Ferid Bathory | My Target |

1.8K 170 3
                                    

(Name) melihat berita di televisi dengan pandangan takut bercampur kesal. Pasalnya, belakangan ini banyak orang yang menghilang di kotanya, terutama anak-anak kecil. Orang-orang tidak bisa mengatakan ini penculikan anak secara massal karena orang dewasa pun ikut menjadi target.

Maka dari itu, tempat kerja (Name) memajukan jadwal pulangnya yang biasa pukul lima sore menjadi tiga sore. Ada keuntungan dari sistem itu, banyak waktu yang bisa diluangkan dan juga mencegah angka penculikan itu menurun sambil menyelidiki kasus ini.

(Name) mematikan televisinya lalu mengambil selimut yang sengaja dia bawa dari kamar itu dia bawa lagi. Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, masih terlalu awal untuk tidur tapi, (Name) tidak ingin matanya terus terbuka dengan rasa ketakutan yang mengalir di sarafnya.

Sampai di kamarnya, (Name) mematikan lampu kamar dan menyalakan lampu kecil yang ada di dekat ranjangnya. Pemberian hadiah kecil dari teman kerjanya, Guren.

Naik ke atas ranjang lalu menutupi badan dengan selimut tebalnya. Sebelum matanya tertutup, suara ponselnya yang keras itu membuat (Name) menggeram kesal. Siapa yang menelponnya?

"Ugh.. Ferid bisakah kau tidak menghubungiku ketika aku mau tidur huh?" ucap (Name) dengan nada kesal.

Terdengar tawa kecil dari sebrang telpon. "Tidak bisa~ Aku senang membuatmu kesal, (Name)."

(Name) mengusap wajahnya kasar. "Apa maumu?"

"Besok saat makan siang, aku ingin kita bertemu. Ini sudah hampir dua minggu semenjak kasus orang hilang ini, kita jadi jarang bertemu," ucap Ferid dengan nada yang dibuat sedih.

(Name) juga rindu dengan sahabatnya yang satu ini. Meski dia bertingkah aneh dan selalu menggodanya. "Baiklah. Aku juga rindu memukul wajahmu, Ferid," canda (Name) dengan nada datar.

"Aww, (Name)." (Name) bisa membayangkan Ferid menaruh tangannya di jantungnya secara dramatis. "Aku kira aku akan mendapat kecupan rindu darimu."

"Dalam mimpimu."

"Kau sangat tahu diriku, (Name)~"

(Name) memutar bola matanya kesal tapi bibirnya membentuk senyum. Dia dan Ferid menghabiskan waktu sekitar satu jam dalam telpon. (Name) merasa aman dengan Ferid yang menemaninya tapi di satu sisi dia juga merasa aneh.

~^~

Jam makan siang terlihat sepi dari biasanya. Mungkin karena populasi orang dikota ini semakin berkurang atau mereka yang sengaja mengunci diri sebelum semuanya terkendali. (Name) memilih tempat duduk yang agak jauh dari keramaian lalu mengirim pesan pada Ferid bahwa dia sudah ada di tempat janjian akan bertemu.

Sepuluh menit berlalu. Ferid datang dengan pakaian yang terlihat serba tertutup meski cuacanya terbilang panas dan cerah hari ini. Tidak lupa juga, sarung tangan favoritnya dia pakai.

"(Name)! Wow, kau semakin cantik saja."

"Berhenti menggodaku, ayo pesankan makanannya. Aku lapar menunggumu."

Ferid dengan senyumannya hanya mengangguk mendengar perkataan (Name). Dia meninggalkan (Name) sebentar untuk memesan makanan. Keduanya sudah tahu makanan favorit masing-masing.

"Bagaimana kantormu hari ini, (Name)?" tanya Ferid yang kini duduk bersebrangan dengan (Name).

"Sepi dan suasananya juga.. ugh aku tidak tahan di kantor, apalagi Guren yang terus mengangguku," jelas (Name).

Ferid mengeluarkan suara 'mmm' panjang lalu mengusap dagunya dengan tangan yang dilapisi sarung tangan putih itu. "Bukannya ini agak aneh melihat banyak kasus penculikan tapi para polisi atau detektif itu tidak mengalami kemajuan, ya 'kan?"

(Name) mengangkat bahunya tidak tahu. "Aku tidak pandai dalam hal teka-teki ini tapi, kau ada benarnya. Mungkin orang ini benar-benar pintar."

Ferid menganggukkan kepalanya setuju dengan perkataan (Name). "Oh, apa (Name) melihat berita pagi ini?"

(Name) memasang wajah bingung. "Tidak, aku bisa terlambat datang ke kantor jika menonton beritanya. Ada apa memangnya?"

Ferid meletakkan kedua sikutnya di atas meja lalu menaruh dagunya di atas tangannya. Manik merah darahnya menatap langsung mata (Name). "Mereka bilang, menemukan tanda-tanda keterlibatannya mahluk mitos dalam kasus penculikan ini."

"Mahluk mitos?"

"Yup~ Coba tebak." Ferid menunjukkan senyumnya dengan mata tertutup.

"Aku tidak tahu. Sudah kubilang aku benci teka-teki!" (Name) mengetuk dahi Ferid yang membuat Ferid menyentuh dahinya.

"Uhh, kau tidak seru, (Name)." Ferid mengeluarkan nada sedihnya. "Mereka bilang ini kelakuan vampir."

"Hah?!"

(Name) tidak percaya apa yang dia dengar. Vampir? Bukannya mahluk penghisap darah itu tidak nyata, lalu kenapa mereka berasumsi mahluk itu yang menjadi masalahnya? Sebodoh apa mereka hingga menyimpulkan hal itu?

"Mereka menemukan beberapa mayat yang mengering dengan bekas gigitan," jelas Ferid.

"Apa-apaan ini.. bisa saja itu disebabkan hal lain 'kan? Maksudku dengan alasan yang lebih logis," ucap (Name).

"Hmm.. aku juga tidak mengerti kenapa mereka berkata demikian. Tetapi.." Ferid memandangi isi restoran yang terlihat mulai ramai dari biasanya.

Kembali menatap gadis di depannya, Ferid menampung sebelah pipinya dengan satu tangan dan senyumnya yang terlihat seperti seringai itu membuat (Name) merasakan hawa disekitarnya menurun.

"Mereka ada benarnya jika bukti sudah di depan mata. Dan, aku yakin, para vampir itu akan semakin banyak memburu."

つづく



























hika tahu banyak diantara kalian pengen ferid 😔 jadi hika buat dua part untuk ini. maaf, tapi ferid tidak akan terlihat yandere di sini uwu

𝐎𝐰𝐚𝐫𝐢 𝐧𝐨 𝐒𝐞𝐫𝐚𝐩𝐡 𝐈𝐦𝐚𝐠𝐢𝐧𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang