di atas meja makan dan meletakkan dua piring, satu untukmu dan satu untuk Guren.
"Guren, ini sudah siap!" teriakmu dan Guren datang mendekati meja makan.
"Wow, padahal ini tanggal tua tapi kau bisa masak sebanyak ini," puji Guren lalu duduk dan mulai mengambil makanannya ke atas piring.
Dengan nada angkuh kamu menjawab, "aku tidak seperti wanita lain yang suka boros soal uang. Aku punya tabungan dan celengan jadi aku tidak khawatir soal tanggal tua."
"Ya, ya, terserah. Kau tidak mulai makan?"
"Iya ini mau makan," kamu duduk lalu ikut makan bersama Guren. Selama kalian berdua makan tidak ada yang membuka topik pembicaraan.
Kamu merasakan kalau sekarang kalian seperti suami istri, makan malam bersama. Wajahmu menghangat, kenapa kamu malah membayangkannya?!
"Hey, (Name). Aku sudah selesai."
"O-oh."
Kamu melihat ke piring, dan ternyata kamu baru makan beberapa suap. Kamu meneguk air dalam gelas. Entah kenapa kamu jadi kehilangan nafsu makan.
Bukan, bukan karena kamu terganggu dengan fantasimu, tapi kamu tidak mungkin bersama dengan Guren.
"Terima kasih makanannya (Name). Lain kali aku akan mentraktirmu ditanggal muda."
Kamu tersenyum mendengar ajakan Guren. "Yah, aku akan menunggunya, tinggal satu minggu lagi."
Saat kamu membereskan makananmu, Guren memperhatikan sikapmu yang tiba-tiba berubah menjadi sedikit diam. Apa ia melakukan sesuatu yang salah?
Setelah selesai, kamu mengantar Guren sampai depan pintu apartemenmu.
"Kenapa kau jadi diam, ha?"
Kamu mengangkat wajahmu, iris (Eye color)mu bertemu dengan mata ungunya, kamu menggelengkan kepalamu.
"Tidak, aku tidak diam, kok."
"Aku melakukan sesuatu yang salah?"
Ya, kamu tidak bilang mencintaiku. Rasanya ingin kamu bilang seperti itu tapi, yah kelihatan egois jika sampai itu terjadi.
"Sudahlah, ini sudah malam. Kau harus cepat pulang, Guren," suruhmu.
Guren memegang pergelangan tanganmu lalu mendorong tubuhmu lebih dekat, salah satu tangannya memegang pinggangmu.
"Aku sudah lama mengenalmu," kamu terkejut dengan aksinya, "kau tidak bisa berbohong, (Name)," suaranya seperti terdengar bisikan untukmu.
"Aku tidak yakin kau memiliki rasa yang sama denganku," ucapmu dengan mencoba menghilangkan nada suaramu yang bergetar. "Aku mencintaimu, bodoh," kamu memukul dadanya perlahan dan air mata lolos jatuh dari matamu.
"Ck, seharusnya aku saja yang bilang begitu."
Kamu mendongkakkan kepalamu menatap sekali lagi wajahnya, ia menyuyingkan senyuman, "kita mulai dari awal. Aku mencintaimu (Fullname)."
Guren mendekatkan dahinya hingga dahi kalian bersentuhan. Kamu merasakan hembusan nafasnya yang menerpa wajahmu.
"Dasar, Guren bodoh," ucapmu sambil tersenyum.
"Tapi kau mencintaiku 'kan?" ia menciumi kedua kelopak matamu dan mengusap pelan jejak air matamu.
"Mau kah kau memaafkanku?"
終わり
Hika tahu ini sudah lama banget Hika gak update di lapak ini sampai draftnya berdebu T.T Hika mencoba membaca kembali manga OnS nya supaya ngefeel lagi :"3
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎𝐰𝐚𝐫𝐢 𝐧𝐨 𝐒𝐞𝐫𝐚𝐩𝐡 𝐈𝐦𝐚𝐠𝐢𝐧𝐞
Fanfiction✧ berbagai skenario bersama karakter terpilih owari no seraph, bisa kamu baca di sini! imagine pertama owari no seraph yang ditulis dalam bahasa indonesia! ✧ [#1 in Seraph of the End 190606] [#1 in Owari no Seraph 190608] [#6 in readerinsert 190606]...